4 [dunia sempit]

113 11 0
                                    

Gadis berkuncir kuda itu sedikit mengibas-ngibas kulit lehernya dengan tangan. Sejuk menelisik tapi tidak berperan banyak. Kulitnya yang berkilau basah bebas terekpos sempurna. Peluh sudah membanjiri wajah dan lehernya.  Indira berhenti sejenak dari mesin trendmill-nya. Meregangkan kaki duduk rileks berharap sekujur tubuhnya yang di serang panas segera mendingin. Kepalanya terasa pening untuk berlari kembali, sejenak dia terpekur menatap lantai menetralkan kembali deru nafas kasar yang masih terdengar lancar.

Raffa membawa handuk putih. "Baru trendmill aja udah kaya mau mati. Cemen"

Indira menarik handuk yang dilemparkan Raffa ke wajahnya, mengelapkan pada dahi dan leher yang sudah seperti keran bocor. Lantas menerima botol air mineral dari Raffa, meminumnya rakus seperti baru saja tersesat di gurun pasir.

"Gak sakit apa bang angkat yang berat-berat gitu. Ngilu gue liatnya, lo yang angkat gue yang ngeden"

Raffa menutup botolnya menoleh dengan keringat yang sama banyaknya "sudah biasa. Nih liat abs gue. Bikin cewe betah" pamernya.

Indira melihatnya tidak tertarik "kalau orang gak bakalan nyangka kalau lo tukang kue"

"Tukang kue terdengar seperti gue yang suka jualan pake grobak di pinggir jalan" Raffa terkekeh pelan. Menarik handuk di pangkuan Indira "sini minjem"

"Jangan ih bekas gue" sergah Indira tapi tidak berhasil.

"Gak apa-apa. Keringat lo wangi kaya parfum"

Indira meringis "bau asem yang ada"

"Asli menurut gue keringat lo gak bau sama sekali Ra" Raffa menciumi dan mengendus handuknya "kalau di deket lu berkeringat sebanyak apapun anehnya gak bau" hidung mancungnya mengendus leher Indiria, sedikit gadis itu mundur tidak nyaman "nah cuman kecium sedikit wangi parfum khas lo aja. Itu sih gue gak tau kalau lu mandi pake parfum sebotol atau gimana"

"Gue gak punya parfum"

Raffa terperangah "asli lo cewe gak punya parfum?"

"Botolnya aja gue gak punya. Berarti yang abang cium itu emang khas bau badan gue. Entahlah mungkin sabun mandi"

"Andai semua cewe kaya lo. Mungkin tukang parfum sudah musnah dari peradaban"

"Ahaha... untungnya gak semua cewe kaya gue"

"Bang lo pushup dapat berapa tadi?"

"Gak tau, gak ngitung. Mungkin lebih dari 50 kali" Raffa mengelapkan handuknya ke wajah membuat poni yang basah semakin berantakan. Indira gemas ingin merapihkannya sejak tadi.

Dan dia membantu melakukannya, meski entah mengapa tubuh Raffa terasa kaku sesaat sebelum kembali rileks "Bagus. Sekarang pushup lagi dan gue bakalan naik di punggung lo"

"Enak banget" cibir Raffa memasang wajah tidak suka namun berkebalikan dengan gerakannya "ayo naik, pesawat mau lepas landas"

"Yeaaay"

Indira duduk bersila diatas punggung Raffa. Wajahnya sumringah dalam hati dia mengerang senang berharap banyak meminum air akan menambah beratnya. Sedikit terkikik saat Raffa terus menurun naikan tubuhnya.

Melihat bagaimana atletisnya tubuh Raffa Indira tidak perlu khawatir pesawatnya jatuh di tengah jalan karena tubuh Raffa terasa kekar dan keras. Membuatnya aman dan nyaman.

"Ayo bang terus bang. Gue gak berat. Cuman makan sehari 4 kali tambah ngemil dua kali"

"Bacot" Raffa terengah. Nampaknya keringat yang tadi di lap sudah keluar kembali membuatnya basah. bisep bertatonya mengembang, memperlihatkan urat-urat yang tampak menegang. "Banyak makan tapi tidak berkembang"

SPOGULISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang