"Kamu itu terlalu misterius untuk aku lewatkan." -Langit.
Saat ini Langit dan semua siswa di Sekolahnya sedang berburu ke arah kantin. Karena jika mereka telat datang sebentar saja, biasanya tempat duduknya sudah penuh oleh para siswa-siswi SMA Angkasa.
Saat dalam perjalanan, Langit melihat Pelangi bersama kedua temannya. Mereka sempat berpapasan beberapa detik, namun Pelangi sama sekali tidak menyapa bahkan tidak tersenyum sedikit pun ke arah Langit. Padahal hampir semua siswi di Sekolahnya selalu tersenyum manis kepada Langit, termasuk kedua teman Pelangi.
Hari-hari berikutnya pun, Pelangi juga melakukan hal yang sama. Langit sempat penasaran akan sikap Pelangi yang tidak seperti biasanya. Lelaki itu mencoba berpikir apakah dia melakukan kesalahan kepada gadis yang penuh tanda tanya itu, namun jawabannya adalah tidak.
Tidak mungkin kan, kalau Pelangi bersikap seperti itu hanya karena Langit menanyai perihal dia yang melihat Pelangi di depan Rumah Sakit menggunakan seragam pasien? Apa iya wanita itu sebegitu marahnya perihal itu.
Farel berdecak kesal sambil melihat semua meja kantin yang terisi penuh, "gara-gara lo sih Sen! Pake mau berak dulu, jadikan penuh."
Arsen menunjukan senyum kudanya, pasalnya tadi dia sudah tidak kuat menahan sakit perut yang melandanya sejak tadi pagi, "eh! Tuh meja Pelangi kosong cuman bertiga, gabung aja nyuakk!"
Tanpa memberikan kesempatan kepada Farel dan Langit, Arsen sudah lebih dulu berjalan menuju meja yang di duduki oleh Pelangi dan temannya. "Hai gurls! Kita ikut duduk ya, soalnya meja lain penuh hehe."
Lagi-lagi Farel dan Langit harus menanggung malu atas apa yang dilakukan oleh sahabatnya itu.Matahari mengangguk semangat empat lima! Apalagi yang lebih indah daripada menyantap makanan di depan lelaki yang dia sukai? Membayangkan saja, dia tidak pernah.
Setelah mendapat persetujuan, Langit dan Farel akhirnya ikut juga duduk.
Jika harus jujur sebenarnya Pelangi ingin menolak, tetapi ketika melihat senyuman manis di wajah Matahari dia akhirnya mengalah, "Mmm-- Aku ke kelas duluan ya."
Langit yang tadinya tidak terlalu memperdulikan kehadiran Pelangi, kini jadi menatap wanita itu jengah. Pasalnya Pelangi terlalu kentara bahwa dia tidak ingin Langit dan kedua temannya ada di sini.
"Kenapa?" Tanya Matahari polos, dia sepertinya tidak ingat ucapan Pelangi beberapa hari lalu.
"Pengen tidur aja" Jawab Pelangi dan segera berlalu di hadapan mereka semua.
"Emang Pelangi suka tidur di Sekolah?" Tanya Farel.
Tidak peduli dengan apa jawaban teman Pelangi, Arsen lebih tertarik untuk melihat raut wajah Langit saat mendengar nama Pelangi.
Matahari mencoba mengingat-ingat lagi sesering apa Pelangi tertidur di kelas, "dulu ga terlalu sih kak, tapi sekarang jadi lumayan sering. Akhir-akhir ini Pelangi jadi aneh, dia jadi ga terlalu semangat untuk Sekolah."
Mendengar jawaban dari Matahari, jiwa biang gosip milik Arsen seakan mencuat ke daratan, "masa kalian ga tau alesannya, kalian kan sahabatnya."
Hujan menggeleng sedih, "tepatnya kita yang selalu berusaha menjadi sahabat Pelangi, dia ga terlalu suka kenal atau deket sama orang-orang baru. Selama ini dia nyembunyiin sesuatu dari kita."
Langit setuju dengan apa yang dikatakan Hujan barusan, Pelangi pasti menyembunyikan sesuatu. Pelangi begitu misterius untuk Langit lewatkan.
Farel nampak menghela napas panjang, "emang kalian ga pernah nanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Langit Senja
Teen FictionWARNING: CERITA INI MENGANDUNG BANYAK BAWANG, BAGI YANG TIDAK KUAT HARAP MENJAUH!!!! • • • Bagi Pelangi, Matahari dan Hujan saling berkolaborasi untuk menciptakannya, lalu Langit pun, selalu memberi tempat baginya untuk hadir. Sedangkan bagi Langit...