5 - Aku Mencintaimu

215 27 5
                                    

Tidak, Agatha tidak menjawab siapa yang membuatnya jatuh cinta saat ibunya bertanya. Untungnya, wanita yang Agatha sebut mama tidak memaksanya untuk menjawab siapa orang 'beruntung' itu.

Beruntung?

"Kenapa tidak suka jatuh cinta?" sedikit keingintahuan nyonya Van der Linden akhirnya tersampaikan

Agatha pun menggeleng "Aku tahu aku tidak boleh, aku harus sekolah dan belajar, hanya itu tugasku yang papa berikan tapi aku tidak bisa menampik perasaanku, ini salah besar"

Pesan yang ingin ia sampaikan pada ibunya separuh terucap, separuh tersimpan.

"Maak je gen zoorgen (jangan khawatir) Agatha, mama yakin kamu orang yang baik, dan orang yang membuatmu jatuh cinta juga pasti orang baik, dia akan menjadi orang paling beruntung pada saat dia tau bahwa ada seorang wanita yang secantik dan sepintar kamu jatuh cinta padanya..."

Panjang lebar ibunya menjelaskan tentang betapa besar rasa beruntung orang itu jika ia tahu Agatha jatuh cinta padanya, dan tentang ketidak harusan Agatha dalam mengkhawatirkan titah papanya, karena biar bagaimanapun Agatha sudah beranjak dewasa..

Namun satu kenyataan yang tertutup rapat

Orang yang ia cintai adalah Lara

dan dia seorang perempuan.

***

"Saya tidak akan suka padamu" kata Lara terus terang pada lelaki yang diperintahkan oleh ayahnya untuk menemaninya.

Pria itu mengangkat alisnya menunjukkan bahwa ia sedikit terkejut dengan keterusterangan Lara, namun ia masih tidak percaya dan berasumsi bahwa itu hanya lah permainan Lara, ia pun akhirnya bertanya
"Kenapa?"

"Saya sudah jatuh cinta pada seseorang dan saya ingin berhenti merasakan cinta, cukup sampai pada orang itu saja" Dengan begitu bulat dan yakin ia menyampaikan itu pada laki - laki yang baru saja ia kenal. Lara pun sesungguhnya juga terkejut dengan perkataannya sendiri. Baru berapa hari ia kenal Agatha? Dia tidak tahu kenapa ia mengatakan itu.

"Oh, okay, kalimatnya terdengar sangat serius, dia sedang tidak main - main" Kata Kapten Abner didalam hati. Lamunannya pun dipecahkan oleh jentikkan jari Lara.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Apa kamu tidak mau menikah?" Tanya laki - laki itu

"Saya akan bersama orang yang saya cintai, bagaimanapun caranya akan saya usahakan." Sebuah keyakinan diatas ketidak pastian.

"Tapi kenyataannya tidak bisa ya?"

Perkataan Abner benar - benar menampar Lara, tak dapat menjawab, ia hanya mendelik saat hal itu terlontar dari mulut Abner.

"Kenapa diam? Aku tidak tahu siapa yang kamu harapkan, tapi janganlah kamu membuang waktu, banyak hal yang bisa kamu lakukan daripada mengejar yang akan memisahkanmu dari duniamu"

Lara tetap diam, namun ia juga mencerna setiap kata yang Abner katakan.

"Apa yang harus aku lakukan?"

***

Malam hari pun tiba, keluarga de Witt melakukan rutinitas mereka yaitu Makan Malam bersama. Dalam percakapan Makan Malam tersebut, Tuan De Wit membuka topik pembicaraan mengenai kehidupan rumah tangga, yang tentu seluruh anggota keluarga, bahkan para babu yang berada dibalik pintu tahu untuk siapa topik ini ditujukan.

Anak sulung keluarga de Witt,

Lara Maria de Witt

"Tadi sore mama melihat Lara pulang bersama laki - laki tampan" kata nyonya De Witt

"Ah ya! Kapten Abner, Kapten tampan yang masih sendiri, dan papa rasa dia cocok untuk putriku yang sudah cukup dewasa"

Lara hanya tersenyum, namun nyatanya ia tidak mampu menjawab. Dia hanya ingin tidur, dan berhenti berfikir sejenak karena perlahan tapi pasti, ia merasa waktunya untuk menjadi bebas tinggal sedikit lagi.

Sara yang memiliki tabiat cerewet pun hanya terdiam sedari tadi ayahnya membuka topik pembicaraan, ia hanya memberikan tatapan telisik untuk orang - orang dihadapannya, dan ia menaruh curiga pada kakaknya.

Tidak ada tatapan malas yang selalu ia lihat pada Lara, namun yang ia lihat hanyalah rasa sakit yang terpancar di mata Lara.

Sara belum pernah melihat raut seperti itu dari kakaknya.

***

Keluarga De Witt telah menyelesaikan makan malam mereka dan melanjutkan kegiatan rutin lainnya di dalam kamar masing - masing. Sara yang melihat kesempatan langsung mengikuti Lara ke kamarnya.

"Lara" panggil Sara dengan halus, lebih halus dari pada sebelumnya

Lara pun hanya menengok, dan terdiam menunggu apa yang Sara perlukan, namun tanpa disangka, bukanlah pertanyaan yang ia dapatkan, namun pelukan

"Apapun yang terjadi, kamu tidak boleh takut atau sedih, ada Sara."

Perlahan Lara membalas pelukan dari adiknya dan membisikkan

"Terimakasih"

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang