Chapter 11 : Tangkapan Besar

1.7K 314 35
                                    

Menutup laptopnya, Kongpob juga menutup matanya untuk mengistirahatkan mereka dari mengerjakan tugas. Ia memutuskan untuk menyelesaikan semua tugas di jumat malam sehingga ia bisa menikmati seluruh hari Sabtu dan menemui Arthit di hari Minggu.

Percakapan mereka minggu lalu berjalan lancar, Kongpob merasa seperti Arthit menjadi orang yang berbeda. Beberapa kali dia berteriak, tapi setidaknya Arthit tak menyumpahinya. Ia berpikir apa sikap emosional Arthit termasuk dalam kutukan.

Setelah membersihkan diri dan mengunjungi ruangan orang tuanya untuk mengucapkan selamat malam, Kongpop merebahkan dirinya di atas kasur. Sementara menunggu rasa kantuk datang, ia berpikir tentang Arthit. Ia selalu memikirkannya. Bagaimana dia tidur di dalam air, atau dia tidur di atas batu yang pernah ia bilang ?

Pagi menjelang, Kongpob bangun ketikaada suara ketukan di pintu kamarnya.

"Kongpob ?"

"Tunggu sebentar, mae" rengek Kongpob. Ia bangun tanpa membuka matanya langsung menuju pintu kamar.

Pormu dan aku perlu pergi ke suatu tempat. Ini urusan bisnis darurat. Apa kau ingin ikut dengan kami ?"

"Apa ?" Tanya Kongpob sambil berjuang membuka matanya. " Kemana ?"

"Hanya di sekitar Ratchathewi, tapi kami akan tinggal 2 malam disana. Kamu bisa pergi ke universitas langsung dari sana hari Senin."

"Uhm.." Konngpob tak bisa berpikir dengan baik. Ia menyalahkan bangun terlalu pagi, tapi sesungguhnya, ia memikirkan seseorang yang tak bisa ia temui jika ia ikut dengan orang tuanya. "Apa aku bisa tinggal disini saja, mae ? masih banyak yang harus aku lakukan." Ia berbohong.

"Tak apa. Aku juga sudah memikirkannya. Apa kamu akan baik-baik saja jika tinggal disini sendirian ? apa perlu mengundang M untuk menginap sehingga kalian bisa mengerjakan tugas bersama-sama ?"

Kongpob mengangguk. " Aku akan memikirkannya."

"Okay." Dia mengacak rambut anaknya. " Lanjutkan tidurmu, kami akan segera pergi."

Sekarang, Kongpob bertingkah seperti seorang bocah. " Baik, hati-hati mae."

Ia membiarkan ibunya menutup pintu sementara ia kembali melanjutkan tidur.

Ketika ia bangun lagi, ia sudah sendirian dirumah. Merasa lapar, ia langsung menuju ke dapur dan melihat apa yang ibunya masak untuknya sehingga ia bisa makan  juga di sore hari.

"Jadi, apa yang aku lakukan hari ini ?" Kongpob berpikir keras selama ia pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya.

Ia memakan sarapan paginya dan berpikir apa yang dilakukan pria muda ketika mereka sendirian di rumah. Ia makan dengan santai, ketika ia selesai waktu sudah menunjukkan hampir makan siang. Setelah mencuci piring dan mandi, ia kembali ke kamarnya dan bermain dengan handphonenya.

Tapi ketika ia melewati jendela, ia melihat wajah yang ia kenal di belakang pintu gerbang taman belakang rumah mereka. Ia membuka jendela untuk memastikan.

"P'Arthit ?!"

Dari bawah, Arthit menyuruhnya diam, takut seseorang mungkin mendengarnya.

"Jangan khawatir, aku sendirian hari ini! tunggu disana!'

Ia berlari cepat menuju ke danau, penasaran bagaimana Arthit ada disini. Ini hari Sabtu, dan mereka akan bertemu di hari Minggu.

Ia mulai bertanya setelah mengatur nafas. " Bagaimana kau kesini ?"

"Berenang?"

"Aku tahu itu P. Maksudku, aku tidak memanggilmu. Apa kau berenang dari teluk ke sini ?" Kongpob tidak percaya, itu memakan waktu 4 jam dari Bangkok.

T1. Kiss The Boy ( Bahasa Version )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang