Dia lagi

940 76 116
                                    

"Kehidupan seseorang tidak ada yang benar-benar sempurna. Percayalah, orang lain pernah berkata ingin menjadi sepertimu."-Pelangi

Jika tadi Langit telat datang sedetik saja untuk menolong Pelangi, mungkin wanita itu kini telah bersimpuh darah tertabrak mobil yang sedang melaju kencang.

Belum sempat Pelangi bernapas lebih lama lagi untuk menstabilkan rasa terkejutnya itu, Langit sudah memarahinya, "Lo itu kenapa sih? Waktu itu kena bola, sekarang mau ketabrak mobil. Bosen hidup apa gimana?"

Pelangi menunduk, "Iya kak Maaf, waktu itu kena bola juga gara-gara kakak kan?"

Langit berkacak pinggang, tidak habis pikir dengan satu wanita di depannya itu, "ya tapikan lo bisa menghindar. Bahkan saat ada mobil yang mau nabrak lo, lo diem aja gitu? Gue nolongin lo bukan karena gue baik sama lo, pokonya ini terakhir."

Pelangi mengadahkan kepalanya untuk lebih jelas melihat wajah Langit yang kata orang-orang sangat tampan, "iya kak, makasih."

Setelah mendengar itu, Langit meninggalkan Pelangi sendiri.

Tadinya Pelangi hendak menyebrang untuk kembali ke Sekolah setelah mem-fotocopy catatan Hujan kemaren lusa saat dia tidak masuk, namun dirinya tidak tahu jika ada mobil dengan kecepatan tinggi dari arah kanannya. Langit yang juga mau kembali ke Sekolah setelah menghabiskan beberapa batang rokok dan dua gelas kopi di warung yang berada tepat di depan Sekolah, jadi terpaksa harus menolong wanita itu.

Saat Langit sampai di Kelasnya, Arsen dan Farel masih terlihat sibuk dengan PR yang diberikan oleh bu Lina, guru Biologi.

"Katanya mau nyusul, udah gue tungguin juga!" Kesal Langit sambil mendaratkan bokongnya di kursi kebesarannya.

Arsen tersenyum kuda sambil menunjukan peace kepada Langit, "maunya gitu Ngit, tapi sumpah deh gue kapok kalo harus di hukum sama bu Lina."

Langit melemparkan bukunya secara ngasal ke arah Arsen, "ngit ngit! Lo kira gue apaan?"

Arsen terkikik sendiri melihat temannya yang tidak suka jika dipanggil Ngit, "Iya deh iya Lang iya, maaf dah."

Sedangkan di kelas lain, yaitu kelas Pelangi, wanita itu sedang sibuk menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya.

Matahari nampak terkejut mendengar cerita yang baru saja Pelangi ceritakan, "Hah?! Seriusan kak Langit bantuin kamu?"

Pelangi mengangguk, "iya serius, emangnya salah?"

Matahari menggeleng, "ga salah sih, tapi salah banget. Kayaknya kepala kak Langit habis kebentur deh."

"Yeee Ri, ga boleh gitu. Siapa tau aja kak Langit emang baik dari dulu, kitanya aja yang baru tau" ucap Hujan.

Pelangi mengangguk setuju, "Heem, bener tuh kata Hujan, Ri."

Matahari nampak berfikir sejenak, "ah masa iya si?" Pelangi dan Hujan kompak untuk mengedikan bahu mereka.

"Tapi, waktu itu kak Langit juga ngasihin matcha nya buat aku" ucap Pelangi sambil mengingat kejadian beberapa hari lalu.

Hujan mengkerutkan keningnya, dia tidak mengerti maksud ucapan Pelangi, "Maksudnya Ngi?"

Pelangi mengangguk, "iya, waktu aku kena bola gara-gara kak Langit aku langsung ke Kantin mau beli matcha tapi tinggal satu dan itupun udah dipesen kak Langit. Terus, dia malah jadi beli mineral aja."

"Alah itu mah cuman ngerasa bersalah aja sama kamu Ngi" timpal Matahari.

"Atau jangan-jangan kak Langit suka sama kamu?" Tanya Hujan.

Pelangi Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang