Hanare mengocok setumpukan kartu tarot ditangannya dengan cepat. Ia lalu menatanya dan mengambil lima diantaranya. Ia lalu memasukkan yang lain kedalam saku. Hanare melirik lima buah kartu dimeja bundanya lalu menatap tajam Kakashi.
"Kau ingin yang mana untuk terbuka pertama? "
Kakashi memutar bola matanya malas.
"Ayolah, aku bukan orang yang percaya pada hal seperti ini! " Ia melipat tangannya didepan dada
"Ini hanya peringatan, beberapa adalah awalan, beberapa akhiran, beberapa yang lain adalah yang lain bukan yang lain"
"Hahahahahaha" Kakashi tertawa terbahak-bahak hingga merasa perutnya sakit
"Aku tidak main-main karena takdir bukan mainan" Hanare menatap tajam Kakashi
Kakashi berdehem dan mengambil kartu yang paling kiri, berdiri lalu menuju pintu. Namun saat ia memutar knp, suara Hanare mencegahnya.
"Kau tak ingin membukanya? Kau tak penasaran? "
"... " Kakashi hanya menatap tangannya yang memegang knop. Perasaannya campur aduk. Antara bodo amat, lelah, dan secercah rasa penasaran. Namun ia segera menghilangkan kata 'penasaran' dari otaknya.
"Baiklah, terserah padamu saja. Aku akan memberitahumu isi semua kartu itu. Saat waktunya tepat tentunya. "
" Tidak perlu. Biapapun takkan bisa mengendalikan takdirku. Biarkan takdir itu berjalan sendiri tanpa ada campur tangan siapapun, termasuk aku" Setelah itu Kakashi memutar knop dan menghilang dibalik pintu
***
"Kakashi-sensei... "
Merasa dipanggil, Si Pria Perak itu menoleh kebelakang. Ia mendapati segerombolan murid-muridnya. Murid perempuan tentunya."Nani? " Tanya Kakashi datar
"Anda tampan sekali"
Kakashi terkekeh dan mengelus wajah tampannya.
"Kalian juga imut" Setelah mengatakan itu Kakashi mengedipkan sebelah matanya. Membuat gerombolan fangirl itu menjerit histeris.
Wajah Kakashi berubah dingin. Kakashi kembali berjalan kedepan sambil melambaikan tangannya.
"Lupakan saja, itu hanya omongan kosong"
Namun bukannya diam, gerombolan fangirl itu tambah histeris seraya meneriakkan kata-kata pujian untuk Kakashi seperti "Anda dingin tapi mampu membuatku meleleh" "Anda tambah keren" "Wangimu membuatku tambah jatuh cinta"
Tapi yang dipuji malah menunjukan sikap bodo amat dengan terus melangkahkan kakinya.
Kakashi mendudukan diri dikursi ruangannya sambil memilah kertas ulangan dan mengempokannya berdasarkan nilai. Tangannya berhenti takala melihat sebuah nilai. Kakashi memincinkan mata. 35? Dipelajaranku? Yang benar saja. Biasanya anak-anak akan bertambah semangat belajar dan mendapatkan nilai bagus dalam setiap ulangan hanya karena melihat wajah tampannya itu. Tapi sekarang apa? 35? Mengerikan! Kakashi melirik keterangan identitas dari si pemilik nilai 35 itu.
"Haruno... Sakura? XII IPA 1? " Kakashi terkekeh. Bagaimana bisa seorang jurusan IPA mendapatkan nilai 35 pada pelajaran Biologi? Dasar...
Karena penasaran, Kakashi membuka buku data siswa dan mencari siswa bermarga Haruno itu. Tak butuh lama baginya untuk menemukan siswa itu karena ia baru pindah kemari seminggu yang lalu tepat 3 bulan sebelum ujian nasional. Kakashi memandang foto yang tertera disana. Dagunya lancip meski pipinya chubby, bibirnya merah muda, alisnya tegas, rambut gulali itu dipotong sebahu. Yang menghipnotis Kakashi adalah mata hijau itu. Mata emerald yang berbinar itu. Tampak begitu indah bahkan dalam foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE REASON (Complete)
Fanfiction'Bagaimana cara menghentikan permainan ini? ' 'Tidak ada caranya, Kakashi' 'Hanare, kumohon. Buat aku berhenti. Biarkan aku hidup lebih lama' 'Permainan hidup tidak bisa dihentikan, aku hanya seorang peramal bukan pencipta hidup' 'Begitu ya? Buat ak...