Its you

90 14 17
                                    

Karawang, 6 Januari 2021

***

Berkali kali aku bertanya apa alasannya
Namun jawabannya masih sama
Tak ada hal lain
Karena itu kamu
Kamu
Alasan dari setiap senyumku.

***





Setelah kejadian sore itu dimana sean menjemput Dinda dan melihat Salsa juga berada di tempat yang sama. Ia jadi berpikir bagaimana sang Kakak dapat mengenal Salsa, dan bagaimana mereka bisa berteman. Jika mereka teman dekat, tentu saja sean akan merasa sangat senang. Bukankah ia jadi punya kesempatan lebih untuk mendekati gadis manis itu, dan kakaknya mungkin bisa jadi banyak membantu.

Sean berjalan keluar melintasi pintu kamarnya, pikirannya masih melayang pada sosok Salsa sore tadi. Namun karena sang Kakak langsung pergi setelah ia antar ke kantor Sean jadi belum sempat banyak bertanya. Sean berjalan namun langkahnya terhenti saat ia berada di depan pintu kamar sang kakak. Sean yakin Dinda pasti sudah pulang, dan ia tak boleh melewatkan kesempatan lagi. Ia harus bertanya sekarang juga, lebih tepatnya menginterogasi.

Tidak mengetuk pintu pria jangkung itu langsung melangkah begitu saja membuat gadis yang berada didalam kamar sedikit terperenjat hingga memegangi dadanya.

"Lo kalo masuk kamar orang bisa ngetuk pintu dulu gak sih?"omel Dinda pada adik nya yang tak kenal sopan santun itu.

"Bisa."jawab Sean santai.

Dinda menggelengkan kepalanya."Terus kalo bisa kenapa gak ngetuk pintu dulu, untung gue gak jantungan."

"Kak gue mau tanya."ucap Sean.

"Apa cepetan ah, gue mau pipis."balas Dinda karena tadi pun sebenarnya ia hendak ke kamar mandi namun Sean keburu datang dan membuatnya kaget.

"Lo temenan sama Salsa?"

"Iya."

"Kok bisa?" Tanya Sean.

"Ya bisa lah."jawab Dinda lalu berusaha mendorong tubuh Sean agar tidak menghalangi jalannya.
"Udah ah minggir."

Namun apa daya tubuh Sean terlalu besar."Kak, jawab pertanyaan gue dulu, lo kenal di mana sama Salsa, terus udah berapa lama kalian temenan, Salsa masih jomblo kan?"

"Lo kalo nannya satu satu bisa gak sih dek."ucap Dinda yang sebenarnya sudah malas meladeni pertanyaan adik nya itu.

"Sory, gitu aja ngegas."

"Gue sama Salsa temenan dari kecil, kita satu panti dulu, ya pastinya kita temenan udah lama banget, dan Salsa masih jomblo."

"Bagus deh."saat ini Sean tersenyum lebar membuat gadis di hadapannya jadi bertanya tanya.

"Kenapa? Lo naksir?"tebak Dinda, dan ya tepat sekali.

"Iya."jawab Sean jujur, namun malah dibalas Dina dengan tawanya yang terbahak bahak.

Sean mengerutkan keningnya "Lah kenapa ketawa?"

"Gue saranin lo mundur aja deh, lo itu bukan tipenya Salsa tahu."ucap Dinda sebelum akhirnya kembali tertawa.

"Gimana sih lo kak, adeknya punya gebetan bukanya dukung bantuin kek ini malah di suruh mundur."celoteh Sean, bisa bisanya ada kakak seperti Dinda di dunia ini.

"Tau ah, udah gue mau ke wc."

Tak memperdulikan Sean lagi Dinda langsung meluncur ke WC karena panggilan alam yang tak kuasa ia tahan lagi. Sedangkan Sean masih terdiam di tempatnya berpijak, tak mungkin juga kan ia mengikuti Dinda ke wc. Akhirnya Sean keluar dari kamar kakaknya itu, sambil berpikir keras cara apa lagi yang harus ia lakukan untuk membujuk sang kakak.

Sean (Sequel My Boyfriend Is A Ghost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang