13

4K 147 20
                                    


Adhwa kini mengamati Lana yang kini sedang duduk santai di taman belakang rumah mereka. Menatap kolam ikan kecil yang sengaja di buat untuk sekedar mengisi lowongnya taman rumah tipe 90 itu. Mereka sedang berbahagia atas takdir dari tuhan yang membawa mereka kepada kebersamaan yang berakhir mereka saling mencintai dan berusaha untuk saling melindungi dan melengkapi, walaupun tanpa diucapkan dengan kata-kata.

“kak..”.

Adhwa mendekati Lana yang kini mengalihkan tatapannya dari ikan-ikan yang berenang didalam kolam ke arahnya. Wajah Lana terlihat bahagia ketika melihat Adhwa berjalan mendekatinya dengan senyum yang merekah menandakan kebahagiaan sedang bersamanya.

“ya?”.

Lana mengalungkan tangan kirinya di pundak Adhwa yang kini sudah duduk manis di sampingnya dengan tangan kanan yang menggenggam tangan kanan Adhwa. Tanpa beralih menatap Adhwa yang kini juga menatapnya Lana merasakan bahwa dia terlahir kembali dan tumbuh menjadi anak kecil yang yang masih disayang dan dilindungi sekuat tenaga oleh kedua orang tuanya dan belum merasakan apa itu menjadi orang yang sudah memikirkan masalah dan remaja yang merasakan patah hati karena cinta.

Akan tetapi sekarang kondisinya berbeda, dia mendapatkan cinta dan rasa sayang dari bidadari surga yang siap menemaninya di saat suka maupun duka dan siap menjadi pendamping untuknya menuju Jannahnya Allah SWT.

“kakak lihat apa?”.

Lana tersenyum tipis mendengar pernyataan Adhwa. Lalu membawa jemari Adhwa yang berada di genggamannya dan mengecup lembut kulit tangan Adhwa.
“mau aku buatin teh anget?”.

“gausah sayang, mending masuk aja yuk, diluar dingin, takutnya nanti kamu bisa masuk angin”.

Seraya mengangguk sambil menampilkan senyum manisnya, Adhwa berdiri terlebih dahulu mendahului Lana yang masih saja tidak memudarkan senyumnya sedikitpun. Alih-alih hal tersebut membuat Adhwa takut jika terjadi sesuatu pada Lana sehingga hal-hal negatif bermunculan di benaknya apakah Lana kesurupan atau terjadi hal lain yang tidak diduga Adhwa sama sekali.

“kakak enggak kenapa-napa kan? Kakak ga sakit kan? Atau jangan-jangan...”.

seraya menempelkan punggung tangan kirinya yang tidak digenggam oleh lana ke dahi cowok tersebut dengan mimik muka yang entah mendeskripsikannya.

Sedangkan Lana mengerutkan keningnya.
“ada apasih? Kakak sehat wa”. Sambil mencubit hidung Adhwa gemas.
Tanpa berkomentar apapun lagi Adhwa meninggalkan Lana begitu saja dengan gelak tawa yang menjengkelkan dihati Adhwa.

*******

Mulai terdengan Adzan subuh berkumandang dari masjid dekat tempat tinggal mereka membuat Adhwa perlahan membuka matanya dan terpaku saat melihat wajah tenang Lana saat tertidur. Bahkan disaat mereka kini sudah halal menjadi suami istri, Adhwa belum berani untuk sekedar mencium pipi Lana terlebih dahulu.

Sesaat ingin mencoba mencium Lana, tiba-tiba Adhwa mengurungkan niatnya dia sangat malu jika melakukannya terlebih dahulu walaupun saat Lana tertidur pun. Adhwa memejamkan matanya dia sangat malu dengan apa yang mau dia lakukan.

Cup

Seketika Adhwa membulatkan matanya kala Lana mencium bibirnya sekilas. Adhwa merasakan pipinya memanas, dia sudah dapat membayangkan gimana wajahnya sekarang yang sudah seperti kepiting rebus.

“kenapa malu hemm? Kalau mau cium, cium ajha gabakal jadi dosa kok wa, malah jadi pahala kayak masih pacar ajha”.
Ucap Lana disela kekehannya dengan mata sedikit terbuka lalu menutup kembali.

“apaan ih kak, udah cepet bangun terus mandi nanti terlambat baru tau rasa”.

“mau mandi berdua?”.

Married With SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang