Langit yang Baik

572 56 44
                                    

"Aku tidak menyukainya, apalagi untuk mencintai dia, tidak pernah terlintas di dalam pikiranku sama sekali. Namun entah kenapa, semua ini bisa terjadi begitu saja."-Langit

Terhitung satu minggu sejak kejadian
waktu itu, Pelangi jadi sering berangkat ke Sekolah bersama Langit. Walaupun saat pulang dia tetap di jemput oleh papah atau mamahnya. Sejak Langit hadir dalam hidup Pelangi, dia jadi lebih semangat bersekolah.

Pelangi tidak menyangka bisa dekat dengan kakak kelasnya yang terkenal tampan dan nakal itu, Pelangi kira wanita seperti dia termasuk ke dalam salah satu wanita yang harus Langit jauhi, tapi ternyata tidak juga. Bahkan saat ini Pelangi sudah satu kontak WA dengan Langit, walaupun Langit hanya mengirimi Pelangi pesan untuk memberi kabar jika dia akan on the way ke rumah Pelangi dan menyuruh wanita itu menunggu di depan rumahnya.

Seperti biasanya saat dalam perjalanan menuju Sekolah tidak banyak percakapan yang terjadi, meski telah satu minggu, tetap saja terasa canggung bagi keduanya.

"Kak, nanti pulangnya bisa anterin Pelangi ga? Tadi mamah sama papah bilang ga bisa jemput" tanya Pelangi.

Tadinya Langit akan menolak, tetapi dia ingat bahwa wanita itu memang tidak bisa pulang sendiri, "nanti lo tunggu aja di kelas, entar gue samperin. Gue ga langsung pulang, suka nunggu dulu parkiran sepi."

Pelangi hanya mengangguk sebagai jawaban, mungkin saat itu Langit tidak bisa melihatnya

Setelah sampai di kelas, Pelangi dibanjiri pertanyaan dari kedua temannya karena mereka melihat Pelangi datang ke Sekolah bersama Langit, "jadi, kenapa kamu bisa ke Sekolah bareng kak Langit, Ngi?" Tanya Matahari.

Dengan terpaksa Pelangi menceritakan kejadian sejak Langit datang ke rumahnya untuk makan malam hingga tadi pagi, dia tidak mungkin membohongi temannya lebih banyak lagi.  "----tapi aku minta tolong ya please jangan kasih tau siapapun tentang ini dan kalau nanti kita ketemu kak Langit ataupun temennya bersikap biasa aja ya."

"Loh emangnya kenapa Ngi?" tanya Hujan.

"Kak Langit kayanya risih kalo banyak yang tau, soalnya temen-temen dia pun ga ada yang tau" jawab Pelangi.

Matahari memegang pundak Pelangi, "Ngi, gue bener-bener dukung banget kalo lo sama kak Langit! Itu artinya gue bisa deket-deket sama kak Farel," Matahari nampaknya begitu semangat mendengar kabar baik itu, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan sedikit pun agar bisa dekat dengan sang pujaan hati.

"Dulu aja, kamu yang larang Pelangi deket sama kak Langit, Ri" cibir Hujan.

"Sekarang beda lagi cerita!" Jawab Matahari sambil cengengesan.

Namun di sisi lain justru Hujan nampak tidak begitu setuju dengan ucapan saudari kembarnya, "tapi Ngi, aku harap kamu ga ngarep banget sama kak Langit. Kamu tahu kan Ngi, udah berapa banyak korban dia di Sekolah ini? Selain itu, Aurora dan kak Langit keliatannya juga deket."

Matahari menatap tidak suka ke arah Hujan, "ih apaan sih Jan! udah Ngi jangan dengerin kata Hujan."

Pelangi hanya bisa tersenyum lebar melihat kedua sahabatnya yang selalu berbeda sudut pandang tentang segala hal. Dia juga sangat bersyukur mempunyai teman seperti Hujan dan Matahari.

Lalu Pelangi mengarahkan pandangan  ke arah pintu kelas, karena terdengar suara bising dari beberapa siswi. Ternyata di sana sudah ada Langit yang juga sedang menatap ke arahnya. Menyadari itu, sontak membuat Pelangi salah tingkah sebelum dengan jelas Aurora mendekati Langit.

Pelangi mencoba memfokuskan pandangannya dan beberapa detik kemudian, dia melihat Aurora memeluk tubuh Langit dari samping. Entah pantas atau tidak, tetapi kenapa Pelangi sangat tidak suka melihat hal tersebut. Lalu Langit melihat kembali ke arah Pelangi yang masih menatapnya, melihat itu Pelangi langsung mengalihkan tatapannya ke arah Hujan dan Matahari. Tanpa Pelangi tahu, Langit langsung berusaha melepaskan pelukan Aurora kepadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang