Bagian 10 | Pulang Bareng Yuk!

58 10 0
                                    

Janji adalah obat penenang hati yang berefek samping melukai jika hal itu diingkari.

"Boleh gabung gak?" tanya orang yang menggebrak meja Lyra dan Raysen. Pasgar Centaurus.

"Fakboy gak tahu disopan santun. Cih!" celetuk Lyra, mendecih pelan.

Raysen pun menyenggol tangan Lyra, bermaksud menyadarkan Lyra bahwa ucapannya kurang mengenakan. Pasalnya, Pasgar adalah tipekal laki-laki yang emosional dan berbahaya di STIPAN (SMA Tirta Panjiraya). Selain dicap playboy, ia juga menyandang gelar badboy dan fuck boy. Ya, begitulah Pasgar. Semua julukan ia borong.

Lyra membalas senggolan tangan Raysen dengan melayangkan tatapan tak suka. Toh, memang benar kok Pasgar tidak sopan. Menggebrak meja untuk meminta bergabung, tidak adakah cara yang lebih pantas dari itu?

"Woy, gue boleh gabung gak?" tanya Pasgar dengan senyumannya yang selalu tampak seperti seringaian.

"Boleh. Boleh, boleh," jawab Raysen dengan ramah.

Pasgar tersenyum lebar. Ia duduk di samping Lyra. Namun, tepat saat bokongnya baru saja mendarat empuk pada kursi, Lyra bangkit dan pergi dengan santai seraya menyedot susu kotaknya. Membuat kedua pemuda itu menatap terheran-heran gadis itu.

Raysen beralih menatap Pasgar yang kini menatapnya balik seraya memainkan sedotan teh botol sosro di atas meja.

"Hay!" sapa Pasgar dengan wajah sok coolnya, seolah ia sedang menggoda seorang gadis. Sontak, hal itu membuat Raysen membelalak dan menatapnya ngeri.

"Gila lo ya?" timpal Raysen.

"Lo ... mau gak, jadi pacar gue?" tanya Pasgar kepada Raysen hingga membuat Raysen tersedak dengan air liurnya sendiri.

"Sinting lo ya?!" teriak Raysen. Sedangkan Pasgar terkekeh pelan.

"Ya kali gue nembak lo. Gue masih normal. Gue duluan," kata Pasgar. Ia pun mengambil Coca cola milik Raysen lalu pergi.

"Thank's coca colanya!" seru Alfa seraya mengacungkan coca cola milik Raysen.

"Anjir, coca cola gue?!" pekik Raysen tertahan.

🌠🌠🌠

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Silfa, Citara, Catira, dan juga Lyra kini berjalan bersama keluar kelas. Sesekali mereka bercanda, mengghibah, dan membicarakan berbagai hal yang terjadi hari ini.

"Hay, Lyra!" sapa Pasgar yang entah datang dari mana.

Keempat gadis itu pun menatapnya dengan kompak. Citara, Catira dan juga Silfa saling pandang seolah menanyakan ada hubungan apa Lyra dengan Pasgar. Sementara itu, Pasgar tak sendirian di sana, ada Reza dan Dizo yang berdiri di kedua sisi tubuhnya.

Lyra menatap datar Pasgar yang tersenyum menatapnya. Senyuman itu, sungguh memuakkan! Di tengah keheningan yang melanda, Reza angkat suara. Membacakan puisi ciptaannya untuk Citara.

"Daun siang membasahi embun pagi.
Kicau burung terdengar indah di malam hari.
Mereka kompak menyatakan hey, Citara, sang Pujaan hati." Kata Reza dengan penuh penghayatan seraya menghampiri Catira.

Ya, dia salah orang. Sebab, ia menghampiri Catira ketika ia menciptakan dan membacakan puisi untuk Citara.

"Wait, sejak kapan daun siang membasahi embun pagi? Ada juga embun pagi kali yang membasahi daun," ujar Citara.

Strangers [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang