3 - Tega

282 36 10
                                    

"Lara, kamu sehat? Kamu terlihat lebih pucat." Tak ada lagi basa basi, saat ia melihat Lara memasuki kelas, pikiran Agatha langsung tertuju pada warna kulit Lara yang terlihat semakin pucat, tidak sehat.

Tapi nihil, tak ada jawaban apapun dari Lara, bahkan ekspresi wajahnya lebih terlihat dingin dari pada sebelumnya ditambah dengan perangainya yang menegang.

Tak ingin mencari ribut, Agatha tidak lagi menanyakan keadaan Lara, namun ia tetap mencoba untuk memperhatikannya dalam diam, setidaknya itu yang dapat ia lakukan untuk teman barunya.

Setelah waktu pelajaran usai, Agatha diam - diam menunggu Lara dari kejauhan memastikan jika dia naik ke kereta kudanya dengan aman. Namun langit nampaknya berkata lain, hari memang telah terlihat mendung sedari pagi, dan kini hujan datang menyapa. Lara yang tadinya menunggu didepan sekolahnya, kini berlari kembali memasuki gedung HBS. Agatha yang melihat itu pun mencoba tenang dan mengalihkan perhatiannya agar tidak terlihat bahwa ia sedari tadi memperhatikan gadis berambut pirang terang itu.

"Kenapa kau masih disini?" tanya Lara tiba - tiba, Agatha pun langsung menengok tak percaya Lara mengajaknya mengobrol terlebih dahulu, tapi ia segera menggeleng untuk mengawali jawabannya

"Tidak apa, aku habis ke perpustakaan. Aku juga mau pulang, tapi pas mau pergi, hujan" kebohongan Agatha pun mengalir saja seperti air, dan Lara juga tidak terlalu perduli tentang alasannya, dia hanya berbasa basi.

Bandung terasa sangat dingin karena hujan deras itu, dan mereka berdua memutuskan untuk masuk kedalam ruang perpustakaan. Entah apa yang ingin mereka lakukan namun pada intinya mereka hanya ingin menghangatkan diri.

Karena tidak memiliki kegiatan lain selain duduk, akhirnya mereka berpencar memaksa diri untuk tertarik dengan buku - buku yang tersedia diruangan itu. Sampai pada akhirnya, Lara dan Agatha di pertemukan di satu lorong buku yang sama, dengan tiba - tiba wanita bermata biru itu menarik dagu Agatha yang sedang sibuk melirik buku - buku dan mengecup lembut bibirnya.

Betapa kagetnya Agatha pada saat itu, ia pun langsung menarik dirinya menjauh dari Lara. Terlihat tubuh Agatha bergetar dengan hebat, dan dia langsung menyambar peralatan yang dibawanya berlari keluar tidak perduli hujan yang masih merindukan bumi.

Lara hanya tetap diam di tempat dan memutar bola matanya.

"sial"

Hari demi hari pun berganti, Lara tetap melakukan aktifitasnya seperti biasa seperti tidak terjadi apa - apa. Namun ada sedikit perasaan bersalah menyergapnya saat ia melihat bangku Agatha tidak terisi oleh pemiliknya. Dugaan sementara ini adalah Agatha sakit karena kehujanan

"bocah gila, sudah tahu hujan, masih saja berlari. Dan memangnya aku setan? jika tidak terima kan bisa menamparku saja?"

Tapi apa peduli Lara? Dia hanya sibuk dengan kegiatannya dan mencari jawaban akan perasaan aneh yang ia rasakan pada Agatha.

***

Beberapa hari Agatha tidak masuk kelas dengan alasan sakit. Lara tahu persis kenapa namun dia tetap memikirkan dirinya sendiri dan tetap dengan kebingungannya, begitu asing dan dia juga tahu dia tidak bisa membagikan cerita ini. Akan tetapi pada suatu hari, penyebab kebingungan Lara hadir, Agatha, memasuki kelas dengan raut yang biasa Lara kenakan, dingin. Pemilik mata bulan sabit itu tidak sedikitpun menolehkan kepalanya kearah Lara, dan itu membuat Lara heran juga agak takut walau dia tidak akan pernah mengakuinya.

Selama pelajaran tidak ada satu pun kalimat sapaan atau hal yang tidak penting yang biasa Agatha lakukan pada Lara. Hal itu membuat Lara gusar sendiri, ia sengaja melakukan sesuatu hanya agar dapat mencuri pandang pada Agatha dan wanita itu masih saja fokus kepada bukunya.

Perasaan tidak nyaman Lara tidak berakhir bersama dengan kegiatan belajar mengajar yang telah usai itu. Perasaan itu masih berlanjut dan semakin menjadi saat Agatha menarik tangannya keluar kelas dan pekarangan sekolah.

"Apa yang kamu lakukan! Ini kan banyak orang!?" bentak Lara pada Agatha yang masih menariknya hingga mereka sampai di bawah pohon beringin yang sangat besar.

"Apa maksudmu menciumku?" Pertanyaan Agatha sontak membuat Lara kaget.

"A-aku.." entah mengapa kini lidah Lara terasa kelu.

"Aku bisa saja melaporkan tentang itu? Tapi aku masih punya hati, kau tidak mau kan karir ayahmu hancur hanya karena itu? Apa kata gereja?"

"Kau mengancamku, Agatha?"

"Iya, kamu pun tidak bisa balik mengancamku, karena keluargaku tidak bekerja untuk negara, maka, jika hancur pun aku masih tetap cukup"

"Merdeumpat Lara.

Emosi Lara meluap, namun kebingungannya akan perasaan yang ia rasakan membuatnya bungkam

Ada perasaan yang mengatakan bahwa ia tidak boleh menyakiti Agatha.

Tidak lagi ada percakapan, mereka akhirnya berjalan dengan keheningan mereka sendiri, kebetulan juga itu hari pertama dimana Lara mencoba untuk pulang seorang diri, tidak percaya ia harus memulai perjalanannya bersama Agatha yang baru saja mengancamnya, tiba pada saatnya mereka diharuskan untuk berpisah karena perbedaan haluan jalan menuju rumah masing - masing, namun sebelum mereka berpisah

"Jangan pernah lagi kamu menyentuhku atau bahkan menatapku, menjijikan. Dasar lesbian"

Lara pun terkesiap, dia yang masih bingung dengan perasaannya, kini dihadapkan pada hatinya yang entah mengapa

serasa hancur saat mendengar penuturan Agatha. 

Ia hanya terdiam menatap punggung Agatha menghilang dari penglihatannya, dan pada saat itu juga setetes air bening membasahi pipinya.

Namun, dia tidak lagi bingung.

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang