"Kenapa harus selalu kamu?" -Pelangi
Sekarang adalah hari sabtu, itu artinya anak SMA di Indonesia sedang menikmati hari liburnya. Begitupun dengan Langit dan kedua temannya. Sebelum pergi ke tempat tongkrongan, mereka memutuskan untuk bersantai terlebih dahulu di rumah milik Langit, tepatnya rumah orangtua lelaki itu.
Samira datang ke kamar Langit, tempat dimana Langit dan teman-temannya sedang berkumpul. Wanita itu meletakan minuman dan berbagai jenis makanan ringan, "di makan ya" ucapnya lembut.
Arsen mengangguk semangat, "aduh tante tau aja hehe---- tan ko makin cantik sih?"
Farel yang sedang memakan makanan tersebut pun langsung terbatuk-batuk atas pertanyaan Arsen, sedangkan Langit hanya membuang pandangannya.
Samira yang sadar bahwa kehadirannya tidak diinginkan Langit, segera pamit undur diri, "tante ke bawah lagi ya."
Arsen mengangguk sambil tersenyum, sebelum merebut toples berisi makaroni pedas di tangan Farel.
Farel menatap garang ke arah Arsen, "dasar jembut!"
Arsen tidak peduli apa yang dikatakan Farel, dia lebih tertarik membangun topik pembicaraan dengan Langit. "Lang, kalo gue jadi lo, udah betah banget dah di rumah!"
Langit menatap Arsen seperti bertanya, begitu pun Farel yang tertarik dengan pembicaraan Arsen, "Yaiyalah! Coba lo liat tante Samira, kecantikan dia hampir mengalahkan tujuh keajaiban dunia! Belom lagi Kejora, sinar kecantikan yang dia pancarkan mengalahkan berbagai bintang kejora di langit malam!" Ucap Arsen dramatis.
Farel mengedikan bahunya seperti sedang berkata amit-amit, dia tidak habis pikir kenapa bisa berteman dengan manusia macam itu. Sedangkan Langit yang sudah terbiasa akan sikap aneh Arsen hanya diam dan kembali fokus terhadap layar ponselnya.
Lama tidak ada suara, Farel pun mencoba mencari topik pembicaraan lagi, "Lang, Kejora kemana? Ko ga keliatan? Biasanya nempel mulu sama lo."
Langit yang ditanya, namun Arsen yang lebih dulu menanggapi pertanyaan Farel, "Mau apa lo Rel tanya-tanya Kejora?! Kejora itu investasi masa depan gue no debat!"
Langit yang muak dengan sikap Arsen, melempar bantal tepat ke wajahnya, "Lo kira adik gue apaan bisa lo investasiin?!"
Arsen mengacungkan dua jarinya sebagai tanda peace, "masa sama calon adik ipar marah-marah sih."
Langit menggertakan giginya, sungguh dia sangat jijik terhadap sikap temannya itu. Sedangkan Farel hanya puas menertawakan Arsen.
Sebelum mendapat bogem mentah dari Langit, lebih baik Arsen mengalah untuk saat ini, "Oke-oke maaf Lang, engga lagi!"
Tiba-tiba saja Farel menatap serius ke arah Langit, "Lang, lo kayaknya suka banget nolongin Pelangi?"
Sejujurnya Langit tidak suka dengan pertanyaan Farel, apalagi saat tahu fakta bahwa temannya itu juga penasaran kepada perempuan bernama Pelangi, "Bukannya sebagai manusia emang harus ya tolong menolong?"
Arsen hampir saja menyemburkan fanta yang sedang dia minum, "YaAllah Lang, kalo mau ngelucu liat situasi gue lagi ngapain! Emang mau lo kehilangan calon ipar gara-gara keselek fanta?!"
Langit benar-benar tidak habis pikir dengan Arsen, bisa-bisanya dia masih mengaku bahwa dirinya adalah calon adik iparnya. Padahal belum sampai satu menit yang lalu dirinya mengatakan kata maaf.
Farel berdecak, "yaelah Lang! Semua orang juga tau bahwa ga ada kamus tolong menolong dalam hidup Langit Askara, kalo ga menguntungkan buat lo."
"Lo suka sama Pelangi Rel?" Tanya Langit tiba-tiba, namun lelaki itu tidak menjawabnya.
"Kalo iya, ambil aja buat lo! Gue ga minat sama anak mamih kaya dia" lanjut Langit sambil berdiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/196327258-288-k735822.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Langit Senja
Teen FictionWARNING: CERITA INI MENGANDUNG BANYAK BAWANG, BAGI YANG TIDAK KUAT HARAP MENJAUH!!!! • • • Bagi Pelangi, Matahari dan Hujan saling berkolaborasi untuk menciptakannya, lalu Langit pun, selalu memberi tempat baginya untuk hadir. Sedangkan bagi Langit...