Hari sudah mulai gelap, Edgar mengantarku menggunakan mobil bersama Mang Iman. Edgar tidak diperkenankan untuk membawa mobil oleh Mang Iman karena kondisi belum memungkinkan. Sesampainya di rumahku, aku melihat dari dalam mobil kehadiran Eril di depan pagar rumahku dengan rawut wajah cemas. Aku sangat panik kali ini melihat keberadaannya. Aku bersama Edgar turun bersama dari dalam mobil. Eril langsung menghampiri kami yang baru saja tiba dengan wajah kesal.
"Lo kemana aja, Tar? Seharian nyokap lo sendirian! Sampai larut malam gini, lo baru pulang. Lo semenjak sama dia berubah ya, Tar!" Bentak Eril sambil menunjuk-nunjuk Edgar.
Edgar mendorong Eril dari hadapanku.
"Bisa nggak ngomong sama perempuan, nggak usah pakai nada tinggi? Hah?!" Bentak Edgar.
Aku mulai melerai mereka.
"Please, stop!" Teriakku.
Aku hanya terdiam setelah itu.
"Gue minta maaf, kalau gue terlalu terbawa emosi. Gue pulang, gue kesini hanya memastikan lo udah sampai rumah. Jaga diri lo!" Eril beranjak pergi setelah itu.
Ia menaiki motornya dan langsung mengendarai dengan kecepatan tinggi. Aku menutup mulutku karena tidak bisa menahan isak tangis melihat kepergian Eril yang seperti itu. Edgar menolehkan wajahku untuk menghadapnya, ia menghapus air mataku. Aku hanya bisa menunduk dan terdiam seribu bahasa.
"Kamu cinta sama Eril, Tar?" Tanyanya lembut.
Aku hanya bisa terdiam sambil menahan tangis, tidak berani untuk menatapnya. Edgar menaikkan daguku agar bisa menatapnya.
"Tatap aku, Tar. Kamu cinta sama dia?" Ia mengulang pertanyaannya.
Aku memberanikan diri untuk menatapnya.
"Nggak, Gar," aku meneteskan air mata sambil tersenyum menatapnya.
Ia memelukku setelah itu.
"Maafin aku, Tar. Aku hanya takut kehilangan kamu"
Ia mengajakku masuk ke dalam rumah setelah itu. Edgar meminta maaf kepada ibuku karena mengantarku pulang sampai larut malam seperti ini.
"Maaf ya, Tante. Edgar minta maaf, Tari sampai pulang larut malam gini. Jangan marahin Tari, ya. Edgar yang salah nggak ingat waktu. Sekali lagi maaf ya, Tante," jelas Edgar.
"Iya, nggak apa-apa, Edgar. Tari sudah izin kok sama, Tante. Maafin Tari ya, kalau ngerepotin Edgar seharian ini," jelas ibuku dengan senyuman.
"Terima kasih ya, Tante. Tari sama sekali nggak ngerepotin kok. Edgar pamit pulang ya, Tante. Nanti kapan-kapan Edgar main di sini ya," Edgar mencium tangan ibuku setelah itu untuk berpamitan pulang.
Edgar melambaikan tangan ke arahku, lalu bergegas pergi dari rumah. Ibuku menawarkan untuk makan terlebih dahulu sebelum beristirahat, tetapi rasanya mood-ku sedang berantakan saat ini. Akhirnya, aku memutuskan untuk langsung beranjak pergi ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat. Rasanya aku butuh waktu untuk sendiri menenangkan pikiranku. Air mataku mengalir sejak tadi dengan sendirinya. Perkataan Eril kepadaku membuat overthinking yang tiada habisnya. Edgar mengirimkan pesan bahwa ia sudah sampai beberapa menit setelah kepulangannya.
Isi pesan:
Edgar
Aku udh sampe Tar. Kamu udh tdr?
Tari
Alhamdulilah, kamu udh sampe
Blm Gar, kamu mau langsung tdr?
Edgar
Blm ngantuk sih
Oh iya, bsk aku gak bisa jemput kamu
Mama mau anter aku katanya, kamu gmn? :(
Tari
Aku bisa sama Ayah kok Baee, its okay :)
Edgar
Okay, Sayang
Maaf ya. Sampai ketemu di sekolah bsk
Tari
See u!
Im sorry, Bae. :(
Edgar
Sorry for what?
Tari
Im so sleepy :)))) hehehe
Edgar
Oh God! Aku kira ada apa.
Tidur ya sayang, jgn di paksa
Tari
Aaaaa thank u.
I love u, bae
Edgar
Love you more!
Pertama kalinya aku berbohong kepada Edgar. Aku kembali meneteskan air mata setelah berbalas pesan dengan Edgar. Aku mengambil fotoku bersama Eril yang berada di meja samping tempat tidurku. Foto ini di ambil ketika kita berdua memenangkan lomba tari kala itu. Selama aku bersahabatan dengannya, baru kali ini ia membentakku seperti tadi. Aku benar-benar menjadi takut kehilangan sosoknya di kehidupanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOKES LIFE WITH TRUE LOVE [TERBIT | OPEN PO]
RomanceJOKES LIFE WITH TRUE LOVE #1 Jaman SMA (20.02.23) Cantika Tari, semua orang biasa memanggilnya Tari. Perjalanannya di dunia tari sangatlah mulus. Namun, ketika memasuki dunia percintaan ia tidak seberuntung itu. Tari hanyalah seorang wanita yang ing...