Chapter 10 : Pusaran air Kongpob dan....

1.7K 302 26
                                    

Hari minggu ini bersinar terang untuk Arthit. Langit biru, udara tak begitu panas, dan sarapannya sangat enak dan pusaran air tak akan meraihnya.

Ia mengeluarkan tawa kemenangan saat ia menemukan cara untuk menghindari pusaran air Kongpob. Itu sebenarnya sangat mudah, ketika ia keluar dari air, pusaran air itu tidak bisa meraihnya, Jadi ia hanya tinggal di atas batu selama akhir pekan dan ia pasti bebas dari Kongpob.

Sekarang, ia membayangkan wajah kesal Kongpob. Mata liciknya membara kemarahan sekarang. Bibirnya, mungkin mereka menjadi garis lurus saat Kongpob menahan dirinya dari beteriak, membuat pipinya mengembung. Membayangkan  mata, bibir dan pipi Kongpop membuat Arthit tersenyum. Lalu...

Shit.

Ia ingat batu itu. Ia mengeleng kepalanya berusaha membuyarkan wajah Kongpob.

"Kenapa harus dia ?" 

Dua tahun yang lalu.

Arthit di rumah barunya ( atau batu ) ketika ia membuka mata sembabnya. Ia telah menangis tiga hari berturut-turut. Siapa yang tidak jika tiba-tiba laut mengutukmu menjadi seekor merman, melucutimu menjauh dari kehidupanmu, keluargamu dan temanmu ?

Ia juga tak makan sejak saat itu. Perutnya berbunyi, ia berpikir apa yang dapat ia makan. Sepertinya ia bisa makan ikan sejak ikan besar ada dihadapannya dan membuat ia tergiur.

Ia berencana untuk menangkap ikan dulu lalu membuat api nanti dan memasaknya. Ia mempersiapkan diri, pelan-pelan menurunkan tubuhnya ke air. Ikan itu tak bergerak, jadi ia pikir akan mudah untuk menangkapnya menggunakan kedua tangannya.

Namun, ketika ia mendekat, mata ikan itu bercahaya merah.

"Tidak... tidak... tidak... tidak... "Arthit ingat mata ini, Dia dengan cepat keluar dari air dan kembali ke batu. Ia gemetar ketakutan tapi ia tak bisa melepaskan matanya dari ikan itu.

Saat mata merah bercahaya itu tak cukup menakutkan Arthit, ikan itu mulai berbicara.

"Hancurkan kutukan." kata ikan itu.

Kata itu berbunyi di dalam telinga Arthit.

"Ini bisa dipatahkan ? aku bisa jadi manusia lagi ? apa yang harus aku lakukan ?"

Ia merasa lega ada cara agar ia kembali menjadi normal lagi. Ia berjanji pada dirinya akan melakukan apapun untuk itu.

Tapi ikan itu tak menjawab, Sebagai gantinya, seperti yang lalu, ikan itu mengepakan dan mata merah itu menghilang. Arthit sudah mengetahui apa yang terjadi. Laut mencoba mencari makhluk lain untuk melanjutkan proses komunikasi dengannya.

Ia sedang mencari mahkluk lain di dekatnya, ketika seekor kepiting mencapit ekornya. Ia berteriak kesakitan dan mengepak ekornya agar kepiting itu mencabut capitnya. Mata kepiting menjadi merah, dan melepaskan capitannya dari ekor Arthit. Kepiting itu berjalan mendekat dimana memperingatkan Arthit.

"Jika kamu menemukan seseorang yang melihat seluruh kebencianmu dan membantumu, sebuah batu bersinar akan muncul."

Kepiting melompat ke air, dan ikan lain muncul ke permukaan.

"Berikan batu itu pada manusia dan....."

Arthit menahan nafas, menunggu ikan itu menyelesaikan instruksinya.

Tapi ikan itu hanya berenang menjauh.

Arthit melihat sekeliling, mencoba meliat apa ada mata merah lainnya yang datang padanya. Tapi tak ada satu pun. Laut sudah pergi. Setidaknya, ia tahu ada seseorang diluar sana yang akan membantunya. Ia hanya perlu menemukan mereka dan memberikan batu, entah batu apapun itu.

T1. Kiss The Boy ( Bahasa Version )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang