"Tidak mungkin Langit yang melanglang buana, menyukai Pelangi terburuk yang pernah ada." -Pelangi
Saat ini Pelangi dan kedua temannya memilih untuk mengisi perutnya di Kantin, sama seperti siswa-siswi yang lainnya. Mereka sesekali tertawa mendengar cerita yang dilontarkan oleh Matahari.
"Ri, Jan, kemaren aku dianterin pulang sama kak Langit" celetuk Pelangi di tengah-tengah percakapan mereka , dia tidak ingin bahwa nanti Matahari dan Hujan tahu dari orang lain, itu pasti akan membuat persahabatan mereka sedikit rusak.
Matahari dan Hujan memandang tidak percaya ke arah Pelangi, bukannya mereka tidak mempercayai Pelangi, tetapi perlakuan kak Langit sungguh di luar dugaan, "Wah?! Seriusan Ngi? Ko bisa sih?" Tanya Matahari.
Pelangi mengangguk, "kemaren ban mobil mamah aku pecah, terus aku niat pulang sendiri. Eh malah di gangguin anak sama Sekolah tetangga, untungnya saat itu kak Langit dateng bantuin aku dan anterin aku pulang."
Hujan menatap khawatir kepada Pelangi, dia takut sahabatnya menjadi korban selanjutnya dari kakak kelasnya yang tampan itu, "Kamu harus ati-ati Ngi, tau sendiri kan kak Langit ga pernah serius deketin cewe?"
Pelangi menggeleng, "menurut aku point nya bukan di situ sih Jan. Kak Langit jelas bukan lagi deketin aku, tapi dia emang cuman sebatas nolongin aja. Yang aku ga nyangka ternyata dia sebaik itu ya Ri, Jan?"
"Kalo misalnya kak Langit suka sama kamu gimana Ngi?" Tanya Matahari tiba-tiba.
"APA?! KAK LANGIT SUKA SAMA PELANGI? YA GAK MUNGKIN LAH PREMAN PASAR!!!" Aurora tertawa di akhir kalimatnya.
Sekarang semua seisi Kantin melihat ke arah mereka, begitu juga Langit dengan teman-temannya.
Matahari yang tidak bisa tinggal diam, sontak ingin mencakar habis wajah cantik Aurora, tetapi di tahan oleh Hujan, "sabar Ri! Sabar!"Pelangi menatap mata Aurora dengan kesal, selama ini dia selalu mencoba untuk sabar menghadapi Aurora, "Ra, aku ga ngerti ya apa salah aku sama temen-temen aku selama ini sama kamu. Sampe-sampe kamu selalu cari masalah sama kita----Ayo Ri, Jan meningan kita pergi dari si---"
Byurrr
Belum sempat Pelangi membereskan kalimatnya, Aurora sudah lebih dulu menumpahkan jus jambu yang tadi dibawa oleh Laras, sahabat terdekat Aurora.
Pelangi terdiam, dia tidak menyangka hanya karena hal sepele seperti ini, Aurora melakukan itu kepadanya.
Matahari sudah semakin naik pitam "Lo!!!"
Dari arah lain, Langit dengan kedua teman dekatnya berlari menuju Aurora dan Pelangi.
Langit menatap Aurora kesal, "kamu apa-apaan sih Ra?!"
Aurora balas menatap Langit dengan wajah kesal, "Oh, jadi kamu malah belain dia?! Aku kan udah bilang kamu jangan sampe suka sama Pelangi?!"
Langit membuang napas kasar, kenapa wanita di depannya itu sangat keras kepala, "Siapa sih yang suka sama Pelangi? Ga ada Ra, kamu jangan ngarang deh!"
Pelangi menatap sendu ke arah Langit, walaupun apa yang dikatakan Langit sudah dapat Pelangi prediksi sebelumnya, tetapi kenapa saat mendengar itu langsung dari mulut Langit dia merasa tidak baik-baik saja.
Farel yang melihat perubahan raut wajah Pelangi segera membuka suara, "kalian mending anter Pelangi ke Toilet gih, bersih-bersih."
Setelah mendengar intruksi dari Farel, Matahari dan Hujan segera membawa Pelangi ke Toilet dan membantunya membersihkan seragam milik Pelangi.
"Kamu gapapa kan, Ngi?" Tanya Hujan.
Pelangi menggeleng, "gapapa ko Jan. Hujan, Matahari, makasih ya selalu ada buat aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Langit Senja
Teen FictionWARNING: CERITA INI MENGANDUNG BANYAK BAWANG, BAGI YANG TIDAK KUAT HARAP MENJAUH!!!! • • • Bagi Pelangi, Matahari dan Hujan saling berkolaborasi untuk menciptakannya, lalu Langit pun, selalu memberi tempat baginya untuk hadir. Sedangkan bagi Langit...