[ 0.1 ]

3.4K 342 53
                                    

Sepi. Hening. Gelap. Matanya menatap nanar pintu masuk rumahnya. Ia tidak bergeming. Kakinya enggan diajak melangkah untuk masuk ke dalam rumah.

"Gak mau masuk Jen?"

Adalah Jeno Azura. Siswa kelas XII SMA di salah satu SMA Negeri di Jakarta. Rambutnya berwarna hitam. Tubuhnya cukup tinggi.

Kalau yang barusan bertanya itu kakaknya. Namanya Kyra, mahasiswa jurusan sastra china. Rambutnya berwarna cokelat dengan bagian bawahnya yang lebih gelap. Kyra punya lesung pipit di pipinya. Ia tampak cantik saat tersenyum. Sayangnya, Kyra jarang tersenyum di rumah.

"Kok pulangnya barengan gue?" Jeno balik bertanya.

Kyra mengangkat bahunya acuh. Ia melepas sepatu, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah diikuti Jeno di belakangnya.

"Kak, mau makan malem apa?" tanya Jeno saat Ia duduk di sofa bersama Kyra selepas mandi.

Kyra mengangkat bahu acuh sebelum menjawab, "Gak tau deh. Pengen ayam geprek sih gue."

"Yaudah pesen itu aja." Mereka tidak berbincang selama menunggu pesanan datang. Jeno sibuk menonton pertandingan basket di Youtube. Sedangkan Kyra asik berselancar di Instragram.

Memang selalu seperti itu sebenarnya. Meski berada di tempat yang sama, mereka jarang sekali bercengkrama. Keduanya asyik dengan dunia masing-masing. Jeno bahkan lupa kapan Ia berinteraksi layaknya kakak-adik pada umumnya dengan Kyra.

Hingga usai makan malam, mereka masih tidak berbicara satu sama lain. Jeno langsung masuk ke dalam kamarnya setelah makan malam. Ia merasa mengantuk, karena seharian ini bermain basket dengan teman-temannya. Jeno memutuskan untuk tidur lebih awal.

Pukul 05.45 Jeno sudah siap berangkat ke sekolah. Ia sudah duduk di atas motornya. Saat hendak menyalakan mesin motornya, Jeno merasakan getaran ponselnya di dalam saku. Jeno mengulum senyum kala melihat nama si pengirim pesan. Ada rasa hangat yang menjalar di dadanya ketika membaca namanya. Lama sekali Jeno menatap ponselnya, sebelum akhirnya membalas pesan tersebut.


Nesya : Jeno, jadi jemput kan?

Jeno : iya. Ini otw kok.

Jeno mengenakan helm. Dia akan menjemput Nesya menggunakan sepeda motornya. Jeno sudah berteman cukup lama dengan Nesya. Dan Nesya adalah teman terdekatnya. Nesya adalah buku harian Jeno. Setiap kata tanpa tinta penuh rahasia milik Jeno ada di Nesya. Pertemuan diantara keduanya biasa saja, tidak ada yang spesial. Jeno juga tidak mengira Ia akan sedekat dan seakrab ini dengan Nesya.

Saat itu waktu hampir menunjukan pukul enam lewat dua puluh menit. Gelap tengah melahap senja dengan khidmat. Seorang anak kecil dengan rambut hitam dan badan sedikit berisi berlarian sembari menggiring bola basket di tengah lapangan besar. Dia melempar bola itu menuju ring, lemparannya meleset. Dia berlari untuk mengambil bola, kemudian melemparnya lagi dengan tenaga lebih kuat. Begitu terus, hingga akhirnya dia menyerah. Dia duduk di tengah lapangan dengan kepala menunduk ke bawah. Bahunya bergetar hebat. Dia terus menangis hingga tidak sadar seorang anak perempuan dengan rambut ikal menggantung sedang menatapnya lekat. Angin berhembus lumayan kuat saat itu membelai rambut kedua insan kecil itu. Anak perempuan itu tanpa bosan terus menatap anak lelaki di sebelahnya sembari tersenyum.

Mengusap pipi kasar, anak lelaki itu akhirnya menoleh ke arah anak perempuan di sebelahnya. "Nesya ngapain disini?" suaranya serak khas orang habis menangis. Bahunya masih bergetar.

Azura | Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang