Pagi hari yang cerah di Kecamatan Seyegan. Membuatku makin bersemangat. Aku berlari dan langsung mendekati Sari. Sari sedikit bingung dengan ekspresi wajahku. Aku tahu itu.
"Keliatannya happy banget. Ada apa sih?" Sari terlihat masih sibuk dengan rambutnya. Aku berkata terus terang apa yang terjadi. Tentang pesan teks di ponselku yang dikirimkan Wonny untukku.
"Yaah.. Kok cuman sahabatan?"
Mendengar itu, rasanya runtuhlah dinding semangatku. Iya. Mengapa hanya sahabat? Kini aku merasa diriku lebih aneh lagi. Mengapa aku mengharapkan lebih?
Hari-hariku berlalu begitu saja. Diliputi perasaan yang malang. Antara sedih dan gembira. Sudah baik sekali dia mau menerimaku sebagai sahabat. Mengapa sekarang aku egois? Ibarat kata pepatah, sudah diberi hati, malah minta jantung. Sepertinya peribahasa itu cocok denganku.
"Udahlah, Grace. Jangan murung terus. Aku tu kasian sama kamu, Grace." Sari dan Elga menepuk bahuku pada suatu ketika. Mungkin memang perbedaan raut wajahku kentara sekali.
Tugas geografi menuntut berkelompok lagi. Sedikit kurang bersemangat, namun harus ku paksa. Haruskah cita-citaku ku abaikan begitu saja begitu berkaitan dengan momok yang bernama cinta?
Aku mengerjakannya se serius mungkin, hingga Daffa, salah seorang temanku mendatangiku untuk meminjan tipex.
"Kok ngga jadian aja Grace? Cocok lho." Terlihat wajahnya yang sengaja menggoda supaya aku tertawa. Namun aku tidak bergairah sama sekali.
Baru ingin ku jawab, Wonny yang mendahuluiku.
"Kan aku sama Grace sahabatan. Salin melengkapi, gitu. Ya kan, Grace?" Wajah Wonny yang seolah meminta dukungan atas pernyataannya itu membuatku semakin sakit. Mau tak mau aku menjawab 'iya'.
Tiba-tiba, jantungku rasanya terjepit tulang-tulang rusukku. Terbakar. Rasanya sesak mendadak.
Pelajaran usai. Hafidz temanku yang biasa dipanggil Apit mendekatiku dan mulai menanyakan sesuatu.
"Kamu tu cocok lho sama Bean. Kok ngga jadian aja?"
Kali ini aku menjawab sama persis seperti jawaban Wonny pada Daffa.
"Jangan bohong. Kamu suka kan sama dia?"
Apit! Pandai sekali ia menjepitku dengan pertanyaan sekaligus pernyataan yang tepat sekali pada sasaran? Aku pyn mulai membuka mulut.
"Ya gitu lah. Dia baik. Aku tau itu. Cuman, dianya kurang peka."
Mendengar jawabanku itu, sepertinya Apit mulai menangkap maksudku.
"Gampanglah! Aku bisa mbantuin kamu kok."
Aku tidak berharap lebih dari Apit. Bagiku ia sudah cukup baik.
Sabtu. Hari yang agak membosankan. Pelajaran agama saja tiga jam pelajaran. Ketika pelajaran agama Kristen selesai, aku, Sari, dan Elga kembali ke kelas. Namun karena pelajaran agama Islam belum selesai, maka kami duduk di luar kelas, di bangku panjang.
"Grace. Aku tau kok rasanya jadi kamu."
"Aku tu nggak apa-apa kok. Sahabat itu lebih dari cukup, Sar, Ga.."
"Tapi kalo kamu mbohongin diri kamu sendiri terus, hasilnya ngga bakalan bagus juga. Mendingan kamu jujur aja deh."
Kata "MENDINGAN KAMU JUJUR AJA, DEH" itu rasanya sulit sekali ku cerna.
Hari begitu cepatnya berlalu. Rasanya dua puluh empat jam itu hanya berjalan satu jam untuk satu harinya. Hari yang menegangkan pun tiba. UTS.
Aku lupa tepatnya kapan. Aku hanya mengingat itu pulang sekolah setelah ujian. Aku dan Amani pergi ke kantin. Aku membeli mie cup dan Amani membeli minuman coklat. Lagi-lagi, ada orang lain lagi yang menanyakan perasaanku yang sesungguhnya.
"Grace, jujur ya. Perasaanmu ke Wonny tu sebenarnya seperti apa?"
"Biasa saja kok. Kenapa?"
"Kamu tau? Kamu tu kelihatan banget kalo kamu menaruh hati sama Wonny."
"Are you serious?"
"Yea, totally. You look shy when everytime you with him."Aku pun mengatakannya pada Amani yang sesungguhnya.
"What I've said. I knew you fallin' love with him!"
Aku hanya diam. Serba salah.
Wonny, aku tahu Tuhan tahu. Aku ingin sekali, mengungkapkan segenap perasaanku padamu. Tuhanlah yang menjadi saksinya lewat doa ku di ujung malam.
Jujur, aku suka padamu. Aku cinta kamu. Ya, aku benar-benar cinta padamu..
Terima kasih pada para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca cerita absurd ini. Tapi cerita ini bakal ada yang kurang kalau tidak ada dukungan berupa vote. Mohon kritsar nya juga yang menbangun ya. Maklum, baru kali ini saya menerbitkan sebuah cerita.
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious
Short StoryJatuh cinta itu memang wajar dan bahkan harus. Tak dapat dipungkiri apabila di usia remaja yang sedang mencari jati diri ini merasakan gejolak cinta yang menggebu-gebu.