Chapter 18 : Bukan sebuah ciuman

1.8K 302 36
                                    

Menyeret tubuhnya ke atas kasur, Knot menendnang sebuah kaleng bir kosong. Bad moodnya adalah bukti yang jelas. Ia mempunyai suatu alasan kenapa ia seperti ini. Gebetannya ( gebetan formal indonya apa ya ? ) menolaknya, jadi selama ia menonton berita malam, ia memutuskan untuk minum.

Di layar ada berita kecelakaan kapal ferry tenggelam hari ini di sungai Chao Phraya.

Meneguk dari kelangnya, ia mengeleng kepalanya sambil ia menonton korban yang terluka dan dibawa ambulan. Untungnya tak ada korban yang meninggal, berkat orang-orang yang menolong mereka.

Selama berita berlangsung ke berita selanjutnya, bel pintu berbunyi.

"Pam! buka pintunya!" Ia memerintahkan adiknya.

Suara langkah dari sebelah kamarnya menuju ke bawah.

Adik perempuannya merapikan rambutanya sedikit sebelum membuka pintu, ia kaget ketika melihat orang yang datang.

"Apa Knot ada ?" tanya Arthit. Ia tak mengenakan apapun. Hanya sebuah lembar plastik tipis dari poster iklan sebuah merek minuman pink mlik yang menutupi bagian privasinya. Ia tersenyum malu kepada gadis di hadapannya sebelum menundukkan kepalanya. "Aku temannya."

Mata besar dan mulut terbuka, Pam mengangguk kepadanya. Ia menutup pintu sebelum pergi ke atas.

"P'Knot, ada seseorang telanjang di luar mencarimu."

Knot mengalihkan pandangannya dari TV ke adiknya. "Apa?"

 "Ada pria telanjang diluar! dia bilang dia temanmu!"

"Telanjang?"

"I-Iya. Apa kau tak mau menemuinya ? Ia terlihat kedinginan dan basah." kata Pam. " Ia lumayan cute, dan kulitnya putih.... oh my God." ia bergumam sendiri.

Knot menangkap maksudnya. Cuter ? kulit putih ? Apa ini Tew ? dan kenapa ia telanjang diluar rumahku?!

Ia berdiri dengan cepat, mengejutka adiknya. "Pergi ke kamarmu. Jangan keluar sampai aku memberitahumu!" Ia pergi ke bawah, mempersiapkan diri melihat tubuh telanjang Tew.

Ketika ia membuka pintu, wajahnya sama persis dengan adiknya tadi ketika dia melihat Arthit tak mengunakan apapun. Ia pikir itu efek bir, tapi dari semua orang, ia tahu satu setengah kaleng tak akan mempengaruhi sarafnya.

"Knot!" Arthit masuk ke dalam dan memeluk temannya, melepaskan pegangan lembaran plastik yang menutupi tubuhnya.

"Arthit ? Ini.. ini benar kamu ?" Knot menangkupkan pipi Arthit untuk memeriksa mata temannya, yang mana sudah kembali normal menjadi warna hitam. "Bagaimana kamu kembali ?"

"Aku mencium Kongpob!"

"Kamu... APA?!"

"I--Itu bukan sebuah ciuman sungguhan. Aku melakukan CPR karena ia tenggelam."

"Dia---APA?!"

"Bisa kita masuk dulu, pantatku kedinginan."

Menyadari temannya telanjang dan bisa membuat skandal, Knot membiarkannya masuk. Arthit masuk dan menyadari betapa pelannya ia berjalan, mungkin belum terbiasa menggunakan kakinya lagi. ia menuntun Arthit ke kamar mandi atas, melotot ke adiknya ketika adiknya membuka pintu untuk mengintip teman kakaknya yang telanjang.

Ketika Arthit keluar dari kamar mandi, ia memakai baju lama Knot, baju Knot ketika sebelum ia tak menghabiskan waktu di gym. Tapi, itu masih terlalu besar untuk Arthit, tapi itu lebih baik daripada poster iklan pink mlik.

"Apa kau lapar ?"

Arthit tak akan menolak makana manusia, ia mengangguk dengan sedikit malu. Mereka berada di dapur ketika Knot melanjutkan pertanyaannya.

T1. Kiss The Boy ( Bahasa Version )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang