Bab 13 - Tamu Tak Diundang

7.2K 877 166
                                    

Ada banyak hal yang memang harus kita hadapi. Namun ada beberapa hal yang harus kita hindari.

—ווח

KABAR kedatangan V01 menjadi topik terhangat di antara vampire-vampire Foster. Tak ada bangsa Amber yang setuju dengan keputusan Mr. Liberth. Namun tak ada juga yang bisa melakukan protes mengingat Foster berada di wilayah Ashland yang menjadi satu-satunya tempat di Oregon yang bukanlah milik kedua bangsa vampire. Artinya, Foster maupun Ashland adalah tempat yang bisa dikunjungi dengan bebas oleh vampire manapun. Sayangnya, karena Foster sebuah sekolah asrama, V01 harus menjadi murid di sana dan tinggal di tempat yang mereka curigai menyimpan sesuatu tentang keluarga Salvatore.

Untuk menghindari keributan yang mungkin dibuat V01 pada manusia, V02 mengajukan sebuah syarat pada Mr. Liberth tentang kedatangan mereka. Bangsa Amber ingin saat V01 datang, semua murid Foster dipulangkan, tidak ada yang boleh berkeliaran di area sekolah maupun asrama. Dan hari itu adalah hari ini.

"Alice, yang lain menunggumu," ucap Lexi menyembulkan sebagian badannya di ambang pintu. Ia melihat Alice masih duduk di meja belajar, menulis sesuatu. Jendela kamar yang terbuka, membuat terik musim panas menyapu lantai kayu itu.

"Duluan saja. Nanti aku menyusul," ucap Alice tanpa menoleh. Setelahnya terdengar suara pintu yang tertutup. Sore itu, Alice menulis surat untuk Zero. Menuangkan kegelisahannya, berharap Zero tak kembali.

<><><>

Apa kau membaca surat ini? Bagaimana kabarmu, Zero? Semua masih baik-baik saja di sini. Namun ada bagian dari diriku yang terus gelisah. Salah satunya karena takut kau kembali. Apapun yang terjadi, jangan pernah kembali ke Foster! Aku harap kau mendengarkanku.

Dari Alice.

<><><>

Alice pun melipat surat itu. Lalu menatap sebentar ke luar jendela. Pohon-pohon nampak hijau. Musim panas, tanda semester baru telah dimulai. Helaan napas kemudian terdengar sebelum akhirnya ia beranjak, mengambil tas gendongnya yang berada di samping kursi. Alice berjalan meninggalkan kamarnya. Menuju bus sekolah yang sudah menunggu di depan gerbang. Sebelumnya ia masukkan surat itu ke dalam kotak di samping loker-loker surat asrama berada. Kotak penuh itu perlahan kosong, setiap surat yang tersimpan di sana akhirnya sampai pada penerimanya, begitu pun surat Alice untuk Zero.

"Jadi, apa keputusanmu?" Vernon menatap Zero yang sejak tadi termenung sambil menggenggam surat dari Alice. Lelaki berambut pirang itu hanya menatap ke arah langit biru-dari jendelanya-dengan ekspresi yang sulit diartikan.

***

Keadaan sekolah sudah sepi. V02 segera berkumpul di lorong pertama setelah pintu masuk. Mereka bukan ingin menyambut kedatangan V01 sebagai tamu tak diundang sore ini. Liam justru akan memberikan peringatan pada V01 karena telah berani berhadapan dengan mereka.

Liam melirik sebentar ke arah David yang berdiri dalam diam. Ia tahu ada kegelisahan yang sedang disembunyikan David. Permusuhan antara lelaki itu dengan Chris sebenarnya lebih besar dari perselisihannya. Salah satunya karena menyangkut harga diri sebagai Pangeran Mahkota kedua kerajaan.

"Mereka di sini." Max tiba-tiba memecah keheningan setelah mendengar pintu besar sekolah dibuka. Ia menatap tajam pada ujung lorong yang kemudian terlihat siluet tamu-tamu yang tak mereka harapkan.

Chris membawa semua anggotanya dengan lengkap, termasuk Xavier yang nampak tidak akrab dengan mereka. "Wah, sebuah sambutan yang hangat," ucap Chris dengan ekspresi senang. Namun senyum lebar itu tetaplah senyum tanpa ketulusan yang menipu dibalik wajah ramah. Chris melirik David yang sejak tadi menatap waspada.

The Last OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang