Kakashi memandang gadis disebelahnya yang terlihat gelisah. Gadis itu meremas sedikit gaun merahnya untuk menyalurkan rasa gugupnya. Tangan kanan Kakashi meraih tangan Sakura yang tegang, membuat gadis itu menoleh padanya dan tersenyum. Kakashi membalas senyumnya dan kembali fokus pada jalanan.
"Tenang saja. Ibu dan Ayahku bukan tipe orang yang akan mengintrogasimu"
"Tapi mereka... Aku-Aku... Takut apa yang tadi kita debatkan akan terjadi" Sakura menyingkirkan tangan Kakashi dari tangannya. Hal itu membuat Kakashi mengalihkan perhatiannya dari jalanan.
"Kau tahu... Apapun yang terjadi nanti, tenang saja" Kakashi kembali meraih tangan Sakura.
"Bagaimana jika orangtuamu marah jika mengetahui aku selingkuhanmu. Juga mungkin mereka bakal memberi tahu istrimu tentang aku---" Sakura memandang Kakashi sendu "---jika itu terjadi, kau harus memilih antara dia atau aku. Aku tahu kamu pasti akan memilihnya dan meninggalkanku... I won't let you go" Sakura menaruh tangan Kakashi di pipi nya.
"Hanya ada kita tanpa dia" Kakashi menggerakan ibu jarinya untuk mengusap wajah Sakura yang dipoles make up tipis.
"Kau selalu mengatakan itu. Kau mungkin juga mengatakan itu pada istrimu kan... " Sakura memejamkan matanya.
"Sakura, sekali saja. Lupakan mereka semua saat kita bersama."
"Dan kau juga melupakan aku saat ada dia kan?---" Sakura membuka mata dan menatap tajam Kakashi. "---Aku melihatmu memeluknya" Gumam Sakura.
"Apa kau cemburu? " Jemari Kakashi bermain dibibir Sakura sementara matanya terus memperhatikan jalan.
"Apa kau juga cemburu saat aku bersama Sasuke? "
Mendengar nama itu disebut membuat telinga Kakashi berdengung. Kembali terdengar dikepalanya kalimat Sasuke yang meminta Sakura untuk menjadi miliknya. Ia tak suka itu. Tangan Kakashi langsung menjauh dari wajah Sakura. Matanya sama sekali tak memandang gadis itu. Matanya setajam elang.
"Jadi benar-benar cemburu ya. Itu juga yang aku rasakan saat kau bersama Hanare" Rintih Sakura.
"Jangan pernah sebut Hanare apalagi S-A-S-U-K-E---" Kakashi mengeja nama itu dengan penuh penekanan"---Atau aku akan benar-benar marah dan pergi. Apalagi sampai kau jatuh padanya. Aku akan pergi selamanya " Ancam Kakashi tanpa melihat Sakura.
"Pergi? Meninggalkanku? Dan anak kita? " Suara Sakura tampak pilu.
"Aku serius. Jangan menyebutnya lagi. Aku benar-benar marah sekarang, Sial! " Kakashi menggertakan geraham nya.
Sakura turun dari mobil dengan bantuan Kakashi. Sakura menampilkan senyum pertamanya sejak perbebatan didalam mobil terakhir kali. Dan Kakashi membalasnya dengan senang hati. Entahlah. Sangat sulit bagi Sakura maupun Kakashi untuk marah dalam waktu yang lama. Untuk saat ini. Entah besok.
Sebuah mansion besar dan mewah terpampang dengan jelas dimata Sakura. Halamannya cukup luas jika untuk bermain sepak bola ataupun voli. Pohon rindang tumbuh disana-sini. Tangga yang lebar terbentang menuju pintu utama yang hampir selebar 4 meter dengan tinggi 6 meter. Pilar-pilar nya yang besar dan kokoh serta cat putih bersihnya menambah daya tarik klasik mewah bagi bangunan ini.
Kakashi menggandeng Sakura-yang sendari tadi sibuk mengagumi mansion itu- dan menuntunnya masuk menuju dalam rumah. Sakura harus berkali-kali menahan decak kagum pada mansion itu agar terlihat lebih sopan. Terlebih pada saat ada beberapa orang-Sakura tebak itu adalah keluarga Kakashi-duduk dengan anggun dan dada membusung di meja makan. Kakashi menarikkan satu kursi untuk Sakura duduki. Kursi itu bersebelahan dengan kursi yang diduduki seorang wanita cukup umur berambut merah. Wajahnya masih segar menampilkan seuntai senyum yang Sakura balas dengan kikuk. Sementara Kakashi duduk disebrang Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE REASON (Complete)
Fanfiction'Bagaimana cara menghentikan permainan ini? ' 'Tidak ada caranya, Kakashi' 'Hanare, kumohon. Buat aku berhenti. Biarkan aku hidup lebih lama' 'Permainan hidup tidak bisa dihentikan, aku hanya seorang peramal bukan pencipta hidup' 'Begitu ya? Buat ak...