lagi?

692 65 31
                                    

"Setiap pertemuan tidak mungkin terjadi begitu saja. Semuanya telah terencanakan dalam skenario yang telah Tuhan buat, seapik mungkin." -Pelangi

Saat ini merupakan hari yang menyenangkan bagi siswa-siswi di SMA Angkasa, pasalnya semua guru mengikuti rapat bersama kepala Sekolah dan tentunya semua kelas jadi tidak ada guru. Banyak murid yang memilih untuk bermain bola basket ataupun futsal di lapangan Sekolah, ada juga yang pergi mengisi perut di kantin, atau tidur di UKS.

Sedangkan Matahari, Hujan dan Pelangi disibukan dengan berbagai gosip terhangat di Sekolahan ini. Mereka begitu asyik bercerita tentang apa saja yang menurutnya menarik."Eh ternyata ya, si Aurora kayaknya suka deh sama kak Langit" Matahari membuka topik pembicaraan yang lain, agar perbincangan ini semakin ramai.

Hujan menempelkan jari telunjuk di kedua bibirnya, memberi kode agar Matari tidak terlalu kencang saat mengucapkan nama Aurora "Stttt--- jangan keras-keras ngomongnya nanti Aurora denger tau."

Pelangi melihat ke arah bangku Aurora dan temannya, ternyata mereka sedang tidak ada di sana, "Aurora lagi ga ada di kelas, Jan."

Matahari dan Hujan kompak melirik ke arah bangku Aurora dan benar wanita itu sedang tidak ada. Setelah memastikan tidak ada kemunculan Aurora, Matahari membangun lagi topik tentang wanita itu, "tuh kan bener! Pasti dia lagi mejeng di deket kelas kak Langit."

"Yaudah sih Ri, terserah Aurora juga mau ngapain dan suka sama siapa," Pelangi berbicara sambil mengemut permen lolypop kesukaannya.

Matahari berusaha membela argumennya barusan, "Ih bukannya gitu Ngi, kak Langit nya kaya ga suka gitu sama dia. Tapi gatau kenapa kaya ga berani kasar sama Aurora, padahalkan tau sendiri sifat kak Langit kaya apa."

Hujan membuka suara, "kamu kok kaya tau banyak tentang kak Langit?"

"Iyalah! Aku kan suka sama kak Farel, jadi apapun yang berhubungan sama dia harus aku cari informasinya, termasuk kak Langit dan kak Arsen" Matahari begitu semangat menceritakan alasan mengapa dia tahhhhhhhhidjijfwei9eu banyak tentang Langit.

"Kak Farel yang temennya kak Langit? Yang paling putih diantara mereka bertiga?" Tanya Pelangi, dia ingat lelaki itu yang meminta maaf atas perilaku Langit tempo hari saat bola yang ditendangnya mengenai kepala Pelangi.

Matahari mengangguk semangat, "tumben kamu tau? Biasanya semua hal di Sekolah ini kamu gatau, Ngi" dia terkekeh di akhir kalimatnya, sedangkan Pelangi hanya menggeleng, dia tidak ingin melukai hati sahabatnya bila tahu bahwa kak Farel pernah berbicara kepada Pelangi.

🌈🌈🌈

Berbeda dengan yang lainnya, Langit, Farel dan Arsen memilih untuk pergi keluar Sekolah dengan memanjat tembok parkiran Sekolahnya. Kini mereka bertiga berada di kostan yang di sewa Arsen di dekat Sekolah, lelaki itu memang tinggal di sana karena jarak rumahnya lumayan jauh dengan Sekolah.

Sambil menghisap rokok di sela jari telunjuk dan tengahnya, Arsen membuka pembicaraan, "Lang, bilangin bokap lo sering-sering adain rapat beginian!"

Farel mengangguk setuju, "neur tuh Lang!" Setelah menghisap rokok di tangannya, dia menyeruput kopi hitam yang masih lumayan panas.

Langit yang semula sedang rebahan di atas kasur milik Arsen, kini ikut duduk dan menyalakan rokok miliknya, "kalian kaya yang gatau aja gimana hubungan gue sekarang sama tuh bapak tua!"

"Masih lo?" Tanya Arsen, Langit hanya mengangguk sambil menghisap rokoknya kembali.

"Lang Lang lo har---"

Langit memotong ucapan Farel sebelum lelaki itu kembali membicarakan masalah keluarganya yang sudah bosan Langit dengar, "Udahlah Rel, gue lagi ga mau denger ceramah lo! Kalo mau ceramah di masjid aja" Langit mematikan rokoknya yang belum habis dan segera bangkit berdiri.

Pelangi Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang