2 - Hello Sara

306 31 3
                                    

Sore menyapa kota yang disebut - sebut sebagai Paris di Pulau Jawa. Tuan dan Nyonya De Witt pada hari itu akhirnya berkesempatan untuk mengajak kedua putrinya pergi menyusuri Kota Bandung setelah sibuk mengurus segala keperluan dan pekerjaan yang harus dipenuhi karena kedatangan mereka. Di sebuah taman kota yang berhadapan langsung dengan gereja, mereka menghabiskan waktu untuk bercengkrama. Lara yang terbiasa diam dan kaku pun agaknya terlihat lebih tenang dan berbaur dengan keluarganya sampai pada akhirnya orang yang sangat dan baru saja ia benci hadir.

"Lara!" panggil Agatha dari jarak yang tidak begitu jauh, rasanya Lara ingin hilang pada saat itu juga. Keluarganya pun ikut mencari sumber suara itu, dan mengerutkan dahinya bingung.

Agatha dan orang tuanya datang menghampiri keluarga de Witt.

"Hello! Namaku Sara" Sapa Sara dengan ceria, mengulurkan tangannya ingin bersalaman. Dengan ramah Agatha menyambut salaman itu "Hello Sara, aku Agatha! dan Selamat sore Tuan dan Nyonya De Witt, saya Agatha Van Der Linden, saya teman sekelas Lara di HBS"

Pada saat itu juga raut wajah kedua orang tua Lara berubah senang dan ramah "ahhh yaa, Van Der Linden! pengusaha kebanggaan kami!" seru Tuan de Witt seraya langsung menjabat satu persatu tangan anggota keluarga van der Linden.

'hhhh bagus sekali'  hela Lara dalam hati.

Nampaknya kedua orang tua Lara maupun Agatha semakin sibuk bercengkrama karena ini kali pertama mereka bertemu setelah sekian lama hanya mendengar desas desus kesuksesan satu sama lain.

***

"kamu Indo?" tanya Sara pada Agatha

"nee" (bukan)

"kalo inlander tidak mungkin hmmm"

"ahahah, lihat mamaku tadi? nama Chinese-nya Shen Yue, dia dari negeri China."

"Keren! aku belum pernah lihat negeri China!"

"sama aku juga belum pernah, aku saja lahirnya di Belanda hahah"

Lara pada saat itu hanya diam tidak berniat mendengar maupun ikut bergabung dalam percakapan antara adik dan musuh barunya itu.

"Agatha, temenin Lara ya, kasihan dia, tidak pernah punya teman yang tetap, sendiri terus, di Belanda punya pacar, tapi tidak pantas juga untuk bersanding dengan Lara" cerocos Sara yang pada saat itu juga membuat Lara langsung marah

"Sara! Jaga mulutmu!"

Agatha pun mulai kebingungan, dan Sara hanya menggidikan bahunya "aku hanya memberi sebuah kenyataan, dia tidak baik untukmu, dia hanya menggunakanmu untuk karirnya di militer. Semua orang juga bisa melihatnya."

"Sara! Itu bukan urusanmu!"

"op! op! Lara, Sara jangan bertengkar disini" lerai Agatha. Agatha pun langsung duduk ditengah - tengah keduanya

Sara yang biasanya bersikap manis kepada siapapun kini menampilkan sisi lainnya, sisi yang persis dengan Lara. Ia memutar bola matanya malas, tapi sikap itu tentu saja di tujukan pada Lara, kakaknya sendiri.

Suasana antara mereka bertiga semakin canggung, apalagi Agatha, berada di antar dua orang yang sedang bersitegang, rasanya sangat tidak nyaman. Tidak ada lagi obrolan - obrolan ringan sampai pada akhir nyonya dan tuan de Wit mengajak kedua putrinya untuk pulang karena hari sudah semakin larut.

"Agatha kapan - kapan kita main yaa! Kamu baik, aku senang, dan maaf karena keributan kecil tadi! Dag!" kata Sara, ia sesungguhnya penasaran dengan Agatha, perpaduan begitu unik, sangat menarik, terlebih Agatha juga terlihat ramah.

"Ah! Dapat dimengerti. Dag Sara! Dag Lara!" Kata Agatha sedikit berdusta, ia sesungguhnya tidak mengerti, dia juga anak tunggal.

dan Agatha menangkap senyum kecil dari sisi bibir Lara. Pemandangan yang sangat asing sejak Lara datang ke kota ini

"Aneh" gumam Agatha.

***

"Dia lucu sekali jika sedang bingung"

sepanjang perjalanan pulang hal itu lah yang Lara pikirkan, senang namun bingung setengah mati, sedikit kesal juga karena adiknya yang tidak tahu bagaimana caranya untuk mengurus urusannya sendiri.

Sejujurnya dia tidak peduli dengan pacarnya yang hanya menggunakan namanya untuk karir di Militer. Lara tidak peduli sama sekali.

Kini Lara sedang berfikir bahwa dia sama sekali tidak berniat untuk mengubah apapun yang telah ia pikirkan tentang Agatha. Bahkan ia merasa ini terlalu cepat untuk seseorang merubah pemikirannya terhadap orang lain, dan yang sedang kita bicarakan disini adalah Lara!

Namun sepertinya hatinya berkhianat.

Lara menemukan dirinya terus tersenyum saat membayangkan wajah kebingungan Agatha saat di taman tadi sore, sampai - sampai saat ia menutup matanya ia masih dengan jelas melihat wajah Agatha dan ini membuatnya mual. 

Hal ini membuat dirinya semakin yakin untuk membenci wanita campuran Tionghoa-Belanda itu, terlebih lagi perasaan yang ia rasakan adalah perasaan yang memang benar - benar tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Waktu demi waktupun berlalu, hari juga telah berganti, Lara masih saja tak dapat menutup matanya dengan tenang.

"Oh mijn God, sepertinya nanti aku akan menjadi Zombie, susah sekali tidur!"

Dapat dipastikan Lara baru saja menutup matanya dengan tenang dan lelap untuk beberapa jam, tapi ternyata pagi telah menyambut dan teriakan Sara dengan seenaknya masuk kedalam kamarnya cukup membuat Lara sakit kepala

"Lara! Bangun! Kamu harus sekolah!"

Tak ingin banyak melawan karena hal itu pasti akan membuat moodnya semakin buruk, Lara akhirnya segera bangkit walau matanya masih enggan untuk terbuka

***

Benar dugaannya, ia menjadi zombie pada hari itu. Lara berjalan dengan langkah gontai memasuki kelasnya, dan orang yang membuatnya bingung dan tidak bisa tidur ternyata duduk dibangku yang berada persis di belakang tempatnya.

Lara baru menyadari hal itu

dan dia tidak yakin

dia menyukai kenyataan ini

atau tidak?

Begitu asing, tapi menyenangkan? Apakah menyenangkan merupakan kata yang pas?

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang