Hangyul kuat Hangyul Sabar, karena Sihoon tetaplah Sihoon

540 114 10
                                    


 

Anggap lah Hangyul itu bodoh.

 
Pagi ini, dia bahkan berdiri termenung di depan klinik gigi Kim yang pintunya bahkan masih tertutup rapat.

Entah mencari apa—menatap apa.

Salahkan dirinya yang mengiyakan begitu saja perkataan Sihoon kemarin sore di jembatan Sungai Han.

Entah apa yang merasuki pikirannya hingga menyetujui ide gila si mungil Kim.

"Mau berpacaran denganku?"

 
Berpacaran.

Bahkan tidak ada konteks yang melintas di benak Hangyul tentang berpacaran. Terlebih, orang yang dipacarinya adalah Kim Sihoon. Seorang penderita goldfield syndrom!

Apa yang sebenarnya Hangyul harapkan?

Dari keputusan ini?

Dari lelucon ini?


 

"Maaf, cari siapa ya, Nak?" Ibu Kim yang baru kembali sehabis berbelanja di pasar pun sampai terheran melihat seorang pemuda bertubuh bongsor berdiri termenung di depan klinik suaminya.

Hangyul menoleh terkesiap dan seketika panik. "Ah—itu..." Jemarinya menggaruk bagian belakang kepala hingga rambutnya sedikit acak-acakan. "Mau mendaftar..."

"Aaah... mau mendaftar untuk malam ini ya?"

Hangyul tak serta merta mengangguk membenarkan. Tapi, dia pun tidak punya opsi lain untuk dijadikan alasan.

"Tunggu sebentar ya..."

Hangyul mengangguk lagi sementara Ibu Kim melangkah ke dalam rumah.

"Sihoon-ah... Kemari sebentar!"

Hangyul mendengar sayup-sayup teriakan Ibu Kim. Ah, entah kenapa dirinya berubah gugup?

Dia berbohong tentu saja. Tidak ada keluhan baru tentang gigi. Dia hanya ingin bertemu dengan Sihoon. Itu saja.

Tapi, rasanya seperti sedang dihadapkan pada sidang akhir skripsi.

Si mungil Kim akhirnya muncul. Sedikit berlari sambil membawa buku kecil yang dikenal Hangyul sebagai buku daftar pasien Dokter Kim.

Ah, ingin rasanya lenyap saja, Hangyul membatin. Tubuhnya bergerak gelisah.

"Maaf klinik belum buka tapi—" Sihoon mengambil napas sembari membuka tutup pulpennya. "Kami sudah membuka pendaftaran kok."

"Ah, ya. Maaf."

Sihoon tersenyum sembari menggeleng pelan. "Tidak apa-apa!" Telapak tangannya menadah si buku kecil yang sudah terbuka. "Jadi, atas nama siapa?"

Si bongsor Lee sedikit mendekatkan wajahnya. "Han-gyul. Lee-Han-gyul."

Dan seketika itu juga tangan Sihoon berhenti di udara. Kepalanya mendongak dan bertemu tatap dengan Hangyul.

"Lee-Han-Gyul kau bilang?"

Yang diberi pertanyaan pun mengangguk kaku.

"Apa mungkin kau..." Sihoon sampai memundurkan langkahnya. "Kau... pria yang kemarin? Di jembatan Sungai Han?"

Hangyul seketika membulatkan kedua matanya. "Kau ingat?"

Yang dibalas dengan gelengan cepat dan tegas. "Tidak, tidak!" Sihoon seakan menepis semua dugaan Hangyul. "Kau tidak mungkin serius menanggapi ucapan omong kosongku kemarin kan?"

"Itu tidak menjawab pertanyaanku," sanggah Hangyul. "Kau sudah ingat?"

Sihoon mendesah sebal. "Aku masih amnesia, Lee Hangyulssi. Sampai detik ini!" tegas Sihoon.

Here we go again | #GyulHoon [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang