"Meskipun aku mempunyai nama Pelangi, tetapi hidupku hampa dan cenderung tidak berwarna" -Pelangi
Seperti hari-hari biasanya Pelangi memulai harinya dengan lesu. Baginya, secerah apapun Matahari memancarkan sinar, tetap saja, hidupnya redup dan gelap.
"Pagi Mah, Pah" sapa Pelangi sambil berusaha menampilkan senyum terbaiknya, walaupun pada kenyataannya batin dia selalu menjerit dan tidak tenang.
Sambil tersenyum dan berdiri Sandi mengecup putri semata wayangnya itu "Pagi juga Pelangi terindahnya papah."
Lalu, Sinta pun beralih memeluk Pelangi "Pagi sayang, gimana keadaannya?"
Pelangi tersenyum walaupun terkesan hambar, "baik mah, seperti biasa."
Bahkan, Pelangi sudah hafal betul tentang apa-apa saja yang akan terjadi dalam hari-harinya. Semuanya dapat dia prediksi dengan tepat.
Hidup dia tidak jauh dari mengulangi kejadian hari kemarin, kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi.Setelah mengantarkan Pelangi hingga gerbang Sekolah, Sandi dan Sintia berangkat menuju tempat mereka bekerja.
"Haiii Pelangi!" Sapa Matahari dan Hujan.
Matahari dan Hujan adalah teman Pelangi, mereka kembar identik. Sebelumnya, Pelangi tidak ingin berteman dekat dengan siapapun. Tapi entah kenapa kepada Matahari dan Hujan, Pelangi merasa ada yang berbeda.
Pelangi tersenyum memandangi kedua temannya yang baru saja datang, "hai."
"Wihhhh! Mobil baru Ngi?" Tanya Matahari sambil melirik mobil Pajero Sport keluaran terbaru milik orangtua Pelangi, yang baru saja melesat meninggalkan area Sekolah.
Pelangi mengangguk sambil tersenyum. Kemudian, mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas.
"Enak ya jadi kamu Ngi, udah cantik, pinter, kaya lagi" kata Hujan tiba-tiba.
Pelangi tersenyum meringis, andai saja Tuhan memberinya pilihan, mungkin Pelangi akan memilih menjadi Hujan saja.
Saat ini merupakan jam pelajaran Olahraga bagi kelas Pelangi, kelas XI IPA 1 yang merupakan kelas unggulan di Sekolah Pelangi. Tetapi seperti biasanya juga Pelangi tidak akan mengikuti jam pelajaran Olahraga seperti yang lainnya.
Dengan wajah sok berkuasanya itu, Aurora mercak-mercak kepada Pelangi "Gua ga habis pikir! Lo ada hubungan apa sih sama pa Ginanjar? Kok bisa lo dapet nilai Olahraga bagus sedangkan lo ga pernah ikut Olahraga sama sekali!"
Pelangi hanya diam, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan masalahnya kepada Aurora yang sedari kelas sepuluh memang seperti tidak menyukainya.
"Karena Pelangi baik, ga kaya lo!" Bentak Matahari.
Matahari adalah salah satu orang yang paling keras membela Pelangi jika ada yang menyakitinya. Dia heran, kenapa wanita sebaik Pelangi bisa banyak yang tidak menyukainya.
"Hah?! Baik lo bilang? Atau jangan-jangan lo ada main sama pak Gi---"
Matahari naik pitam, dia sudah mengangkat tangannya tinggi-tinggi "Heh! Jaga ya mulut lo."
"Udah Ri, udah" jika saja Hujan tidak menenangkan Matahari, mungkin satu bogem mentah sudah mendarat di wajah cantik Aurora.
Matahari dan Hujan adalah dua kepribadian yang terbalik. Jika Matahari adalah pemarah, maka Hujan adalah pemaaf. Jika Matahari adalah sosok yang ceria, maka Hujan adalah sosok yang sering muram.
"Dasar preman kampung!" Setelah mengatakan itu Aurora dan teman-temannya pergi meninggalkan kelas.
"Yeh dasar badut ancol! Mau ke Sekolah atau kondangan sih udah kaya artis organ aja" Matahari masih saja mendumel, padahal Aurora dan teman-temannya sudah pergi jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Langit Senja
Teen FictionWARNING: CERITA INI MENGANDUNG BANYAK BAWANG, BAGI YANG TIDAK KUAT HARAP MENJAUH!!!! • • • Bagi Pelangi, Matahari dan Hujan saling berkolaborasi untuk menciptakannya, lalu Langit pun, selalu memberi tempat baginya untuk hadir. Sedangkan bagi Langit...