1 - Hogere Burgerschool

392 39 6
                                    

Dengan balutan gaun merah muda, Lara turun dari kereta kudanya berjalan dengan anggun bak puteri bangsawan memasuki sekolah baru yang bernamakan Hogere Burgerschool itu. Banyak pasang mata memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Namun ada satu orang yang sedari tadi memperhatikan mata biru safir milik Lara tanpa berkedip.

Lara pun berjalan menuju ke ruang Kepala Sekolah, untuk mendapatkan informasi perihal sekolahnya, peraturannya dan juga tentang guru - gurunya. 

Setelah mendapatkan informasi - informasi yang ia perlukan, dengan didampingi oleh Kepala Sekolah dan Gurunya yang mengajar dikelas, Lara melenggang masuk ke ruangan yang berisi remaja - remaja lain itu.

"Perhatian semuanya, kita kedatangan murid baru dari Amsterdam. Silahkan perkenalkan dirimu" titah sang Kepala Sekolah, dan dengan anggukan juga satu langkah maju, Lara mematuhi apa yang dipinta oleh Tuan Bakker.

"Hello, nama saya Lara de Witt, saya berasal dari Amsterdam, saya datang kemari karena ayah saya dipindah tugaskan kesini" 

Bahasa Belanda dengan aksen yang sangat asli membuat semua meng-iya-kan dalam diam bahwa Lara adalah anak Perwira yang selama ini diisukan akan datang.

***

Kursi di barisan paling depan sudah otomatis menjadi milik Lara. Akan tetapi karena perangainya yang dingin dan angkuh, baik murid - murid berdarah asli belanda apalagi murid pribumi, tidak ada yang berani menyapanya

Kecuali satu

Agatha

Agatha van der Linden, perempuan berdarah campuran, ayahnya seorang pengusaha kaya Belanda, dan ibunya seorang Tiong Hoa. Perpaduan yang begitu apik antar kedua orang tuanya menjadikan Agatha seorang yang sangat cantik namun juga membingungkan, karena perpaduan darahnya yang begitu jarang dan asing.

Waktu untuk pulang tiba, semua murid - murid HBS bergegas untuk pulang, namun tidak dengan Agatha, ia malah sibuk memperhatikan Lara yang sedang menunggu kereta kudanya datang menjemput.

Wajah dingin dan pribadi yang diam dari Lara membuat Agatha penasaran

"apa dia tidak lelah ya irit berbicara seharian? satu - satunya suara yang ia keluarkan adalah perkenalan dirinya diawal tadi dan langkah kakinya?"

Pada akhirnya Agatha memberanikan diri untuk menyapa si pemilik wajah bagai es itu.

"Hello?"

Lara pun menengok dan mengangkat satu alisnya

"Aku Agatha, Agatha van der Linden"

Lara semakin bingung dibuatnya, hal itu tergambar pada alisnya yang kini tengah tertaut

"inlander?" tanya Lara singkat, alis Agatha mengangkat terkejut, tidak menyangka bahwa Lara sungguh tidak seperduli itu dengan sekitarnya saat jelas - jelas ia duduk persis dibelakangnya saat di kelas tadi, tapi Agatha akhirnya pun tersenyum

"Nee" (tidak)

"indo?"

Agatha hanya menggeleng dan tetap tidak meninggalkan senyumannya.

"lalu apa?"

"Belanda - Tiong Hoa"

bibir Lara pun membulat dan mengangguk tanda mengerti, namun sepertinya ia tidak terlalu tertarik. Jemputan Lara akhirnya datang, dan sebelum ia dapat melangkah menuruni tangga untuk menuju kereta kudanya, Agatha dengan cepat menahan lengannya

"Aku yakin jika kau senyum, kau akan jauh lebih cantik"

Lara pun terkejut, ia diam mematung sepersekian detik dan langsung tersadar, ia menarik kembali lengannya dari genggaman wanita yang baru ia kenal itu dengan kasar. Ia pun langsung berjalan dan tak lagi menoleh ke belakang.

Sedangkan Agatha hanya diam, dan merutuki kebodohannya, mempertanyakan kepada dirinya sendiri apa yang baru saja ia lakukan dan katakan.

***

Sepanjang jalan Lara hanya memaki Agatha dalam hatinya

"Memangnya dia siapa!? berani - beraninya menyentuhku, cih. Tidak tahu diri"

Walaupun hampir tidak ada senyuman dan satu kata patahpun terucap dari Lara, namun Sara tahu persis jika kakaknya itu sedang merasa sangat kesal.

"Kamu kenapa?" tanya Sara tanpa basa basi saat Lara memasuki rumahnya, sedari tadi Sara sudah memperhatikan kakaknya itu dari jendela.

"Tidak papa" elak Lara, ia pun melewati adiknya begitu saja. Sara hanya menghela nafasnya lelah, jika Lara sudah bilang seperti itu, tidak ada hal lain yang dapat Sara katakan, itu lebih baik dari pada dia kena maki.

Pada hari itu juga, Lara sangat yakin bahwa dia membenci Agatha. Terlihat sepele, tapi entah Lara merasakan marahnya begitu berapi - api pada wanita bermata sipit itu.

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang