Satu takdir yang tak bisa dihindari.
—ווח
LEXI mengepalkan tangannya erat-erat. Tadi pagi ia melihat sosok Zero di lantai dua, tepat di mana kelas lelaki itu berada. Lexi pikir ia salah lihat. Namun mata tajam dan senyuman miring itu tak akan pernah ia lupakan.
Zero sudah kembali. Dengan amarah yang kembali memuncak, Lexi mendekati kelas Zero. Istirahat baru beberapa menit yang lalu berbunyi, setidaknya ia tak akan terlambat untuk menyeret lelaki itu.
Benar seperti dugaannya. Zero baru saja keluar dari kelasnya. Tanpa ragu, Lexi terus berjalan mendekat. Dan sepertinya, lelaki itu juga menyadari kedatangannya.
“Ikut aku!” ucap Lexi sambil melangkah melewati Zero menuju sebuah halaman sekolah yang sepi. “Kenapa kau kembali?!” tanyanya setelah berbalik.
Zero menghela napas. Salah satu masalah yang harus dihadapainya di Foster mulai saat ini, Lexi. “Ada hal serius yang membuatku harus kembali lagi ke sini.”
“Kau masih ingat dengan peringatanku, bukan?!” Lexi menatap tajam. “Jangan dekati teman-temanku, apalagi sampai menyakiti mereka!”
“Kau tak perlu khawatir,” ucap Zero cepat, membuat Lexi mengernyit. “Mulai hari ini aku sudah resmi menjadi pelayan Sean Black. Itu artinya Alice akan menjadi majikanku juga. Tanpa kau suruh, aku tak akan menyakiti Alice. Justru melindungi mereka, bahkan jika itu dengan nyawaku sendiri.”
Kerutan di dahi Lexi semakin bertambah. Meskipun tak benar-benar paham, tapi garis besarnya gadis itu sudah tahu.
“Dan lebih baik kau berhenti sekarang,” ucap Zero lagi. Sedangkan Lexi mengernyit tak mengerti. “Jangan mencari tahu tentang bangsa vampire lebih jauh lagi.” Raut wajah Zero terlihat serius.
“Itu bukan urusanmu,” ucap Lexi yang kemudian berbalik pergi, masih dengan kepalan tangan yang sejak tadi ia tahan. Sedangkan Zero hanya bisa menatap gadis itu yang perlahan menjauh.
***
Alice menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis itu menarik napas dan membuangnya perlahan.
“Kenapa kau segugup itu?” tanya Lexi yang baru saja keluar dari kamar mandi, sudah lengkap dengan seragamnya.
Alice menoleh dan menggeleng pelan sambil tersenyum. “Tidak ada. Hanya tidak sabar untuk kembali ke sekolah,” ucapnya dengan tawa canggung. Karena semua itu berbanding terbalik dengan kenyataannya. Hari ini V01 juga mulai bersekolah bersama mereka. Alice tak tahu di kelas mana vampire-vampire Rod itu ditempatkan. Dan yang paling membuat Alice khawatir dari anggota V01, hanya Chris. Ia harap lelaki itu tidak sekelas dengannya. Akan sangat sulit bagi Alice untuk mengendalikan pikirannya dan melepas kontak mata dengan lelaki tersebut.
“Kalau begitu, ayo.” Lexi mengambil tasnya, begitu pun dengan Alice. Mereka keluar kamar dan menuju gedung sekolah yang cukup jauh dari asrama. Kemudian Alice dan Lexi berpisah di lorong karena kelas mereka berbeda.
Alice merasakan jantungnya berdebar tak karuan. Bahkan sejak ia membuka mata, pikiran itu terus bermunculan, ketakutan bahwa V01 akan mengetahui semua rahasianya, tentang ayahnya dan tentang keturunan Salvatore.
Dilihatnya sekolah sudah mulai ramai. Lalu di dekat mading, ia melihat Sean sedang berdiri menyandarkan punggungnya pada tembok. Lelaki itu kemudian menoleh, seolah sejak tadi memang sedang menunggunya. Seketika Alice tersenyum.
“Apa kau takut?” tanya Sean berusaha menebak perasaan Alice.
“Untuk apa? Kita sekarang sudah resmi terikat.” Alice berusaha bernapas dengan tenang. Ia tak bisa menyembunyikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last One
VampireAlice yang baru saja merasa bahagia telah terikat Darah Pertama dengan Sean Black, harus menerima fakta yang selama ini disembunyikan ibunya. Nama Thomas Salvatore telah menjelaskan semuanya, bahwa ia adalah keturunan terakhir yang selama ini diinc...