BAB 2: FOKUS

139 4 0
                                    

Sudah pertengahan bulan April, tapi belum saja surat dari Diknas datang ke sekolah.

Di kota-kota besar seleksi paskibraka sedang berlangsung malahan sudah ada yang selesai.

Matahari bersinar terik awal pagi tadi, tapi siang menjelang sore awan-awan tebal mulai menutupi langit. Pertanda hujan akan terjadi.

Pelajaran kelas kali ini lancar seperti biasanya.

Pulang sekolah aku ada..

"LALA!"
Sontak membuatku langsung menoleh ke arah suara.

"Sebentar ada seleksi paskibraka." Jelas salah satu temanku bernama Mauliy.

"Se.. Seriuss??!" Kagetku bukan main.
Belum ada persiapan total untuk menghadapi seleksi ini.

"Apa yang harus ku lakukan..?" Gumamku takut dalam hati.
"Semoga bisa..."

"Teng neng neng Teng... Jam pelajaran telah berakhir. Sampai jumpa. Semoga kita bisa bertemu lagi."

"Seleksi ya.." gumamku.

Di kelasku, aku tidak sendiri. Ada April, Sarah, Yosua, Fadillah, Rian, Dian, dan Ratu yang juga anggota paskibra.

Tapi, istilah partner in crime ada diantara aku dan April.

Ku cerita sedikit tentang April.

Kami berteman semenjak awal masuk sekolah SMA.
Jago karate dia juga salah satu pengurus Paskibra di sekolahku.

Lanjut setelah mengganti seragam putih abu-abu kami dengan pakaian olahraga kami pun berkumpul ke lapangan.

Mataku tertuju pada salah satu ibu-ibu muda dengan style yang sederhana tapi modis. Beliau tidak lain tidak bukan adalah Ketua PPI Provinsi bernama Kak Lida.

"Berkumpul! Membentuk barisan letter U. Sekarang! Ingat, sesuai tinggi didepan." Teriak senior paskibra kami.

"SIAP IYA, KAK!!" Teriak kami patuh.

"Istirahat ditempat, gerak! Kerjakan."

"SIAP TERIMA KASIH, KAK!"

Kami pun bergegas membentuk barisan yang diarahkan.

"Baik semuanya. Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatu!"

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatu."

"Seperti yang kalian ketahui, di depan kita sekarang ada kakak-kakak purna paskibraka Indonesia."

Beliau memperkenalkan satu persatu kakak PPI yang telah datang dan pada akhirnya...

"Baik. Kita akan memulai seleksinya."

DEG.. DEG...

"Yang tinggi di depan! Segera dek!" Teriak senior kami.

"Siap,Iya kak!"

Ku lihat kakak-kakak purna dan buguru pembina kami sedang berdiskusi kecil.

"Baik, untuk banjar 1 dan banjar 2, 2 langkah ke depan gerak!"

"Untuk banjar 3 sampai kebelakang. Perjalanan kalian masih panjang. Kesempatan itu masih selalu ada. Jangan pantang menyerah. Karena untuk seleksi nasional tingginya harus mencapai 160 keatas. Untuk banjar 3 sampai kebelakang. Istirahat ditempat gerak. Ya, silahkan duduk ke pinggir lapangan."

"Siap, terima kasih kak!"

Tinggal banjarku yaitu banjar pertama dan banjar kedua yang ada di samping lapangan. Barisan putra pun seperti itu.

Dan kami-kami lah banjar 1 dan banjar 2 yang lolos seleksi dan akan kembali di seleksi lagi.

Seleksi yang dilakukan yaitu, mengukur tinggi, berat badan, PBB dasar, juga normal atau tidaknya anggota badanmu bagian telapak kaki.

Dan aku? Adalah orang terakhir putri yang diseleksi.

"Baik. Kita akan mulai dari Mauliy.. Mauliy silakan tampil ke depan."

"SIAP TAMPIL KE DEPAN KAK!" Teriak tegas Mauliy dan berjalan dengan percaya diri.

"Semangat Mauliy.."
Hari ini ku sedang menipu diri untuk berkata baik-baik saja. Walaupun sebenarnya aku lagi sangat tidak baik-baik saja.

"Aku bisa. Aku sedang fokus. Aku baik-baik saja." Gumamku untuk menenangkan diri.

"Di atas langit masih ada langit."

Benar. Tentu saja itu benar. Sehebat-hebatnya kamu di daerahmu kalau sudah di daerah lain ada saja orang yang melampui kehebatanmu. Tergantung kamu bagaimana atasi hal tersebut. Bisa atau tidak ya dilihat hasil akhir.

DEG...

"Fokus. Aku sangat fokus."
Nafasku mulai tidak beraturan

DEG...

"Tatapan mataku ini. Tidak pernah lepas dari satu titik karena aku sedang sangat fokus."

DEG... DEG...

"Bagaimana kalau ku coba melihat ke arah.. lain..?"
Mataku perlahan melirik kebawah.. dan langsung mendadak lurus kedepan kembali.

DEG.. DEG.. DEG..

"Badanku.. goyang.. ku tidak bisa mengontrol badanku.. mataku.. mataku.. hitam.. kunang.. tidak.. jangan.."

DEG DEG DEG DEG DEG DEG...

"Tt..tunggu.. kenapa.. ku dengar jelas suara jantungku??! Mana suara mer..eka.. ??"

..
..
..
..

"LALA! duduk.. mau duduk.. Lebih baik duduk dari pada jatuh pingsan....!" Teriakku dalam hati.

Ku bungkukkan diri dan sangat terasa badanku seakan bukan lagi aku yang mengontrolnya.

Nafasku tersengal-sengal...
ini keadaanku yang paling parah.

"Kak, izin duduk kak!" aku berusaha untuk menguatkan diri sebaik mungkin.

"Engg.. duduk? .."

Sial. Muncul muka tidak mau mengizinkan dari mereka. Mereka sangat mengharapkanku. Tapi, aku.. aku tidak mau jatuh!!

"Kak?"
"Iya. Silakan duduk saja dulu. Nanti kami izinkan. Hey, izinkan dia. Beritau pembina!" Teriak kakak senior yang menyuruh kakak senior yang lain untuk memberi tahu pembina.

Teman-temanku masih berdiri kekar. Dan aku? Terduduk sambil merenung.

Ku berdoa, lalu menghadapkan pandanganku lurus ke depan.
Kosong.. tapi sedang berfikir.

"Ku serahkan semuanya kepadamu. Ku terima keputusan ini dengan lapang dada. Aku tidak mau jatuh pingsan. Aku sudah gagal. Tapi, apa masih bisa. Apa mungkin? Tidak mungkin."

EGOIS!

Entah kenapa, sempat sedetik kata hatiku meneriakkan kata itu.

Mengaku Paskibraka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang