Electricity

40 3 0
                                    

  "Eeh! Grace jatuh!!"

Aku merasa mendarat di sesuatu yang lunak, halus, dan aroma yang khas. Aku pun akhirnya membuka mataku, mendengar ada yang memanggil namaku. Wonny!!

  Astaga, Wonny menangkap diriku supaya tidak jatuh. Wonny menatapku dengan seksama. Aku tidak tahu mengapa, ada suatu aliran kehangatan yang menjalari tubuhku. Semakin hangat. Bahkan rasanya jantungku berdetak semakin kencang.

  Seketika itu juga aku merasa tidak ada beban apapun di kelopak mataku. Wonny tersenyum kepadaku. Meski malam gelap menyelimuti, tapi aku masih bisa memandang wajahnya. Senyum. Ia memamerkan deretan gigi putih yang berbaris rapi padaku. Bukan senyum sok cool seperti biasanya. Ini berbeda. Entah mengapa, lagi-lagi tubuhku tak dapat ku kontrol. Aku pun menyunggingkan senyumku padanya.

  "Kamu ngantuk?"

Tadinya. Tapi sekarang sepertinya sudah tidak. Ajaib sekali.

  Berbisik dalam keramaian. Namun rasanya dunia sedang tak acuh pada kita berdua. Hanya kita. Saling berbicara satu sama lain.

  Aku tersadar ketika Sari dan Elga menarik tanganku untuk maju ke depan. Rupanya kelas kami lah yang terpilih untuk menampilkan yel-yel terheboh. Aku terdesak. Seperti seekor semut diantara para belalang.

  Kami melantunkan yel-yel kami se bagus dan seheboh mungkin. Ah sial! Aku berada di barisan belakang. Aku tidak bisa mencari seseorang. Seseorang? Biasanya aku hanya mencari teman-temanku yang perempuan. Padahal teman-temanku yang perempuan ada di sebelahku. Rasanya, mataku meneliti satu per satu orang untuk mencari seseorang.

  Wonny. Aduh, mengapa Wonny? Mengapa kini aku yang mencarinya?




Terima kasih pada para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca cerita absurd ini. Tapi cerita ini bakal ada yang kurang kalau tidak ada dukungan berupa vote. Mohon kritsar nya juga yang menbangun ya. Maklum, baru kali ini saya menerbitkan sebuah cerita.

Happy reading

My PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang