Kamala pikir, setelah Yara menikah dia bisa santai, ternyata malah buat mama semakin membobardir dirinya dengan pertanyaan, "kapan nyusul?"
Kadang kalimatnya frontal, kalau sedang berbelas kasih, hanya sentilan kecil penuh nada menyindir: seperti waktu mas Prana datang bersama keluarganya mama bilang, "pasti rame ya kalau cucu mama punya sepupu."
Atau lihat iklan Johnson's baby powder di TV, "besok kalau kamu punya anak dipakaiin itu, dek."
Parahnya, mama bahkan sudah menyiapkan nama untuk anak Kamala yang belum tahu kapan lahir. "Nanti kalau anak kamu perempuan kasih nama Rindu atau Wulan, terus kalau cowok Rangga, biar kaya Nicholas Saputra."
Kamala nyaris tersedak, "iya kali kalau aku kawinnya sama Nicholas Saputra," sahutnya.
"Emang kamu maunya siapa?"
"Siapa ajalah yang mau sama aku," jawab Kamala, seenaknya.
Besoknya, Papa dengan senyum lebar bilang kalau ada temannya mau datang, dan Kamala mencari alasan untuk menghindar saat mencium bau-bau perjodohan, lagi.
Bukan kali pertama Papa kedatangan 'teman'. Temannya yang datang terakhir kali membawa istri dan anak lelaki yang kebetulan umurnya dua tahun lebih tua dari Kamala dan sedang mencari istri. Memang, 'jodoh' yang dicarikan papa bukan lelaki sembarang, papa punya kriteria sendiri sebelum mengenalkan laki-laki tersebut pada Kamala. Tapi sesering teman papa datang, sesering itu pula Kamala menolaknya.
Saat papa tanya, "kenapa?"
Kamala hanya menjawab, "belum siap."
Malam itu sama, Kamala baru selesai mandi, masih berbalut handuk saat mama mengetuk pintu kamarnya, membawa segelas susu vanilla di tangan kanannya, tidak ada yang tahu kalau susu itu akan berakhir basi di atas meja nakas.
Mama bilang, "dek, kemarin mama nemuin surat di bawah meja waktu ambil baju kotor,"
Kamala langsung tahu surat apa yang mama maksud. "Mama baca?" tanyanya.
Mama mengangguk. "Itu alasan kamu nolak anak-anak teman papa?"
Kamala menghela napas, "aku nggak suka dijodoh-jodohin, Ma. Kalau aku mau nikah, aku mau pilih sendiri pasangannya."
"Papa sama mama cuma mau yang terbaik buat kamu,"
"Aku ngerti, tapi aku yang jalanin. Aku yang bakal hidup sama dia nantinya. Baik buruk pilihan aku nanti, aku mau tanggung jawab sama pilihanku sendiri."
Dan Bhanu memang pilihannya sejak awal, tidak ada yang lain. Tapi menikah atau tidak mereka nantinya, Kamala belum tertarik dengan cowok-cowok borjuis yang papa bawa pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Commuter Line [completed]
RomanceKatanya, jatuh cinta untuk pertama kalinya itu sederhana, murni, dan tanpa tendensi atau paksaan. Rasanya menyenangkan dan tanpa beban, bahkan bisa buat kita tersenyum hanya dengan mengingat dia, juga bersikap bodoh untuk mendapatkan perhatiannya. D...