[ 0.6 ]

1K 178 32
                                    

Setelah bermusyawarah saat jam istirahat tadi, mereka semua akhirnya sepakat untuk kumpul di parkiran motor. Total mereka semua sebelas orang. Ada Mark,  Jeno, dan Haechan dari eskul basket angkatan 2020. Juga ada Jaemin, Chenle, dan Jisung dari eskul yang sama angkatan 2021. Ada juga Dira, Mina, Sofie, Yena, dan Ryujin dari eskul cheerleader angkatan 2020. Terakhir ada Nesya dari gerakan non eskul. 

"Beneran ini si Renjun telat datengnya? Gak asik amat," gerutu Haechan. Sesekali lelaki itu melirik layar ponselnya.

"Yaudah lah, jalan aja. Bocahnya bawa motor kan? Nanti nyusul gampang. Panas nih!" Mina ikut menanggapi meski fokusnya pada handfan tidak teralihkan.

"Sok, atuh Min naik." Mark lebih dulu menyalakan mesin motornya.

"Naik dimana Mark?" Mina menghela napas kasar. "Liat dong! Motor lo penuh sama gitar lo! Le, gue bareng lo aja!" Mina berlari kecil ke arah mobil milik Chenle. Di dalam mobil sudah ada Jaemin, Chenle, Jisung dan Ryujin.

Nesya menoleh ketika lengannya di colek. Ia mendapati lelaki dengan tubuh jauh lebih tinggi darinya sedang tersenyum padanya. Lelaki itu memberikan helm kepadanya. "Gue gak bawa helm dua. Jadi lo aja yang pake Kak," ucap Jisung, adik kelasnya.

Nesya mengerjap sebentar. "Gak usah, kan kamu yang bawa motornya." 

"Ya justru itu, gue yang bawa motor, gue yang bertanggung jawab penuh atas lo,"–Jisung memakaikan Nesya helm miliknya–"Yah, rambutnya berantakan," ujar Jisung dengan sedikit terkekeh.

"Modus," cibir Jeno. Jeno menatap adegan di depannya, entah kenapa Ia merasa tidak suka. Ia mengenakan helm kemudian menyalakan mesin motornya. Jeno merasa muak melihat tingkah Jisung, tapi entah kenapa pandangannya enggan beralih. Barulah saat merasa jok belakangnya terisi– "Ayok Jen, Jalan!" seru Dira–Jeno menjalankan motor menyusul Mark yang sudah jalan lebih dulu. 

Beberapa saat kemudian, mereka semua telah sampai di salah satu kafe di daerah Jakarta Selatan. Kafe itu di dominasi oleh warna putih dan abu-abu. Ada beberapa kursi di luar dan yang lainnya di dalam. Meja-meja yang berada di luar bentuknya melingkar. Mereka lebih memilih duduk di bagian luar kafe. Beruntung, awan sudah mau bekerjasama dengan menyelimuti matahari.

"Kenapa lo mesennya red velvet Nes?" Dira memulai percakapan usai mereka memesan minuman. "Emangnya enak ya, red velvet dijadiin minuman?"

"Gak tau deh, aku gak pernah coba."

"Kalau lo gak pernah coba, kenapa lo pesen?"

"Karena pengen coba," Nesya tersenyum, "Kenapa emangnya Dir?"

"Gak apa-apa, cuma kenapa lo gak mesen sesuatu yang lo suka aja?"

"Gak ada semangka disini," Jeno ikut menanggapi, "Nesya kan sukanya semangka doang."

Haechan berdecak, "Pacar satu di kanan, pacar dua di kiri. Kurang hebat apa Jeno?" Jeno baru sadar, bahwa Ia duduk diantara Nesya dan Dira.

"Chan, ini itu bukan pacar,"–Jeno mengacak-acak rambut Nesya–"Ini sahabat, nah udah selesai," Jeno memutar tubuh Nesya ke arahnya, "Cantik–"

"Jen, kamu ngajak berantem ya." sontak, Jeno menghentikan aktivitasnya. Dia menelan ludah kasar melihat tataan rambut Nesya yang sudah hancur dibuatnya. Nesya meniup poni, meluapkan kekesalan.

"Inget gak sih kamu Jen, dulu tuh ya kamu dirumorin pacaran sama Nesya," kata Dira. "Sampai aku sempet pupus harapan mau deketin kamu." 

"Klasik amat, deket dikit dibilang pacaran," Jeno menyenderkan punggungnya ke kursi, "Lagian ya, namanya sahabat itu gak mungkin pacaran."

Azura | Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang