Karawang, 24 Oktober 2019
***
Aku masih menginjak bumi yang sama
Aku masih menatap langit yang sama
Aku masih menghirup udara yang sama
Dan aku masih mencintai orang yang sama
Dan itu adalah kamu Teo ku.***
Jika saja waktu bisa mengubah perasaanya, ia ingin sekali bisa mencintai lagi. Namun waktu terlalu lemah akan hal itu. Jika saja angin bisa menerbangkan seluruh luka nya, ingin sekali ia membuka lembaran baru. Tapi miris nya angin tak cukup kuat untuk melakukan itu. Kalau saja hujan bisa menghapus seluruh duka nya, hatinya yang keras itu pasti sudah terbuka lagi. Namun apa daya meski ribuan tetes nya telah membasahi bumi, tak satu tetes pun mampu menghilangkan dukanya.
Ia masih terkungkung, terkurung dalam cinta dan asa yang semu. Rindu yang menyelimuti hatinya tak kunjung reda menerpa. Ia ingin, ingin sekali rasanya melihat sosok itu lagi. Kini meski lima tahun telah berlalu, namun hatinya masih tertuju pada sosok yang sama. Salsabila, kini usianya sudah menginjak 27 tahun. Usia dimana seharusnya ia sudah menikah, bahkan mungkin memiliki dua orang anak. Namun apa daya, hatinya tak cukup mampu untuk terbuka, tak lagi sanggup untuk memulai cinta.
Bukanya ia seorang pengecut yang tak mampu bangkit dari masa lalu, namun ia hanya takut. Ia hanya tak punya cukup keberanian untuk merasa sakit, ataupun kehilangan. Karena dari yang ia tahu, ketika kau sudah membuka hatimu untuk cinta maka kau harus siap dengan segala resikonya. Salsa hanya belum sanggup untuk menerima resiko itu lagi. Luka di hatinya karena kehilangan "Teonya" belum pulih sepenuhnya. Maka bagaimana ia bisa memulai cinta yang baru, dan harus bersiap untuk terluka lagi.
Baginya melupakan tidaklah semudah itu, kalau saja kenangan itu sama seperti file yang berada di dalam laptopnya, maka ia ingin sekali mendelete semua kenangan itu. Namun pada kenyataannya semua tak semudah yang ia kira. Setiap kali ada pria yang datang padanya, bahkan sekalipun itu pria baik baik, Salsa masih enggan untuk memulai apapun. Terlebih Teo, sahabatnya sejak kecil sekaligus cinta pertamanya itu masih memiliki tempat tersendiri dalam hatinya. Jadi mana bisa ia mencintai lagi.
Dulu pria bernama Teo itu pernah mengatakan, jika Salsa tidak boleh menangis saat mengingatnya. Tapi nyatanya bulir air mata itu kini kembali menetes saat ia memandangi satu demi satu potret pria itu, yang masih ia simpan dengan rapi. Padahal ia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi, namun lagi lagi ia melanggar janjinya. Salsa memejamkan matanya, menghela napasnya pajang. Ia berusaha untuk kembali menormalkan suasana hatinya.
Semilir angin yang lembut menelusup melalui celah jendela kamar tidur. Matanya kembali terbuka, ia mencoba tersenyum sambil kembali memasukan semua barang barang kenangannya bersama Teo. Salsa bangkit dari duduk nya, lalu menyimpan kembali kotak berwarna biru itu ke dalam lemari. Ia melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam. Dan ia belum cukup mengantuk untuk tertidur saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean (Sequel My Boyfriend Is A Ghost)
ChickLit"Jika saja reinkarnasi itu benar adanya, maka aku hanya ingin terlahir kembali untuk menjadi milikmu satu satunya." Itulah yang selalu ada dalam benak seorang Salsabila. Kalimat yang selalu tertuju pada sosok yang kini bahkan tak dapat ia lihat lagi...