"Apa-apaan ini! " bentak seorang wanita paruh baya kepada seorang anak kecil.
Anak tersebut tak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya diam dan pandangannya merunduk.
Wanita paruh baya tersebut geram kepada anak kecil tersebut dan akan melayangkan sebuah tamparan ke wajah sang anak.
Sebelum tamparan tersebut mendarat di pipi mulus sang anak kecil, sebuah tangan menghentikan aksi tamparan itu.
"Apa ini ma! Reno hanya melakukan kesalahan yang sepele dan mama akan menamparnya! Setan apa yang telah memasuki tubuh mama! " bentak Rafa yang emosinya sudah tak terkendali.
"Berani sama orang tua kamu sekarang! " bentak Rika~mama Rafa dan Reno tak kalah tinggi.
Reno yang masih kecil tak bisa berbuat apa-apa kecuali berlindung di balik tubuh sang kakak yaitu Rafa.
"Mama itu salah! " emosi Rafa tak kunjung mereda.
Rika tak membalas ucapan Rafa dan langsung melenggang pergi meninggalkan kedua anak tersebut.
Rafa sebagai kakak yang sangat sayang kepada adik satu-satunya itu pun langsung memeluk dan menenangkannya.
"Lupain aja kejadian tadi. Gue akan ada disamping lo terus. Gue ga akan ninggalin lo sendiri."
Kejadian itu terus terngiang-ngiang di memori sang anak yang sedang bersantai-santai di atap sebuah gedung kosong sambil menghisab sebuah rokok. Dia adalah Reano Alexander Braham. Ia sering dipanggil dengan sebutan 'Reno' mungkin lebih mudah nyebut 'Reno' dari pada 'Reano' kali ya.. Tetapi hanya orang tertentu si yang manggil Reano dengan sebutan Reno.
Reano hidup sebatang kara karena sang kakak yaitu Rafa Alexander Braham telah meninggalkannya untuk selamanya dan menghadap tuhan.
Sejak kematian sang kakak karena kecelakaan pesawat, Reano selalu dimarahi dan dipukul oleh mamanya yaitu Rika. Papa Reano telah meninggal sejak Reano berumur 3 tahun, sungguh tragis.
Karena setiap hari mamanya selalu memukul dan memarahinya Reano diam-diam pergi meninggalkan rumah ketika ia kelas 8 SMP.
Reano tinggal di sebuah arpartemen dari sebuah pundi-pundi uang yang ia tabung sejak kecil dan ia memiliki sebuah usaha kecil yaitu memiliki sebuah cafe kecil yang ia bangun sekitar 2 tahun yang lalu.
Oh yaaa, Reano sekarang sudah menginjak kelas XII dan berusia 17 tahun. Ia sangat digemari oleh para cewek-cewek di sekolahnya. Dalam hati yang paling dalam Reano merasa risih akan hal itu, tetapi lama kelamaan ia sudah terbiasa dan menganggapnya hanya sebuah semut yang berbicara.
Reano dikenal dengan sifat 'bad' yang dimilikinya. Ia sudah tak menghiraukan cibiran orang lain dan ia langsung tebal telinga saat itu juga. 'Ini adalah hidupku, jadi semauku bukan' itulah motto hidup Reano.
***
Sinar matahari memasuki kamar seorang anak laki-laki melalui celah-celah jendela kamar arpartemenya.
"Gilaa! Udah jam 8" seru laki-laki itu seraya bangkit dari tempat tidurnya.
"Tidur lagi atau sekolah ya?"
"Tidur aja,kali ya enak"
"Tapi nanti gue ga bisa ketemu sama si bebek lagi"
"Fix, gue harus sekolah"
Keputusan lelaki itu sudah bulat, yaitu ia akan berangkat sekolah untuk menemui gadis pujaan hatinya. Walaupun sekarang jam telah menunjukan pukul 08.10 ia tak merasa takut ataupun khawatir akan omelan yang akan diberikan oleh guru disekolahnya..
Tak butuh waktu lama untuk lelaki itu bersiap-siap. Ia hanya mengenakan kaos putih polos beserta dengan celana seragam sekolahnya dan tak lupa dengan jaket kesayangannya. Tak dapat dipungkiri lagi lelaki itu tak memakai dasi ataupun atribut sekolah yang lain. Sungguh 'bad' sekali...
***
Sesampai di sekolah, ternyata gerbang utama sekolah sudah ditutup sejak pukul 7 yang lalu bertepatan dengan bel berdenting. Tapi hal ini tak membuat lelaki ini takut, ia akan memasuki sekolah dengan memanjat gerbang sekolah bagian belakang dan memarkirkan motor ninjanya di warung dekat sekolahnya.
Tak butuh waktu lama untuk memanjat gerbang sekolah yang sudah menjadi kebiasaannya sejak kelas XI dulu. Dalam sekejap Reano dapat memasuki lingkungan sekolahnya dan menuju ke roftoop karena tidak mungkin ia akan mengikuti pelajaran.
Sebelum menuju rooftop Reano mampir ke kantin untuk membeli minuman yang sudah menjadi favoritnya yaitu kopi.
"Eh nang Reano, mau pesan seperti biasa ya nang"
"Iya"
Ibu kantin segera membuat kopi pesanan Reano, seraya menunggu ia pun mengetik sebuah pesan kepada seorang gadis yang dicintainya.
Alisya bebek😚
Morning manisku! Aku tunggu di rooftop 😙
Setelah mengirim pesan ia segera mengambil kopi pesananya yang telah selesai dibuat dan tak lupa membayarnya.
TINGG!!!
Suara apa ya?
Tunggu lanjutannya ya wk
Kepo nggak nih?! Kalau ga kepo ga usah dilanjut kali yaaa:0
Jangan lupa vote and comment dong:)
~salam manis author❤
KAMU SEDANG MEMBACA
REANO
Teen FictionSebuah kisah ketika gengsi dan ego mengalahkan semuanya, sulit untuk menguasainya. Akankah berakhir cinta ataukah luka? Kepo, baca aja:) Slow-update