Kim Sihoon

1K 172 18
                                    

 

"Selamat malam! Ada yang bisa saya bantu?"

 
Seorang pria dengan rambut yang di cat merah terang menyambut kedatangan Hangyul di meja depan klinik gigi Kim.

"Umm, nomor urut 16, atas nama Lee Hanggul."

Pria dengan name tag Lee Eunsang itu meneliti daftar nama yang tertulis di buku catatan. "Lee Hangyulssi, Anda bisa duduk dulu di kursi antrian. Sekarang masih nomor urut 10."

"Oh, tidak..." Pundak Hangyul merosot. Dan dia tidak punya pilihan lain selain menunggu dengan pasien lainnya.

Kesabarannya akan diuji, mulai detik ini.

 
Seharusnya tadi dia membeli beberapa cemilan untuk menemaninya menunggu antrian.

Padahal tadi dia melewati kios odeng, bungeoppang, ah─dia sudah melewatkan kesempatan yang bagus.

Entah apa yang salah dengan hari ini, Hangyul sudah tidak tahu lagi.

Kini badannya yang bongsor pun diapit oleh dua orang ibu-ibu yang mungkin seumuran Mamanya.

Sungguh sial, pikirnya.

 
Ting!

Sebuah notifikasi pesan grup muncul di layar ponselnya.

 

Hangyul sayang, sudah tiba giliranmu? - ljh

Tunggu, Hangyul sedang apa memangnya? - csy

No comment - kgk

LOL - ljh

 
 
Hangyul jengah membaca isinya. Bukannya dia tidak suka. Yahh, dia menghargai perhatian para sahabatnya itu. Tapi teruntuk Jinhyuk, ini sudah keterlaluan, pikirnya. Martabat Hangyul serasa diinjak-injak.

Daripada meladeni grup chat, Hangyul lebih memilih untuk bermain game. Sampai lehernya pegal sendiri karena terlalu lama menunduk. Oh, jangan lupakan kedua matanya yang benar-benar kelelahan dan mulai mengantuk.

Dia bahkan baru tersadar kalau dua ibu-ibu yang mengapitnya tadi sudah tidak ada.

 

 
"Nomor urut 16; Lee-Han-Gyul."

 
"Akhirnyaaaa~!" Hangyul berselebrasi di dalam benaknya ketika mendengar namanya dipanggil.

"Silahkan masuk ke ruang periksa." Bocah berambut merah tadi mempersilahkan Hangyul masuk ke dalam ruangan yang suhunya jauh lebih dingin daripada di ruang tunggu tadi.

"Ah, itu rupanya si Dokter gigi Kim," batin Hangyul saat matanya bersitatap dengan pria paruh baya yang mulai beruban itu, namun tetap kelihatan bugar.

"Lee-Han-Gyul," Dokter Kim menyapa sembari membaca data diri pasiennya. "Umurmu 20? Wah, seumuran dengan putraku!"

Hangyul mengangguk sekenanya. Ternyata dokter yang menutupi setengah wajahnya dengan surgical mask itu tidak terkesan kaku sama sekali.

"Jadi, apa keluhanmu, Nak?"

Ditanya seperti itu, Hangyul tidak menceritakan detail kronologinya. Dia hanya mengeluhkan giginya yang sempat ngilu hingga membuatnya menderita kesakitan.

Dokter Kim mengarahkan pasiennya tersebut agar berpindah ke kursi lain; yang begitu penuh dengan perkakas-perkakas medis dan lampu sorot.

Ya ampun, aku hanya sakit gigi! batin Hangyul berteriak.

Here we go again | #GyulHoon [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang