Bab 11 - Alur

6.1K 933 150
                                    

Ada alur tak terduga, yang berjalan secepat angin dan terbongkar sederas hujan.

—ווח

ROSS S. Sebuah butik di penjuru kota New York. Satu-satunya yang tak terlihat megah gemerlap, tapi nampak elegan. Apalagi jika malam tiba, beberapa lampu di dalam butik menyinari baju pengantin yang terpajang di depan jendela toko. Dindingnya berwarna gelap dengan cahaya redup temaram.

Sesuai yang direncanakan, Chris dan anggota V01 yang lain secara pribadi mengunjungi New York. Mereka menghentikan mobil beberapa meter, jauh dari butik dan berjalan sambil menatap hiruk pikuk jalanan kota New York. “Di mana orang itu?” tanya Chris menatap ke depan sambil terus melangkah.

Timothy segera mendekati Chris. “Seberang jalan, arah jam sembilan.”

Chris sontak melirik ke arah seberang. Ia melihat seorang pria berpakaian hitam, salah satu vampire Rod yang melaporkan informasi tentang butik tersebut. Pria itu juga sedang menatapnya, lalu menunjuk butik di seberangnya dengan terang-terangan, tak menghiraukan pandangan orang yang menatapnya aneh. Kemudian pria tersebut menurunkan tangannya, menunduk sebentar dan menghilang di antara lautan manusia. 

Mereka pun segera pergi ke butik yang ditunjuk, melangkah masuk, membuat para pegawainya menoleh ke arah pintu. Chris berjalan mendekati seorang wanita yang menjaga meja kasir. Anggota V01 yang lainnya nampak berpencar, melihat-lihat butik kuno itu.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita di meja kasir.

Chris tersenyum khas. Matanya menatap lekat manik biru di depannya. “Bisa aku bertemu pemilik toko ini?”

Beberapa detik keterdiaman wanita itu dengan mudah terbaca oleh Chris.

“Miss Salvatore kan sedang tidak ada di sini.”

“Miss Salvatore sedang tidak ada di sini,” jawab wanita itu persis seperti suara yang didengar Chris dalam kepalanya. “Sebelumnya, ada keperluan apa Anda ingin bertemu Miss Salvatore?”

“Ada pesanan yang ingin kami lakukan.” Chris memajukan tubuhnya, menatap intens wanita itu, membuat penjaga kasir tersebut diam gugup. "Kalau boleh, aku ingin meminta alamat pemilik butik ini?”

“Aku tak tahu alamatnya. Tapi Miss Salvatore bilang dia akan berlibur ke kampung halamannya di Oregon,” pikir wanita itu lagi.

“Tidak ada dari kami yang tahu alamatnya. Tapi beberapa minggu yang lalu dia bilang akan berlibur ke kampung halamannya di Oregon." Lagi, wanita itu mengatakan dengan jujur.

Chris tersenyum miring. “Terima kasih atas informasinya. Kau benar-benar wanita yang jujur.” Lalu kemudian ia berbalik, memberikan isyarat pada anggota V01 untuk pergi dari tempat tersebut.

“Bagaimana?” tanya Sam ketika mereka sudah ada di luar.

“Penyihir itu ada di Oregon.” Chris terkekeh. “Sebuah tempat yang sangat tidak terduga.”

***

Ross mengerutkan alisnya serius. Ponsel tertempel di telinga sebelah kanannya. Beberapa kali ia mengusap wajah dan mengangguk, merespon si penelepon.

“Ada yang mencari Anda tadi. Dan saya sudah memberikan informasi secukupnya seperti yang Miss bilang.”

“Kau sudah bekerja dengan baik. Terima kasih.” Setelah itu panggilan terputus. Ross menatap ke luar jendela. Melihat rembulan dari kamarnya.

“Apa semua akan baik-baik saja?” gumamnya nampak gusar. “Ini saranmu, Jake. Dan aku masih ragu, apakah ini benar-benar keinginan Thomas?”

***

The Last OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang