8

224 70 2
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring dan membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa senang, kecuali gadis satu ini.

Kegelisahan terpampang jelas diwajahnya meski ia tahu, tak ada alasan baginya untuk gelisah seperti ini. Rindu berjalan keluar gerbang sekolahnya dengan ragu-ragu. Pria berparas tampan dan tinggi dengan topi itu terlihat semakin jelas dimatanya. Dan apa yang terpikir di kepalanya benar-benar terjadi.

"Eh? Kok gak nyapa sih?" ucap pria tersebut tepat setelah Rindu melewatinya.

Dia itu buta beneran gak sih?

"Lo ngapain disini?"

Akmal melangkah lebih dekat.

"Mau jemput lo. Sekalian pulang bareng,"

Rindu mengernyitkan dahinya, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Tak ada sepatah kata pun yang terdengar oleh Akmal.

"Kenapa? Gak boleh?"

"Boleh sih. Tapi kenapa?"

Akmal terdiam sejenak, "emang harus, ya? Ada alesan buat jalan bareng sama lo? " ucapnya.

"..."

Terkadang, kebutaan orang di depannya ini suka meragukan. Kemana-mana juga gak bawa tongkat, padahal buta? Kakinya melangkah melewati Rindu. Rindu hanya mengikuti saja di belakang.

Yohana pun sudah pulang lebih dulu dan mereka berdua berpisah arah pulang. Alesannya, sih, gara-gara Rindu bilangnya mau pulang sendiri dan hari ini lagi gak mau ke rumah Yohana. Tapi sebenarnya itu hanyalah alasan agar Yohana tidak tahu tentang apa yang dialaminya di sebuah taman yang bahkan Yohana sendiri tidak pernah mengunjungi atau bahkan mengetahuinya.

Rindu yang menyadari bahwa jalan yang mereka tempuh ini ternyata bukan jalan yang biasa dilewatinya saat pulang pun angkat bicara.

Jangan-jangan dia salah jalan?

"Eh bentar-bentar."

Akmal menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang, "kenapa?"

Dilihatnya sekeliling jalanan yang ia lewati, dan Rindu menyadari sesuatu.

Pertama, jalan ini bukan ke arah rumahnya. Kedua, entah kenapa arahnya agak sedikit naik ke atas sana. Dan juga gak ada seorang pun disekitar sini.

Ini dimana, sih?

"Lo mau kemana? Rumah gue bukan ke arah sini."

"Rumah gue ke arah sana... " ucapnya menunjuk jalanan di belakangnya..

Namun percuma, Akmal tak bisa menyaksikannya.

Rindu menghela nafas dalam, "puter badan lo, kita salah jalan." kemudian ia melangkah ke arah yang barusan ditunjuknya.

Akmal tertawa pelan, hampir tak terlihat.

"Siapa yang mau ke rumah lo?" ia tetap melanjutkan langkah kakinya, "udah ikutin aja."

Rindu melangkah dengan malas, hari ini sudah cukup melelahkan baginya. Mengerjakan tugas sekolah, jam olahraga yang terasa sangat lama dan.. lelah berpikir.

Pertanyaan seperti, 'kenapa semuanya harus begini?' 'kenapa masa remaja gue gak sama kayak yang orang-orang rasakan?' 'gue benci rumah.' 'gue benci semua yang ada di diri orangtua gue.' 'mereka gak sama kaya orangtua biasanya!' itu selalu terlintas dalam pikirannya.

Kenapa harus sesulit ini jika mereka saja bisa dengan mudah mendapatkan segalanya?

Kenapa?

"Finish!" ucap pria di depannya yang membuyarkan lamunan Rindu.

Akmal duduk di bawah dengan kaki yang ia tekuk sedikit lebar sampai setengah dada dan dirangkul dengan tangannya.

Rindu melamun takjub dengan apa yang dilihatnya. Ia tak pernah tahu jika ada tempat semacam ini di dekat sekolahnya.

Rindu melihat kebelakang dan memandang kembali ke arah depan.

Sepanjang jalan ia hanya mengikuti tanpa memperhatikan sekitarnya. Namun sepertinya ia tahu tempat ini. Jika diperhatikan, apa yang ia lihat adalah gedung sekolah dan jalanan yang dilihat dari atas. Entah gimana caranya dia sampai disini, yang ia tahu ini luar biasa!

Akmal tersenyum saat menyadari tak ada kata yang keluar dari mulut Rindu. Segitu bagusnya kah? Andai mereka dapat menyaksikannya bersama.

"Sama-sama." ucap Akmal tiba-tiba.

Rindu berbalik dan menatapnya.

"Gue gak pernah tau ada yang kaya gini deket sekolah."

"Sekarang tau, kan? Lo bisa dateng kapan aja, gak banyak orang yang tau tempat ini." jelasnya dengan bangga.

"Dan lo salah satu orang yang tau?" tanya Rindu, "tau dari mana?"

"Lo gak perlu tau."

Rindu mengangkat bahunya, mengabaikan jawaban pria di belakangnya ini dan kembali menatap ke bawah sana.

Seenggaknya, biar lo lupa masalah lo dulu, Rindu.

Biar lo tau, gak semua masalah harus lo hadapin terus-terusan.

Biar lo sadar, menghindar itu bukan kesalahan.

Sejak kapan kita jadi sedeket ini,

Akmal?

---------- ------------ ------------- -------

Hallo semua... Ada yang masih setia gak nih? hahaha:b

Thanks for reading yaaa!!^^

Jangan lupa tinggalkan jejak, makasii:) see u

Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang