Bagian 9 | Sayang

69 11 0
                                    

Penampakan setan dan orang jatuh cinta itu gak jauh beda. Keduanya sama-sama mengerikan.

🌠🌠🌠

"Hay cantik!" sapa Andro kepada salah satu siswi cantik dengan sejuta jerawat di wajahnya.

"Pfftt!"

Ketiga sahabat yang tak lain adalah Raysen, Andro, dan Aris sedang berjalan menuju kantin dengan segala celetukan yang keluar dari mulut mereka. Salah satunya ini, Andro menggoda seorang siswi. Siswi itu dibuat hingga tersipu malu karena pujian Andro, sedangkan Aris dan Raysen berusaha menahan tawa.

"Cantik, cacar bintik-bintik maksudnya!" lanjut Andro.

Sontak orang yang mendengar itu terbahak dan membuat gadis itu menunduk lalu pergi entah ke mana. Celetukan Andro membuatnya sakit hati.

"Gila lo! Anak orang kasian tuh sakit hati, hati-hati loh! Nanti dia ngadu ke Mamih, baru tahu rasa dicakar emak-emak," ujar Raysen.

"Eh bukan Mamih!" sanggah Aris.

Raysen menatap Aris seolah bertanya, apa? Sedangkan Andro, ia terus menggoda para siswi dengan siulan, sapaan, maupun mata genitnya.

"Tapi ... Umi! Hahaha!" lanjut Aris.

Pletak!

"Idaww!" latah Aris saat sebuah jitakan hangat mendarat di kepalanya. Pelakunya? Siapa lagi kalau bukan Raysen?

"Gak lucu!" ucap Raysen dengan penuh penekanan. Membuat wajah Aris yang kesal bertambah masam.

"Eh eh! Lihat deh, ada cewek cantik, coy!" seru Andro setengah berbisik seraya menunjuk area pinggir lapangan.

Mereka pun menatap ke arah tunjuk Andro. Dengan wajah sumringah mereka menatap satu persatu gadis di lapangan sana.

"Short hair, chubby, baby face, ramah dan hangat. Uwuu," ucap Raysen dengan wajah takjub menatap salah satu gadis itu berambut pendek yang imut di bawah sana.

"Manis, humoris, rambut kucir kuda dan berponi tipis. Maa sya alloh," sambung Aris yang tak kalah takjub menatap gadis yang tengah menjahili temannya.

"Cantik, rambut cepol, muka jutek tapi senyumnya manis. Subhanalloh," lanjut Andro yang meleleh melihat gadis yang marah tapi ikut tertawa karena dijahili oleh temannya.

Tiba-tiba, seseorang datang menjewer telinga Andro, membuat ia mengaduh kesakitan.

"Cantik! Rambut cepol! Muka jutek senyumnya manis! Iya, hm?! Gak digebet aja sekalian?!" sangar Silfa.

"Aduh aduh! Sakit, Beb!" Andro mengaduh kesakitan.

"Jadi, kamu mau puter haluan?! Mau ngeduain aku? Hm?!" tanya Silfa. Lebih garang.

"Kalau kamu izinin sih, aku mau. Hehee." Cengir Andro.

Silfa melotot mendengar jawaban Andro. Dengan kesal, Silfa melepaskan jewerannya. Andro pun menggosok telinganya yang terasa panas seraya meringis.

"Jadi kamu naksir cewek itu?" tanya Silfa dengan wajah santai. Tapi, entah kenapa membuat Andro kelabakan.

"Y-ya nggaklah! Hahaha! Mana mungkin aku naksir dia, kan aku pacar kamu. Tapi, kalau kamu bolehin, aku mau juga sih," kata Andro seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan nyengir tak jelas.

"Oh, OK. Aku bolehin kok." Wajah Andro terlihat sumringah.

"Uuuu!" sorak sahabat-sahabatnya.

"Tapi kita putus." Lanjut Silfa yang kemudian berlalu meninggalkan area koridor itu. Membuat wajah Andro melongo seketika.

Strangers [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang