Joe berhasil membawa Naya ke Rumah Sakit setelah menyetir ugal-ugalan di jalan raya.
Tak terhitung banyaknya ia harus menerobos lampu merah atau bahkan nyaris terlibat kecelakaan dengan pengguna jalan lain.
Setelah ini, mungkin ia benar-benar akan berurusan dengan polisi.
Dan sekali lagi, ia tak peduli."Apa yang terjadi dengannya?" Seorang perawat perempuan menanyainya sesaat setelah Joe berhasil membawa tubuh Naya ke ruang gawat darurat.
"Tenggelam." Joe menjawab gugup. "Di bak mandi."
"Apa ini kasus bunuh diri?" Seorang perawat senior yang tampak sibuk melakukan CPR pada Naya bertanya cepat.
"Aku tidak tahu," jawab Joe.
"Jika ini kasus bunuh diri, maka kamu harus segera melaporkannya pada polisi. Percobaan bunuh diri adalah kasus serius."
"AKU TIDAK TAHU!" Joe berteriak frustrasi. "SELAMATKAN SAJA DIA, BRENGSEK!"
Ruang gawat darurat mendadak ribut. Joe tak bisa menahan emosinya lagi. Terlebih lagi ketika beberapa perawat memanggil security hingga harus menarik paksa Joe untuk meninggalkan ruangan tersebut.
"Orang ini mengganggu, bawa dia keluar!" Seorang suster kepala memberikan perintah.
Joe meronta. "JIKA KALIAN GAGAL MENYELAMATKAN PEREMPUAN ITU, AKAN KUHANCURKAN RUMAH SAKIT INI!" teriaknya.
"Maaf, Tuan Muda. Anda harus menunggu di luar." Dua orang security kembali datang dan ikut menyeret Joe.
"AKU SERIUS! JIKA TERJADI SESUATU PADA PEREMPUAN ITU, KALIAN AKAN MENYESAL!"
Joe masih terus meronta, walau akhirnya ia berhasil dibawa keluar dengan paksa.°°°
Aron melemparkan senyum hangat ketika tatapan mereka beradu. Lelaki itu membuka pintu dengan hati-hati lalu melangkahkan kakinya memasuki ruangan.
"Sudah merasa lebih baik?" Ia menyapa sambil menutup pintu dari dalam, kemudian berjalan mendekati Chaca yang masih terbaring di tempat tidur.
Perempuan yang sudah sadarkan diri sejak tadi malam itu membenahi selimut lalu balas tersenyum.
"Aku sudah tak apa-apa. Maaf telah membuatmu khawatir," jawabnya.Aron kembali tersenyum lalu duduk di kursi yang berada di samping ranjang.
"Dokter bilang kamu kelelahan. Lusa mungkin sudah diperbolehkan pulang."Chaca kembali tersenyum lembut dan menjawab, "Terima kasih sudah merawatku."
"Butuh sesuatu? Atau mau kukupaskan buah?"
Chaca menggeleng.
"Oh iya, kamu sudah bertemu wanita itu?""Wanita yang mana?" Kening Aron mengerut.
"Wanita yang telah menolongku dan membawaku ke Rumah Sakit."
Aron tertegun.
"Aron, tolong bantu aku agar bisa bertemu dengannya. Aku perlu bertemu secara pribadi dengannya untuk mengucapkan terima kasih. Dia telah menyelamatkan nyawaku, dan aku berutang budi padanya.”
Aron mematung, tak segera menjawab.
“Jadi, apa kamu sudah bertemu dengannya? Siapa namanya? Tolong cari tahu di mana dia tinggal. Jika aku sudah sehat, aku akan datang ke rumahnya dan mengucapkan terima kasih secara pribadi.” Raut wajah Chaca yang pucat berubah antusias. Dan lagi-lagi Aron tak mampu berkata-kata.
“Aron?” Chaca kembali memanggil hingga membuat lelaki di hadapannya tergagap.
“Err, okay. Akan kucari tahu tentang dirinya.” Ia tersenyum kaku. “Aku... akan berusaha mencari tahu tentang dirinya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Weak
Roman d'amourKau menginginkannya. Kau membutuhkannya. Kau mencintainya. Dan... Aku bukan dia.