BAB X

65 11 5
                                    

Sepulang sekolah, aku bergegas untuk pergi ke rumah Edgar. Perasaanku semakin tidak enak memikirkan keadaannya sekarang. Saat melewati koridor, Lucy memberhentikan langkahku dan langsung menarikku untuk duduk membicarakan sesuatu. Rawut wajahnya sangat serius, aku terpaksa menuruti untuk mendengarkan keluh kesahnya kali ini.

"Ada apa, deh?" Tanyaku penuh kebingungan.

"Kak, aku di putusin sama Eril secara tiba-tiba. Aku hanya tau Kakak yang dekat sama, Eril. Aku nggak tau kesalahan aku apa. Aku harus gimana, kak?" Ia menangis di hadapanku saat menjelaskannya.

"Kenapa nggak lo tanya langsung sama, Eril? Dia yang tahu sebab mutusin hubungan kalian. Dia sama sekali nggak cerita apa pun sama gue. Ini lo simpen aja nomer gue ya," aku meraih handphone-nya dan langsung mengetik nomerku. "Gue permisi dulu ya, gue bener-bener buru-buru soalnya. Maaf banget ya, Lucy," lanjutku sambil mengembalikan handphone-nya.

Dalam keadaan seperti ini, aku tidak bisa mencerna perkataan orang dengan baik. Aku berlari ke gerbang sekolah karena ojek online yang aku pesan sudah datang sejak tadi. Perasaanku semakin tidak enak saja, aku sangat takut terjadi apa-apa dengan Edgar. Di dalam perjalanan menuju rumah Edgar, aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar tidak terjadi apa pun yang aku takutkan.

Ketika sampai di rumah Edgar, Bibi sudah berada di depan pagar sedang berdiri dengan wajah kebingungan. Aku menghentikan ojek online ini tepat di mana Bibi berdiri. Tanpa basa-basi aku langsung menanyakan keadaan Edgar saat ini.

"Gimana keadaan, Edgar, Bi?" Tanyaku panik.

"Alhamdulilah! Akhirnya Neng Tari datang. Mas Edgar daritadi menggigil, Neng. Badannya juga panas banget, Bibi bingung harus di bawa kemana. Bisa bantu, Neng? Daritadi Nyonya sama Tuan juga nggak angkat telepon dari Bibi," jelasnya tergesa-gesa.

Aku berlari ke dalam rumah Edgar untuk segera memeriksa keadaannya dengan disusul Bibi dari belakang. Aku memasuki kamar Edgar dan benar saja ia menggigil hebat serta mulutnya bergetar. Aku memegang keningnya, tubuhnya sangat panas sekali.

"Ya Allah, Edgar! Tahan ya, Sayang! Aku pesan taksi online dulu, kita ke Rumah Sakit ya, Sayang. Ya Allah!" Aku menangis melihat keadaannya saat ini.

Aku bersyukur taksi online yang aku pesan datang dengan cepat. Aku meminta supir taksi tersebut untuk ke dalam agar dapat membantuku mengangkat Edgar ke dalam mobil. Edgar tidak menanggapi apa pun sejak tadi, dia benar-benar sedang berjuang menahan rasa sakit yang ia rasa.

Sesampainya di Rumah Sakit, Edgar langsung ditangani oleh perawat disana untuk memasuki ruang IGD. Saat ini Edgar sedang diperiksa oleh Dokter untuk mengetahui apa yang sedang diderita oleh Edgar. Edgar sedang dilakukan pengambilan darah untuk pengecekan di Lab. Setelah 30 menit lamanya, hasilnya pun keluar dan ternyata Edgar menderita gejala Tipes. Sepertinya ia benar-benar lelah menjalani aktivitas sehari-hari. Edgar pun langsung dibawa ke Ruang Rawat setelah itu. Beberapa jam kemudian, Ibu Edgar datang untuk melihat keadaan anaknya. Ibu Edgar masih memakai pakaian rapih seperti pakaian yang biasa dikenakan ke Kantor.

"Edgar, kamu gimana keadaannya, Sayang? Masih sakit? Apa yang sakit, Sayang?" Tanya Ibu Edgar sambil mengelus wajah Edgar.

"Udah enakkan kok, Mah. Untung ada Tari yang nolong aku tadi, dia bantu Bibi bawa aku kesini," Edgar menggenggam tangan Ibunya.

"Halo!" Ibu Edgar menyalami tanganku. "Makasih ya, Sayang. Udah bawa anak Tante kesini," lanjutnya sambil mengusap kepalaku dengan senyuman.

JOKES LIFE WITH TRUE LOVE [TERBIT | OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang