Aku tidak begitu mengingat tepatnya pada hari apa. Namun aku merasa begitu kesepian. Hadirnya teman-temanku yang baik di sekitarku tak mampu mengobati sepinya hatiku. Aku tahu, mungkin aku terlalu individualisme sehingga aku jarang berganung dengan kawanku. Tapi temanku tidak merasakan adanya yang aneh dariku. Hanya saja pada hari ini Sari, Elga, dan tentu saja Amani berkata bahwa aku terlihat kurang bersemangat.
Padahal biasanya aku adalah orang yang paling ceria, cerewet, heboh, dan freaky di kelas ku.
Aku duduk bersama Wonny. Untung saja ia mau duduk denganku. Setidaknya aku tidak merasa hampa.
Merasa hampa di tengah riuhnya sekitar. Itu lah yang ku rasa.
Aku tiba di rumah. Masih merasa merana. Gundah gulana. Sepi sekali.
Aku mengambil ponselku yang ku letakkan di meja belajar ku dan ku kirim pesan pada Wonny. Aku mengatakan seberapa kesepiannya aku. Dalam riwayat hidupku, aku hanya memiliki satu orang sahabat dari SMP, Rahma. Namun kami harus berpisah karena tempat pendidikan yang berbeda.
Langsung saja aku merasa ingin melompat saking bahagianya. Wonny telah menganggapku seorang sahabatnya. Wow! This is crazy! I want to shoutin' out!
Namun hati kecilku berkata"Apakah bersahabat itu dapat menggantikan kata cinta?"
Terima kasih pada para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca cerita absurd ini. Tapi cerita ini bakal ada yang kurang kalau tidak ada dukungan berupa vote. Mohon kritsar nya juga yang menbangun ya. Maklum, baru kali ini saya menerbitkan sebuah cerita.
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious
Short StoryJatuh cinta itu memang wajar dan bahkan harus. Tak dapat dipungkiri apabila di usia remaja yang sedang mencari jati diri ini merasakan gejolak cinta yang menggebu-gebu.