4. He is - They are Back

599 91 0
                                    

"Siapa?" tanya Lisa sambil melihat monitor yang menghubungkannya dengan pintu luar penthouse nya.

"Permisi, bisakah kau menurunkan tanganmu, aku perlu melihat wajahmu," kata Lisa lagi dengan kesal.

Pasalnya kamera di pintunya ditutupi oleh tangan, sehingga ia tidak bisa melihat siapa yang datang dengan jelas.

Bagaimana jika orang jahat, pikirnya. Apalagi ia sedang sendiri dirumah, sedang hamil tua pula.

"Ini aku, babygirl," kata sebuah suara diluar sana masih sambil menutupi kameranya.

"Oppa?" teriaknya senang yang kemudian melangkah cepat ke arah pintu dan membukanya lebar-lebar.

Dengan mata terbelalak, Lisa terkejut bukan hanya sekali tetapi dua kali, karena melihat seorang lelaki lain disebelah kakaknya.

"Kau tidak mau mempersilakan kami masuk, Min Lalisa?" dengus Yoongi.

"Jeon Lalisa, oppa, kau lupa aku sudah menikah," katanya sambil memeluk Yoongi namun akhirnya batal karena perutnya yang besar menghalangi.

"Aigoo, keponakanku apa kabar?" seraya memasuki penthouse Lisa diikuti oleh lelaki bersurai biru.

"Itu benar kau, oppa? Taehyung oppa? kau kembali?" tanyanya berkaca-kaca sambil mendekati kemudian mulai memukuli dada lelaki yang terkekeh karena sikap Lisa.

"Ya ya ya, lupakan saja kakak kandungmu ini, memang Tae lebih tampan."

"Aigoo, Min Yoongi cemburu. Cih, padahal dia yang meninggalkan adiknya sendirian di sini."

"Kau ... kau berani mendecih padaku, Min Lalisa? Ugh hatiku ...."

"Jangan berlebihan oppa! Kalian sudah makan? Kebetulan aku memasak cukup banyak tadi."

"Belum, kalaupun sudah, aku tetap akan makan lagi. Aku merindukan masakanmu gadis kecil," kata Taehyung yang sudah menyamankan dirinya di atas sofa.

"Kau sungguh tidak berubah Tae oppa, aku sudah besar. Jangan panggil aku gadis kecil lagi."

"Mana suamimu?" tanya Yoongi singkat.

"Masih dalam perjalanan bisnis oppa. Seminggu lalu berangkat, katanya mau kembali tadi pagi, tapi tiba-tiba ada masalah jadi ditunda. Padahal aku sudah masak cukup banyak."

"Perjalanan bisnis?" tanya Yoongi memicingkan matanya.

"Iya oppa, setiap bulan sejak 8 atau 9 bulan lalu. Apa perusahaan kita sedang banyak masalah?"

"Kau tidak bertanya pada suamimu? dia kan yang memegang cabang di Seoul."

"Aku sudah sering bertanya, tapi Kookie tidak ingin aku terlalu lelah karena kehamilanku, oppa."

"Hei, aku lapar dan aku ingin tahu tentang keponakanku gadis kecil, ayo ceritakan sambil makan," Taehyung menarik lembut tangan Lisa menuju ke meja makan setelah dirasanya Yoongi mulai akan mengamuk.

Taehyung sangat yakin, temannya itu pasti sudah mencurigai adik iparnya. Tidak, bukan hanya Yoongi, Taehyung pun curiga.

Walau Yoongi tidak di Korea, mereka tetap memantau perkembangan perusahaannya. Jika memang ada masalah, pasti Yoongi mengetahuinya juga.

Bagaimanapun Yoongi adalah pemiliknya.

"Wah, masakanmu semakin lezat, gadis kecil, aku senang karena mulai sekarang bisa menikmatinya setiap hari," puji Taehyung berbinar-binar.

"Apa maksudnya setiap hari Tae oppa? Dan berhentilah memanggilku gadis kecil."

"Oh, aku lupa bilang ya, aku dan Tae akan tinggal disini hingga kau melahirkan."

"Apa? Tidak!" tolak Lisa cepat.

"Kenapa? Kau tidak merindukan kami?" tanya Yoongi dengan wajah sedih.

