Joe sempat mencubit lengannya sendiri, dua kali.
Sekadar memastikan bahwa ia sedang tak bermimpi.
Bahwa saat ini Naya ada bersamanya, tidur di pelukannya, tak mengenakan busana, dan mereka baru saja melewatkan pengalaman yang luar biasa.Sudah lama Joe memimpikan hal ini.
Sudah lama ia mendambakan Naya, mendambakan jiwa dan raganya.
Terdengar mustahil ketika perempuan itu masih berpacaran dengan Aron. Tapi sekarang, ia seolah punya sedikit celah untuk memuwujudkan impiannya; mendapatkan Naya, seutuhnya.Dan Ia akan melakukannya. Mendapatkan hati perempuan itu, sedikit demi sedikit.
°°°
Naya terbangun ketika merasakan sentuhan lembut di pipi. Perempuan itu membuka mata dan ketika manik matanya beradu tatap dengan milik Joe, segera rasa bersalah mendera dirinya.
Tidak. Seharusnya ia tak melakukan ini. Menarik serta Joe ke dalam hubungan percintaannya yang rumit adalah sebuah kesalahan.Yang ia lakukan ini jahat.
Memanfaatkan kebaikan Joe untuk melampiaskan kekecewaannya pada Aron. Seharusnya ia tak melakukan ini. Seharusnya ia tak memanfaatkan lelaki itu.Buru-buru Naya bangkit, menyingkap selimut yang menutup sebagian tubuh, lalu sibuk mencari-cari bajunya.
Mendapati gerakan Naya yang terlalu tiba-tiba, Joe ikut beringsut. Membenahi selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, ia bangkit. Sembari menyisir rambutnya yang tebal, ia terduduk dengan tatapan yang tak beralih dari sosok wanita di hadapannya.
"Nana...," panggilnya. Rasa kecewa tak mampu ia bendung. Maksudnya, ia tak berharap bahwa Naya akan menatapnya penuh cinta setelah apa yang mereka lakukan. Tapi setidaknya, Ia tak mau melihat raut bersalah seperti yang saat ini ditunjukkan wanita itu.
Memang kenapa jika mereka bercinta? Toh mereka sama-sama single.
"Joe..." Naya menggigit bibir dengan gusar, lalu sibuk mengenakan bajunya, sambil sesekali menatap Joe.
"Aku minta maaf. Aku tak bermaksud memanfaatkanmu dan melibatkan dirimu dalam masalah ini. Aku hanya...""Nana, apa aku pernah bilang bahwa aku jatuh cinta padamu," potong Joe cepat.
Naya mematung. Jemari lentiknya yang tadi sibuk membetulkan kancing baju sekarang terhenti kaku.
Tatapan mata beningnya beradu lekat dengan milik Joe."Aku bilang, aku jatuh cinta padamu," ulang Joe.
Naya menelan ludah.
Joe bilang ... apa?"Aku jatuh cinta padamu, jika kamu tak memahaminya dengan jelas." Joe menatapnya tegas.
"Aku jatuh cinta padamu sejak Aron memperkenalkanmu padaku sebagai sahabatnya dan kalian belum resmi berkencan. Tadinya aku berencana mendekatimu secara terang-terangan. Tapi ternyata, sebelum aku sempat melakukannya, kamu keburu menjalin hubungan dengannya." Raut kecewa tampak kentara di mata Joe."Tapi sekarang kalian sudah resmi berpisah, jadi aku tak berniat untuk mundur."
Keduanya terus bersitatap.
Joe menyingkap selimut dengan gerakan santai, turun dari tempat tidur sembari memungut celananya yang teronggok di samping kaki kemudian segera mengenakannya. Lagi-lagi gerakannya tenang, seolah tak menghiraukan Naya yang tetap saja berdiri kaku.
"Aku takkan mundur lagi, Nana. Kali ini aku resmi menyatakan cinta padamu, dan perlahan-lahan aku juga akan mendapatkan hatimu. Membuatmu lupa akan Aron. Membuatmu lupa akan luka-luka yang pernah ia ciptakan." Lelaki jangkung yang masih bertelanjang dada itu bergerak menghampiri Naya.
Kemudian dengan gerakan lembut, Ia mengulurkan tangan untuk membantu mengancingkan baju Naya yang masih terbuka.
Perempuan itu masih saja terlihat syok bercampur bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Weak
RomanceKau menginginkannya. Kau membutuhkannya. Kau mencintainya. Dan... Aku bukan dia.