"Jika kehangatan keluarga bisa aku rasakan dalam keluargamu, apakah boleh aku menjadi bagian daripadanya?"-Langit
Biasanya Pelangi hanya akan mengenakan baju tidur ber-motif panda kesukaannya saat makan malam, namun kali ini dia memakai celana jeans yang sedikit di atas lutut dan kaos putih pendek serta menguncir kuda rambut panjangnya.
Sandi tersenyum senang melihat Pelangi yang akhir-akhir ini terlihat lebih ceria daripada biasanya, "mentang-mentang mau ada pacar, makan malam juga jadi mempercantik diri dulu."
Sinta yang sedang meletakan hasil masakannya ke meja makan pun jadi melirik Pelangi terlebih dahulu, memang benar kini putrinya itu seperti lebih ceria dari sebelumnya.
Pelangi memajukan bibirnya, "ih bukan papah, kak Langit bukan pacar aku."
Sandi hendak membuka suara lagi, namun kini bel rumahnya sudah berbunyi menandakan ada seseorang yang datang. Tanpa mengucapkan satu kata pun, Pelangi sudah lebih dulu berjalan ke arah pintu utama rumahnya untuk membukakan pintu.
Pelangi membuka pintunya sambil menunjukan senyum terbaiknya kepada Langit, "eh kak Langit, kirain ga bakalan dateng."
Langit hanya membalas senyuman Pelangi sambil menyodorkan kantong plastik yang dia bawa, "nih matcha buat lo, gue kira lo suka."
Pelangi mengangguk semangat, dia memang sangat menyukai minuman berasa itu. Matanya berbinar setelah membuka kantung plastik tersebut dan melihat bahwa minuman tersebut dipenuhi banyak boba kesukannya juga.
"Jangan kegeeran! Gue ngasih itu karena ngegantiin minuman yang lo kasih ke gue. Terus gue dateng ke sini juga karena undangan dari mamah lo, ga lebih."
Pelangi mendelikan matanya ke arah Langit, hah... ternyata lelaki itu tetap tidak berubah sama sekali, "yaudah masuk."
Langit senang sekali bisa berada di rumah Pelangi yang dipenuhi kehangatan dari kedua orangtua gadis itu. Sudah lama sekali Langit tidak merasakan perasaan seperti ini, setidaknya rasa rindu Langit kepada keluarga kecilnya dapat terobati sedikit di sini.
Pelangi sendiri sedaritadi sangat menikmati pemandangan di depannya, yaitu Langit yang banyak sekali tersenyum sejak tadi, tidak seperti biasanya saat di Sekolah. Kali ini senyumnya sangat tulus.
Setelah menyelesaikan makan malam, Langit diajak untuk bersantai terlebih dahulu di halaman belakang rumah Pelangi oleh Sandi. Sedangkan Pelangi dan mamahnya sedang membereskan sisa makan malam tadi dan menyiapkan camilan untuk mengobrol.
Sandi menatap kosong kolam ikan di depannya, terlalu banyak pikiran tentang Pelangi yang akhir-akhir ini memenuhi isi kepalanya.
Langit memandang khawatir ke arah Sandi, "om kenapa? kayaknya lagi banyak pikiran, siapa tau mau berbagi sama saya."
Sandi tersadar dan menatap Langit penuh harap, "banyak yang ingin om sampaikan pada kamu, bahkan pada dunia, tapi banyak alasan yang akhirnya mengharuskan om untuk bungkam."
Langit mencoba mengartikan semua kata yang Sandi ucapkan, dia yakin bahwa papah Pelangi memang sedang tidak baik-baik saja saat ini, "tentang Pelangi?"
Sandi mengangguk, "untuk saat ini om hanya ingin berterimakasih sebanyak-banyaknya kepada kamu, om dengar kamu sudah beberapa kali menyelamatkan Pelangi" Sandi menggantungkan kalimatnya, dia sangat ragu mengucapkan ini, "apa om boleh minta sesuatu sama kamu?"
Dengan tegas Langit mengangguk, tidak mungkin dia menolak permintaan papah Pelangi yang sudah sangat baik kepadanya. "Kamu tahu Pelangi tidak baik-baik saja. Om minta tolong jagakan dia untuk om, karena kamu juga tahu bahwa dia tidak bisa menjaga dirinya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Langit Senja
Novela JuvenilWARNING: CERITA INI MENGANDUNG BANYAK BAWANG, BAGI YANG TIDAK KUAT HARAP MENJAUH!!!! • • • Bagi Pelangi, Matahari dan Hujan saling berkolaborasi untuk menciptakannya, lalu Langit pun, selalu memberi tempat baginya untuk hadir. Sedangkan bagi Langit...