"Oppa, aku sudah menikah, apa lumrah tinggal bersama kakak dan sahabat lelakinya? Apalagi Kookie jarang dirumah. Aku tidak ingin ada desas-desus tidak enak," lirihnya.

"Oppa mu hanya bercanda Lali, dia akan tinggal di rumah kalian tentunya, hanya aku yang akan tinggal disini ...."

"Apa? Itu malah lebih aneh kan ...."

"Lali, aishhh ... kebiasaan, dengar dulu sampai habis. Aku akan tinggal di gedung yang sama. Aku punya unit disampingmu. Aku akan menjadi tetanggamu lagi," senyum Taehyung.

"Oh, maafkan aku ...," katanya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Selama suamimu tidak dirunah, aku akan menginap disini. Bagaimanapun kau sedang hamil tua, kau perlu dijaga, babygirl," ucap Yoongi datar.

"Bisakah aku membantahnya oppa?"

"Tidak."

"Ugh, baiklah," Lisa menyerah, tahu kalau kakaknya sudah tidak mungkin bisa dibantah.

***

Pagi itu, gedung pusat Min Corp. yang biasanya tenang dan damai menjadi mencekam.

Setiap karyawan bahkan mereka yang berjabatan tinggi di perusahaan itu tidak mengetahui kalau pemilik perusahaan tempat mereka bekerja akan datang menyambangi mereka.

Ditambah lagi dengan kebodohan resepsionis dan satpam baru yang tidak tahu jika bukanlah Joen Jungkook yang memiliki perusahaan itu.

Yoongi yang pagi itu mengenakan setelan jas hitam-hitam melangkah masuk dengan santai menuju ke arah lift sebelum di cegah boleh satpam yang menggiringnya ke resepsionis.

Bahkan sang resepsionis tidak mau menghubungi orang-orang yang disebutkan oleh Yoongi.

Si resepsionis cantik itu berani memarahi Min Yoongi dan menyuruh satpam yang sama bodohnya itu untuk menyeret Yoongi, the almighty Yoongi keluar dari perusahaannya sendiri.

Hingga, Kim Mingyu, kepala manajer pemasaran melihat Wajah Yoongi dengan tatapan horor.

Ia langsung dengan sigap memarahi satpam dan resepsionis yang masih tidak mengerti kesalahan mereka.

Begitu mereka tahu, kalau yang akan mereka usir adalah orang yang menggaji mereka, wajah mereka langsung pucat dan membungkuk-bungkuk meminta maaf.

Yoongi disisi lain hanya menatap dingin pada mereka. Dia sedang berpikir apa hukuman yang layak untuk mereka yang telah mempermalukannya di perusahaannya sendiri.

Bagaimana mungkin karyawan kantornya sendiri tidak mengenal wajah si pemilik. Apakah kualitas karyawan di pusat sudah sebobrok itu, pikirnya.

Berita kejadian bodoh itu dengan cepat menyebar. Kegaduhan terjadi di setiap divisi, bahkan di menit itu juga, masih di lobby utama, Min Yoongi mengultimatum bahwa dirinya akan mengadakan rapat dalam waktu satu jam kedepan, semua divisi harus hadir beserta laporan lengkap tiap divisi dalam satu tahun terakhir.

Kemudian dengan langkah tegap, Yoongi berjalan menaiki lift menuju ruangan CEO yang saat ini dijabat oleh orang yang menurutnya sebentar lagi akan menjadi mantan iparnya.

"Buka pintunya," Desis Yoongi dingin, padat dan singkat.

"Ta-tapi tuan, ku-kuncinya dibawa oleh CEO Joen, beliau selalu mengunci dan membawanya setiap bepergian," jawab sekretaris cantik dan seksi dari CEO Jeon Jungkook takut-takut.

"Jin hyung, belikan aku gergaji kaca, bawa ke kantor pusatku dan tarik Namjoon untuk ikut denganmu," katanya dengan datar di telepon genggamnya begitu sudah tersambung pada orang yang dituju.

Suasana lantai tempat kantor CEO berada seketika semakin dingin mencekam. Tidak ada yang berani buka mulut bahkan bergerak dan bernapas pun mereka takut.

***

[Completed] ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang