Change

38 3 0
                                    

  Akhirnya tampilan konyol kelas kami berakhir. Kembali ke barisan dengan tertawa. Aku makin kesulitan untuk mencari Wonny. Aneh bukan?

  Susah sekali mencari seseorang di tengah keramaian, dengan pakaian yang sama alias seragam, dan di tempat gelap. Ku sandarkan punggungku dekat dengan temanku, Tyas.

  Ku rasakan ada tepukan lembut di bahu ku. Wonny! Aku memekik. Dia terlihat menahan tawanya. Kami pun melanjutkan bisik-bisik kami yang tadi sempat terputus. Lagi-lagi dunia serasa milikku. Atau mungkin miliknya juga.

  "Hayoo! Wah, Pak Bean sekarang sama Grace, to.." terlihat Tyas berdiri di antara kami. Oh my God! Sekarang ada orang lain lagi yang berkata hal semacam.

  Kita hanya teman..

  Minggu-minggu yang melelahkan ini berlalu. Aku terpilih sebagai anggota TONTI. Kenapa? Aku tidak begitu menyukai kegiatan fisik kecuali berenang, karena aku mudah pusing. Anemia. Ah, sudahlah. Terima kenyataannya saja.

  Cepatnya hari berlalu membuatku malas masuk sekolah di hari Senin. Lelah letih membuat tubuhku ingin tetap berada di atas ranjang. Tapi aku ingat bahwa tujuanku adalah mencari ilmu.

  Pelajaran yang membosankan. Cuacanya kini berubah panas. Keringat mengucur dari dahiku. Seni musik. Setidaknya itu adalah pelajaran favoritku. Aku menonton video Lindsey Stirling. Lihai sekali bermain biola. Tak sepertiku yang masih amatiran.

  Wonny duduk di bangku seberangku.

"Hai!" Aku mengangguk padanya. Dia bertanya mengapa aku sangat menikmati video itu. Well, ku ceritakan semua kalau hobiku adalah bermain biola.

"Serius kamu bisa main biola? Ajarin dong." Aku tidak keberatan. Kami terus mengobrol. Akhirnya ia berkata padaku kalau bermain gitar adalah keahliannya. Wow, that's cool. The geek's boy, with a cool music instrument.

  Aku merasa hari cepat berlalu. Hari selasa pun datang. Aku sudah membuat janji pada Wonny untuk duduk bersamanya. Sesekali, tak masalah.

  "Ciee.. Jadian aja sana!" Livi sambil sedikit tertawa. Aku pura-pura tertawa walau aku tahu kalau pipiku mulai memerah. Relax.. relax..

  Aku sadar. Cinta? Astaga! Jangan memikirkan cinta. Kan hanya teman..




Terima kasih pada para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca cerita absurd ini. Tapi cerita ini bakal ada yang kurang kalau tidak ada dukungan berupa vote. Mohon kritsar nya juga yang menbangun ya. Maklum, baru kali ini saya menerbitkan sebuah cerita.

Happy reading

My PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang