Dengan sedikit ragu, Kakashi mengetuk pintu berbahan dark wood. Jika ia tidak mengetuknya, ia bingung akan kemana lagi. Jika ia mengetuk, mungkin sepasang makhluk hidup didalam akan merasa terganggu. Siapa tahu mereka sedang dalam masa berkembang biak. Dan tentunya ia akan merasa sangat bersalah jika mengganggu mereka.
Dengan perlahan, Kakashi mengetuk. Entah mengapa ia merasa berharap tidak ada orang didalam. Jadi ia tidak perlu malu untuk menceritakan perihal kedatangannya kemari. Hal itu sama seperti mengaku bahwa ia pecundang yang meninggalkan wanita setelah menghamili nya.
Tapi sialnya pintu itu terbuka dan menampilkan sosok pria berambut cokelat. Mata bulatnya seperti akan copot melihatku.
"S-senpai?"
"Tidak perlu begitu. Boleh aku masuk?" Setelah bertanya begitu, Kakashi langsung masuk seolah lupa bagaimana ia takut mengganggu.
Kakashi langsung mendudukkan diri disofa ruang tamu. Sementara Hanare yang sedang duduk disana ikut terkejut.
"Kenapa terkejut?" Tanya Kakashi sambil mengambil remot dan mengganti chanel TV. Rumah mereka memang kecil tapi berkelas. Jadi ruang tamu dan TV digabungkan.
"Kau seperti kesetanan datang kemari dan langsung mengusik pengantin baru. Apa ada masalah?" Tanya Hanare sambil mendekati Kakashi.
Tapi yang didekati malah menggeser duduknya.
"Usahakan satu meter dariku" Kata Kakashi.
"Oh, maaf" Kata Hanare tidak enak.
"Ngomong-ngomong. Kenapa Senpai kesini? Apa ada masalah?" Tanya Yamato setelah menutup pintu dan langsung duduk disebelah Hanare, merangkul bahu wanita itu.
Tapi Kakashi selaku yang ditanya malah menunduk sambil senyum manis menatap tangannya yang saling bergesekan satu sama lain, seolah mencari sensasi kehangatan.
Melihat reaksi Kakashi, Hanare langsung mengerti dan menatap Yamato. Yamato hanya mengangguk. Sebenarnya ia tidak mengerti. Namun karena ia percaya pada ikatan Kakashi dan Hanare sebagai sahabat yang tahu apa yang terbaik, ia hanya mengiyakan saja.
"Tidurlah disini selama kau mau, Kakashi. Juga selama tidak ribut"
Kakashi mengangguk. "Terimakasih, Hanare. Aku hanya akan tidur, jadi anggap saja aku tidak ada. Juga tak perlu membuatkan ku makanan ataupun minuman" Kakashi mendongak dan tersenyum manis pada Hanare.
Yang disenyumi ikut tersenyum.
Sakura seharian hanya duduk melamun menatap jembatan melalui jendela. Jendela kamar langsung menghadap kearah sungai besar dan jembatan panjang yang dilalui oleh berbagai kendaraan juga pejalan kaki. Dulu disanalah Kakashi dan Sakura bersepeda bersama dan bertemu Sai. Pria yang terlampau mirip dengan Sai yang disekolahnya. Apartemen ini terlalu sepi jika hanya sendiri. Terlebih setelah tiga hari Kakashi pergi. Rasanya oksigen diruangan itu pergi bersama perginya lelaki perak itu.
Karena terlalu sepi, hari ini ia mengundang Ino. Hanya saja, gadis itu tak kunjung datang. Semalam mereka berbicara panjang lebar di telepon. Dan Sakura mengatakan yang sebenarnya. Meski terkejut dan marah, Ino tetap memaklumi kenapa Sakura menyembunyikannya.
Tiba-tiba bel berbunyi. Sontak, Sakura langsung berlari kearah pintu.
"Kakashi, Kakashi! Akhirnya dia pulang! " Sakura tersenyum sangat lebar.
Tapi senyumnya langsung menghilang saat tahu siapa yang ada dibalik pintu itu.
Seorang pria berambut hitam dengan pipi merah serta bau alkohol yang sangat menyengat.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE REASON (Complete)
Fanfiction'Bagaimana cara menghentikan permainan ini? ' 'Tidak ada caranya, Kakashi' 'Hanare, kumohon. Buat aku berhenti. Biarkan aku hidup lebih lama' 'Permainan hidup tidak bisa dihentikan, aku hanya seorang peramal bukan pencipta hidup' 'Begitu ya? Buat ak...