Author note: Karena sebelumnya kenalan saya yang rewel bilang "Jika kamu tidak memulai ini, jangan akhiri cerita ini" So, i give this. Happy Reading.Hari ini angin bertiup sangat kencang. Bulan Noy, akhir musim gugur. Sangat basah dan dingin. 11 November. Aku berulang tahun yeay. Akhirnya aku merayakan sweet 17-ku. Apa kau tahu bagaimana bahagianya aku? Hari ini teman-teman banyak menghadiahiku . Dan ibu memberikan handphone.
Sangat menyenangkan. Tapi hal itu mengganjal. Saat Ibu memberikanku kota kecil. Dia bilang bahwa sudah saatnya aku tahu. Dan disana ada sebuah cincin. Disana terukir Sakura dan Kakashi. Ini pasti bukan untukku. Ibu sudah memberiku kado, jika iya ini untukku pasti tulisannya adalah namaku. Bukan nama ibu dan pria asing. Kalaupun ini cincin nikah ibu, pasti namanya Sasuke, bukan Kakashi. Dan cincin pernikahan ibu juga masih dijari kirinya.
"Apa ini?" Malam sudah larut. Dan tak ada lagi orang dirumah kecuali aku dan ibu.
"Cincin" Cuman ibu.
Aku mengangguk pelan. "Aku tahu. Milik siapa? " Kataku sambil menempatkan kembali cincin itu ke kotaknya. Aku mengulurkanya pada ibu. "Jika bukan untukku, aku tidak mau mengambil hak orang"
Ibu menggeleng. "Ini milik ayahmu"
"Tapi ayahku Sasuke, bukan Kakashi" Aku menggeleng pelan sambil menaruhnya dimeja.
Perlahan Ibu mendekat kepadaku sambil tersenyum.
"Dia Kakashi Hatake" Bisik ibu ditelingaku.
"Dengar, tak mengapa jika sehabis ini kau tidak menerima kebenarannya. Tapi itulah yang terjadi. Tak apa juga jika kau membenci ibu" Setelahnya ibu terlihat lesu. Dengan tertunduk dia berlutut didepanku sambil memegang kakiku.
"Apapun yang terjadi sekarang, ini adalah salah ibu. Jika saja ibu tidak melakukan kesalahan, pasti Kakashi masih ada disini untuk berdansa denganmu, Sily. Kumohon, maafkan ibu" Kakiku terasa basah. Mungkin karena aku terlalu lama menggunakan sepatu hak itu hingga berkeringat. Atau mungkin bulir bening yang keluar dari mata ibuku.
Aku memang terkejut. Dan dadaku sakit. Rasanya seperti diikat lalu diseret menggunakan kuda. Tapi toh bukannya semua sudah berlalu? Ibu juga selalu mengajari agar tidak menghakimi orang yang sudah mengaku salah. Sebenarnya aku juga ingin berlari sekencang-kencangnya dari sini. Seperti halnya anjing malamute diantara serigala. Tak ada yang bisa membedakan. Tapi aku orang yang terpelajar harus berbeda dari mereka yang urakan.
"Bangunlah. Tidak ada yang salah, Ibu" Aku mencoba menunjukan deretan gigiku yang sempurna kepada ibuku.
Dan ketika ibu bangun ia langsung memelukku. "Maafkan Ibu, Sily"
Aku mengangguk pelan. "Hanya masalah waktu, Bu. Aku yakin akan terbiasa dengan hal ini. Meski begitu aku ingin Ibu ceritakan bagaimana bisa ayah pergi? Kenapa ibu tida menjelaskannya lebih awal. Dan kenapa ayah bisa bukan ayahku?"
"Kamu tidak akan mengerti Sily!"
"Memangnya ibu sudah pernah nyoba menjelaskan? Apa dia pergi karena aku? Dimana ayahku yang sebenarnya"
Ibuku menggelengkan kepala. "Tidak. Jangan katakan itu. Itu tidak benar. Ibulah yang salah. Saat ibu mengandungmu, kami belum menikah. Namun Kakashi sudah menikah" Ibu memasang kesah keluar jendela.
"Maksudnya? A-aku, anak haram? " Siapa? Siapa yang tida marah, kecewa, dan sedih saat mengetahui bahwa dia adalah anak haram? Hatiku memanas. Ingin aku menenggelamkan diri ke danau didepan sana. Tapi aku hanya aku. Anjing malamute yang hanya menggonggong. Bukan mengaum
"Tidak! Kau tidak haram, Sily! Kau hasil cinta kami. Kami saling mencintai. Dan cinta tidaklah haram! Hanya waktunya yang tidak tepat. Saat itu aku murid kelas kelas tiga yang tinggal ujian nasional. Dan aku mendapat nilai biologi yang buruk. Kakashi memberikanku les privat.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE REASON (Complete)
Fanfic'Bagaimana cara menghentikan permainan ini? ' 'Tidak ada caranya, Kakashi' 'Hanare, kumohon. Buat aku berhenti. Biarkan aku hidup lebih lama' 'Permainan hidup tidak bisa dihentikan, aku hanya seorang peramal bukan pencipta hidup' 'Begitu ya? Buat ak...