Lebih baik begini-ksh

491 120 15
                                    

 
 

Pagi itu, Sihoon sedang menemani Ayah dan Ibunya. Seminggu sekali biasanya Ayah Kim mempunyai jadwal kunjungan ke Rumah Sakit. Sekedar mengurus resume kedokterannya atau hanya menyambangi Rumah Sakit tempatnya mengabdi sebelum membuka praktik sendiri.

Sihoon diajak ikut pun dengan suatu tujuan. Untuk bertemu dengan salah satu dokter syaraf disana yang menangani kasus amnesianya.

Dokter Han Seungwoo namanya.

"Kim Sihoon?"

Yang namanya dipanggil pun segera menoleh ke arah pintu ruang praktek Dokter Han. Tadinya Sihoon sedang sibuk mengamati para Ibu-Ibu beserta para bocah yang sedang mengantri di depan ruang praktik Dokter Anak.

"Dokter Han!" seru Sihoon sambil bangkit berdiri dari duduknya. Sihoon mengenal Seungwoo sebagai rekan seprofesi Ayahnya. Bukan sebagai dokter yang menanganinya.

"Sedang apa? Kangen denganku?"

Sihoon mendecih pelan. Dan Seungwoo terkekeh setelahnya.

"Mau menunggu di dalam? Sepertinya kau bosan menunggu sendirian," ucap Seongwoo sembari membukakan pintu ruang prakteknya untuk Sihoon.

"Tentu saja mau!" Sihoon melangkah santai ke dalam ruangan bersuhu dingin milik Seungwoo. Dokter syaraf itu hanya tersenyum simpul. Membujuk Sihoon memang tidak sesulit yang dia bayangkan.

"Apa kabarmu, Kim Sihoon?" Seungwoo memulai simulasi pendekatan terhadap pasiennya. Sejauh ini Seungwoo masih belum menemukan adanya tanda-tanda kemajuan dari daya ingat Sihoon setelah kecelakaan kemaren. Namun, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Seungwoo setidaknya bisa memantau perkembangan otak pasiennya, walaupun angka kesembuhan penderita goldfield syndrom itu kecil sekali.

"Um, baik," jawab Sihoon sekenanya. "Oh ya, apa mungkin dokter punya suplemen yang membuat otak menjadi pintar? Aku ingin sekali lulus CSAT, Dok!" keluh Sihoon dengan wajah menggebu.

Seunwoo terkekeh pelan sembari mencontreng sesuatu di buku agendanya yang terbuka.

Ceklist pertama: Ucapan Sihoon tentang suplemen pintar dan CSAT masih sama seperti minggu lalu.

"Semua itu butuh proses pembelajaran, Kim Sihoon," ucap Seungwoo bijak.

Sihoon mendecak frustasi. "Ahh... aku hanya ingin menjadi mahasiswa..."

"Memangnya tidak ada cita-cita lain?"

"Umm..." Cukup lama Sihoon berpikir. "Dancer...? Ah, tidak! Tidak!"

Seungwoo terhibur sekali dengan jawaban Sihoon barusan. "Dancer? Kau serius?"

"Tidak! Tidak! Ini karena belakangan ini Eunsang sering mendengarkan Kpop. Aku jadi tertular virusnya."

"Kpop memang layak untuk dinikmati, bukan?"

"Ya, memang. Sangat layak untuk dinikmati. Sudah berapa video keren yang kutonton di Youtube? Wah, banyak sekali!" Sihoon mengoceh, sementara Seungwoo menulis sesuatu di buku agendanya.

Ceklist kedua: Dancer.

Minggu lalu Sihoon masih menggebu ingin menjadi dokter. Namun minggu ini, Seungwoo mencatat jawaban baru.

Seungwoo kenal dengan Eunsang. Mahasiswa farmasi yang kadang terlihat di klinik gigi Kim. Yang setelah Sihoon mengalami amnesia, turut berperan membantu kesembuhan Sihoon.

"Tidak ada salahnya menjadi Dancer. Ya kan?"

Sihoon menggerak-gerakkan telunjuknya tanda tak setuju. "Apa kata Ayah dan Ibu nanti?"

Here we go again | #GyulHoon [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang