Di dalam sebuah rumah yang luas-sangat-sangat luas-Akmal terdiam di dalam kamarnya. Ia duduk di kasur besar miliknya, lalu beranjak ke balkon di kamar tersebut.
Baru kali ini, ia merasa harus melindungi dan membantu seseorang yang belum lama ia kenal.
Akmal menghela napas panjang.
"R I N D U. " ucapnya sambil berdiri di depan pagar balkon kamarnya ini.
Dengan segala hal yang sudah terpikirkan dan resiko yang harus ia tanggung demi seorang perempuan yang ternyata berhasil membuatnya penasaran sekaligus bahagia bisa mengenalnya, Akmal beranjak keluar dari kamarnya.
Perlu diingat, ia tidak butuh tongkat untuk mencari atau meraba jalanan jika tempat tersebut sudah benar-benar ia kenali. Apalagi di dalam rumah, semua yang ada dirumahnya, tak ada yang pernah di ubah atau dipindahkan sejak ia lahir.
Itu seperti sebuah peraturan tak tertulis dalam keluarganya.
Akmal adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Ia memiliki seorang kakak laki-laki yang merupakan anak pertama dan seorang kakak perempuan yang sudah meninggal karena keguguran-itulah yang ia tahu tentang saudara kandungnya dari perkataan keluarganya.
Keluarganya pun sangat sibuk. Ayah yang sering bepergian ke luar negeri karena pekerjaan dan Ibu yang sibuk mengelola banyak perusahaan milik keluarganya di luar kota, membuat rumah yang sangat besar ini terasa kosong. Hanya ada seorang kakak yang bisa ia ajak bicara di sela-sela kesibukan kuliah sang kakak. Dan dua orang pembantu yang sudah seperti keluarga baginya yang selalu menemani hari-harinya.
Akmal menghampiri seorang bodyguard yang sedang berjaga di depan halaman rumahnya dan bicara padanya.
Tak lama kemudian, datang dua orang bertubuh tinggi besar, hampir sama seperti orang yang Akmal ajak bicara tadi, mendengarkan apa yang instruksi kan oleh atasannya dan pergi melaksanakan apa yang diperintahkan.
------------------------
Suasana kantin yang ramai seperti biasa langsung terasa saat Rindu mulai memasuki kantin.
Jam istirahat pertama adalah jadwal padat di kantin. Inilah alasan Rindu tidak suka jika ia harus menginjakkan kakinya di tempat seramai ini dan merasakan suasana riuh kantin sekolahnya.
Sialnya, hari ini ia tidak membawa bekal makan karena baru saja subuh tadi pulang dari rumah temannya yang selalu mau menampung dirinya jika ia tak sanggup pulang ke rumahnya sendiri-siapa lagi jika bukan Yohana.
Rindu membeli nasi kuning yang tersedia di kantin sekolahnya. Menu yang paling sedikit peminatnya dibanding jajanan jaman sekarang yang menurutnya tidak membuat kenyang dan hanya mahal saja. Juga karena hal mengantre yang ia benci.
Kedua perempuan ini kembali ke kelas setelah selesai membeli makanan mereka.
"Nanti siang gak usah jajan, yuk?" ajak Yohana saat mereka sedang berjalan di koridor yang mengarah ke kelas mereka.
"Nabung, hehe, " lanjutnya.
"Gua tiap siang juga gak pernah jajan, han, " balas Rindu.
"Iyadehhhh, "
Rindu dan Yohana terus berjalan melewati kelas-kelas teman yang lain. Dari arah berlawanan, terlihat seorang cowok yang berjalan sempoyongan dengan pakaian berantakan dan kacau. Seperti habis berkelahi.
Rindu yang sedang berjalan sedikit meliriknya dan kebetulan mata mereka bertemu.
Cowok itu sedang meliriknya, juga.
"Siapa, Rin?" tanya Yohana saat cowok tersebut sudah hilang di ujung tembok koridor.
Rindu melihat kebelakang, "Ngga tau, ya?" ucap Rindu bingung dengan apa yang baru saja terjadi.
Mungkin cuma perasaannya.
Mungkin cowok barusan hanya sedang kebetulan melihatnya dan Rindu pun meliriknya juga.
Mereka berdua sampai di kelas dan mulai makan. Mereka punya kesamaan, kalo makan gak suka di kantin. Menurut Yohana, malu diliatin. Kalo kata Rindu, risih. Terlalu banyak manusia.
Yohana memasukkan satu sendok nasi kedalam mulutnya, "Tumben ni nasi kuning banyak,". Yohana memperhatikan.
"Iya. Makin langganan aja ya, Han. Haha, "
Rindu melihat-lihat jalanan di luar gerbang sekolahnya. Dan matanya terpaku pada seseorang yang berada di bawah sana.
Dari kelasnya yang berada di lantai tiga, terlihat seseorang yang sedang berdiri di samping pohon lebat yang ada di bawah.
Topi hitam, celana hitam, baju hitam.
Terlihat tidak familiar.
Dan tidak salah lagi, itu Akmal.
Tapi, ada apa?
---------- ---------- ----------- ---------- ------
Thanks for reading!
Jangan lupa tinggalkan jejak😊🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me
Teen Fiction"Iya. Tertawalah. Lupakan tentangku yang tak akan pernah bisa melihatmu bahagia. "