Selalu ada alasan dari setiap pertemuan.
-וו×-
HARI ini adalah hari Jum'at, satu hari yang diberikan pada semua murid Foster untuk memberikan kabar pada keluarga mereka. Sekarang giliran Alice masuk ke sebuah tempat, persis seperti kotak telepon umum. Namun yang berbeda, tempat itu berada di sebelah dapur asrama. Berjajar tiga telepon di kotak yang berbeda. Setelah menutup pintu box, Alice duduk di kursi kecil bulat, lalu mengambil gagang telepon yang berada di atas alas tembok-seperti meja tembok tanpa kaki. Alice menekan nomor ponsel Ross yang ingin ia hubungi. Beberapa saat menunggu, Ross mengangkat telepon.
"Mom, ini aku.""Hai, Sayang. Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja." Alice mengusapkan jari telunjuknya ke meja tembok di depan. "Lalu bagaimana dengan Mom? Apa semua baik-baik saja? Tidak ada yang terjadi?" Alice beralih menatap ke depan, sebuah dinding polos menyambutnya.
"Tentu saja. Mom sekarang sedang mencoba membuat kue. Oh, ini sulit sekali!"
"Baguslah. Aku pikir sesuatu sudah terjadi."
"Sesuatu? Seperti apa?"
Sejenak, Alice menoleh ke belakang. Dari pintu yang di desain seperti jendela, ia melihat siswa lain sedang berdiri mengantri di depan kotak teleponnya. "Tidak, bukan apa-apa." Alice kembali membalikkan badannya. "Besok aku akan pulang. Bulan ini kami dapat dua hari untuk pulang. Aku merindukanmu, Mom. Sampai jumpa besok."
"Mom akan menyiapkan makanan kesukaanmu. Mom juga merindukanmu."
Setelah itu sambungan terputus. Alice segera keluar dan membiarkan siswa lain mendapat gilirannya. Alice sempat khawatir, mungkin saja V01 menemukan alamat rumah Thomas yang saat ini ibunya tempati.
Sampai saat ini, Alice masih belum menemukan kemana berkas ayahnya menghilang. Kemungkinan paling masuk akal, ada ikut campur orang dalam di sekolah ini yang tentunya memiliki pengaruh besar untuk Foster. Dan yang pertama kali terlintas di pikiran Alice adalah V02. Namun secepat kilat Alice membuang pikiran itu. Ia pernah berbicara dengan David tentang penyihir yang tertulis di buku sejarah mereka dan vampire Amber sampai saat ini masih mencari penyihir itu. Lalu sebenarnya, siapa yang sengaja menyembunyikan berkas tentang Thomas? Dan apa tujuannya?
***
Zero memejamkan mata. Menikmati terik matahari yang masuk dari sela-sela pohon. Tubuh lelaki itu sedang berbaring di tempat tidur gantung yang terlihat bergoyang-goyang ketika dirinya melakukan pergerakan kecil.
Zero menghela napas. Matanya tak ingin terbuka. Selama ini, kenyamanan seperti sekaranglah yang ia inginkan. Bersantai di belakang rumah dan berkumpul bersama keluarga. Sebuah hal yang sederhana, tapi sangat sulit ia dapatkan dulu. Namun kini semua sudah terwujud. Zero tak perlu lagi memikirkan misi yang harus ia selesaikan. Ia tak perlu lagi berhadapan dengan bahaya untuk terbebas dari kurungan keluarga kerajaan.
"Zero!" Zero mengernyit. Suara itu jelas terdengar ke telinganya. Dalam hati ia mengerang, mengumpat kesal pada Vernon yang mengganggu tidur siangnya.
"Zero!" Lagi, suara Vernon terdengar lebih keras. Zero akhirnya membuka mata, menolehkan kepala ke arah pintu belakang rumahnya dengan mata tajam.
"Apa?!" jawab Zero dengan sewot. Ia melihat Vernon berdiri di teras belakang sambil menyipitkan matanya.
"Ada surat dari Daisy!" Jawaban Vernon tiba-tiba membuat raut wajah Zero berubah serius. Ia segera beranjak dari tempat tidur gantungnya dan melangkah terburu-buru menghampiri Vernon. Mereka masuk ke dalam rumah, menghampiri Reid yang memegang surat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last One
VampiroAlice yang baru saja merasa bahagia telah terikat Darah Pertama dengan Sean Black, harus menerima fakta yang selama ini disembunyikan ibunya. Nama Thomas Salvatore telah menjelaskan semuanya, bahwa ia adalah keturunan terakhir yang selama ini diinc...