Bab 6 - 2006 [Sisi Sean]

12K 1.7K 94
                                    

Di dalam keheningan, dia menangis dan merindukan mereka, seorang diri.

—ווח

2006, Jeremy menyerahkan takhtanya pada Ramon dan pergi mencari Lily.

ANAK lelaki itu berdiri di ambang pintu, menatap sedih ayahnya yang sedang mengemasi barang. Hari ini Jeremy menyerahkan takhtanya pada Ramon, adik pertamanya yang tak pernah ia sangka akan melakukan kudeta. Ramon meyakinkan para menteri, prajurit dan vampire bangsawan untuk memaksa Raja turun takhta. Mereka juga sempat mengepung Jeremy di kerajaannya sendiri. Sean melihatnya, Jeremy sempat bertarung dengan Ramon, tapi ayahnya akhirnya kalah dan menyerah. Tak ada yang lebih penting dari Lily saat ini.

“Dad … bolehkah aku ikut?” Sean berkata pelan. Anak lelaki itu nampak lesu. Suaranya yang memecah keheningan berhasil mengalihkan perhatian Jeremy.

“Kemarilah.” Jeremy menggerakan tangannya menyuruh Sean mendekat. Ia kemudian memegang bahu Sean dengan punggung yang sedikit membungkuk, menyamai tinggi badan anak itu.

“Sean …,” Jeremy menatap Sean dengan serius, “biarkan Daddy yang mencari Mom." Matanya semakin memancarkan tekad. "Aku janji akan segera pulang dan membawa Lily kembali, berkumpul bersama kita.”

Sean terdiam. Raut wajahnya tak berubah. Mata sendu dan sedih itu masih bertahan. Sean ingin ikut. Dia juga ingin membantu mencari Lily. Namun jika Jeremy sudah berkata seperti itu, jujur saja ia tak bisa membantah.

“Berapa lama?” Alis Sean mengkerut khawatir.

“Tidak akan lama.” Jeremy tersenyum. Ia mengusak pelan rambut Sean. “Ada Sam di sini, kau tidak akan sendirian.”

Kali ini Sean tersenyum tipis, kemudian mengangguk.

“Berlatihlah yang keras bersama kakakmu. Ketika Mom kembali nanti, ia akan bangga pada kalian.”

Membayangkan Lily berada di tengah-tengah mereka, membuat Sean melebarkan senyumannya. “Baiklah. Aku akan menunggumu, Dad. Cepatlah kembali.”

Namun setelah itu, tahun demi tahun berlalu, Jeremy tak pernah kembali. Sean dan Sam pun dirawat oleh para pelayan. Kebutuhan mereka tetap tercukupi. Status keduanya masih Pangeran Bangsawan dan mereka tetap menjadi anggota V01.

Hari-hari pertama saat Jeremy pergi, tak banyak yang berubah. Saat itu Sean menginjak kelas dua SMP. Ia menjalani kegiatannya seperti biasa. Sekolah, berlatih, dan berkumpul bersama V01. Namun ia tahu tak ada yang benar-benar sama sejak Lily diculik. Ke mana pun Sean pergi, para vampire akan berbisik membicarakannya, mengatakan betapa menyedihkannya Sean dan Sam karena bukan Pangeran Mahkota lagi. Mereka yang sebelumnya takut, kini mulai terang-terangan mengejek Sean karena warna matanya. Ia akan selalu dipandang sinis. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa dirinya dan Sam tak pantas menjadi anggota V01.

Perbincangan itu pun merambat, mengungkit-ungkit sikap Jeremy yang tak bertanggung jawab karena lebih mementingkan Lily, ketimbang rakyat dan anaknya sendiri. Tak jarang Sean mendapat banyak makian di dalam lokernya, atau seseorang dengan berani menjadikannya bahan bullyan.

Awalnya semua itu terasa berat. Beberapa kali ia mencoba untuk tak peduli. Sean berusaha menutup kupingnya rapat-rapat. Ketika orang-orang mulai mengerjainya lagi, ia hanya akan diam sambil mengepalkan tangannya, menahan emosi yang bergejolak. Di saat seperti itu, ia selalu berharap Sam muncul dan berdiri di depannya. Namun, akhir-akhir ini bahkan Sean sulit untuk menemui kakaknya. Entah kenapa, setelah Lily diculik, Sam jadi jarang berbicara padanya.

Seperti hari ini, seseorang menyiramnya dengan air dari lantai dua. Sean juga bisa mendengar suara tawa mereka. Meskipun ia sendiri tahu hal ini akan terjadi—karena dirinya punya pendengaran yang tajam—tapi ia tetap tak menghindar. Setelah air itu sukses membasahi tubuhnya, ia hanya perlu menghela napas dan berjalan menuju ruang ganti.

The Last OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang