Guardian Angel

564 58 28
                                    

"Katanya akan ada satu orang di dunia ini yang sengaja Tuhan kirim hanya untuk menjadi pelindungmu, lalu apakah itu kamu?" -Pelangi

Pelangi tidak pernah menyangka bahwa kakak kelasnya yang terkenal badung itu akan memenuhi isi kepalanya semalaman, bahkan ia tidak bisa tidur dibuatnya. Tetapi yang membuatnya lebih kesal adalah ketika dia tidak bisa kembali bersekolah hari ini.

Arsen memfokuskan pandangannya ke arah Matahari dan Hujan, "gila! Pelangi udah ga Sekolah lagi?" ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seolah sedang keheranan.

Farel segera mengikuti arah pandangan milik Arsen dan ternyata benar saja tidak ada Pelangi di antara Matahari dan Hujan, "kali aja dia di kelas Sen."

Arsen menggeleng kuat, "ga akan mungkin Rel, kayaknya Pelangi emang ga Sekolah."

Langit yang sedang menyantap batagor pun kini terdiam sejenak, dia ingat kejadian dua hari yang lalu. Kalau tidak salah lelaki itu membantu Pelangi bersama Kejora saat wanita itu terjatuh. Beberapa detik kemudian Langit segera menggelengkan kepalanya, tidak mungkin Pelangi tidak bersekolah hanya karena itu. Langit masih ingat jika kaki Pelangi masih bisa digunakan berjalan, walaupun lumayan banyak darah yang keluar dari lutut Pelangi saat itu.

Setelah pulang ke rumah, Langit segera mandi dan mengganti bajunya, dia akan mengajak Kejora makan di luar hari ini, walaupun memang sebenarnya hampir setiap hari Langit mengajak addiknya menyantap makan di luar demi menghindari masakan milik Samira. Hal tersebut dilakukan bukan karena masakan milik wanita itu tidak enak, hanya saja yang tidak enak adalah hatinya dan jiwanya jika memakan masakan seseorang yang dirinya benci.

"Dek, cari makan yu" ajak Langit kepada Kejora yang sedang asyik menonton drama korea di kamarnya.

"Udah hampir satu bulan kita ga pernah makan di rumah loh bang, padahal bu Samira masak tiap hari" jawab Kejora.

Langit mendelik ke arah adiknya, jika saja yang berbicara adalah Arsen atau Farel dia pasti sudah menjatuhkan satu bogem mentah, "kalo kamu ga mau ikut, abang aja sendiri."

Kejora segera berdiri, "iya ih ikut! Tunggu di luar bentar ya mau ganti baju dulu."

Langit membawa Kejora ke salah satu tempat makan yang berada tepat di depan Rumah Sakit Harapan. Kejora memandang iba ke arah Langit, "abang lagi kangen ya sama mamah?"

Langit hanya diam, tanpa dia jawab Kejora pasti sudah tahu jawabannya. Langit selalu merindukan Mentari di setiap harinya dan adiknya tau akan hal itu. Tempat makan ini adalah salah satu yang paling sering mereka kunjungi saat Mentari di rawat di Rumah Sakit Harapan selama satu tahun lamanya.

Kejora juga sangat terpukul atas apa yang menimpa keluarganya, tetapi pelan-pelan dia mulai berusaha ikhlas. Berbeda dengan Langit yang terlihat sangat jelas bahwa dia menolak semua itu. Sekali lagi Kejora menatap nanar kakak satu-satunya itu, bahkan sejak setengah jam yang lalu Langit hanya diam memandang Rumah Sakit yang berada di depannya tanpa memakan sedikit pun makanan yang sudah  berada di meja makannya, "bang! Katanya mau makan?"

Langit beralih menatap Kejora yang juga sedang menatap ke arahnya, lalu melihat piring adiknya sudah kosong sedangkan miliknya belum tersentuh sedikitpun, "Keke udah makannya? kita pulang aja yu."

Kejora menggeleng keras, matanya menatap nyalang ke arah Langit, persis seperti tatapan nyalang kakaknya saat sedang marah, "abang gimana sih? kan tadi abang yang minta temenin makan, " Kejora memperlihatkan wajah merajuknya, padahal dalam hati dia tidak tega melihat luka hati abangnya yang tidak kunjung pulih.

Langit mengacak-acak rambut adiknya itu lalu berusaha fokus dengan makanan di depannya, sedangkan Kejora kini beralih menatap bangunan di sebrangnya. Bohong jika dia tidak kenapa-kenapa, bohong jika lukanya sudah sembuh. Namun, di tengah keadaan yang seperti ini memaksa dia harus lebih bersikap dewasa. Langit yang terlihat sangar dan tukang bertengkar itu tidak sekuat kelihatannya, dia sangat rapuh di dalamnya. Maka Kejora pikir dia harus lebih bersikap dewasa dan jangan merengek seperti kebanyakan anak se-usianya yang mengalami hal seperti ini.

Pelangi Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang